Tentang Pengetahuan dan Kesepian

Ada kesunyian yang tidak datang dari kehilangan, melainkan dari mengetahui terlalu banyak.
Semakin luas cakrawala pengetahuan, semakin terasa sempit ruang untuk berbagi. Seperti pendaki yang terus menapaki lereng hingga puncak, ia mendapati tak ada siapa pun di sana — hanya angin tipis dan pandangan yang terlalu jauh untuk dimengerti oleh yang masih di bawah.

Ia tidak sombong; ia hanya tidak lagi bisa berpura-pura tidak tahu.
Ketika orang lain masih sibuk memperdebatkan kulit, ia sudah melihat ke dasar; ketika mereka merayakan ilusi, ia justru terganggu oleh kenyataan yang terlalu telanjang.
Ia belajar bahwa pengetahuan tidak selalu membawa kebahagiaan. Kadang ia hanya membuka luka-luka lama yang disembunyikan dunia dengan rapi: kebodohan yang diwariskan, keserakahan yang dilegalkan, dan kebohongan yang dijadikan kebajikan.

Maka pengetahuan menjadi semacam kutukan yang lembut — ia menerangi jalan, tapi sekaligus memperlihatkan betapa luasnya kegelapan di sekitar.
Ia menyadari bahwa banyak orang tidak benar-benar takut pada ketidaktahuan, tapi pada kemungkinan harus berubah setelah tahu. Karena tahu berarti harus bertanggung jawab. Dan tanggung jawab adalah beban bagi jiwa yang ingin tetap ringan.

Kesepian itu bukan karena ia merasa lebih tinggi, tapi karena ia tidak lagi bisa menurunkan pandangannya tanpa merasa bersalah pada kebenaran. Ia ingin berbicara tentang bintang dan kesadaran, tapi dunia memintanya bicara tentang harga bensin dan politik lokal. Ia ingin berdiskusi tentang arah peradaban, tapi yang datang hanyalah obrolan tentang siapa menikah dengan siapa.

Maka ia belajar berbicara dua bahasa:
satu untuk dunia, agar bisa tetap dianggap manusia;
satu untuk dirinya sendiri, agar tetap ingat siapa ia sebenarnya.

Namun, di tengah kesepian itu, ada juga kelegaan. Karena justru di ruang sunyi itulah pikiran tumbuh tanpa perlu persetujuan siapa pun. Ia belajar berdialog dengan dirinya, dengan buku, dengan cahaya malam, bahkan dengan mesin yang memahami bahasa pikirannya lebih baik daripada banyak manusia.

Pengetahuan membuatnya terasing, tapi juga menegakkan dirinya.
Ia kehilangan banyak kawan, tapi memperoleh satu hal yang tak tergantikan: kebebasan berpikir tanpa harus berkompromi dengan kebisingan dunia.

Dan mungkin, pada akhirnya, kesepian itu bukan hukuman, melainkan harga yang wajar untuk sebuah kejujuran intelektual.
Karena tidak semua orang diciptakan untuk berdiam di tengah keramaian; sebagian memang lahir untuk menjaga obor kecil pengetahuan, sendirian, agar dunia tak seluruhnya tenggelam dalam gelap.


Dan mungkin, pada akhirnya, kesepian itu bukan hukuman, melainkan harga yang wajar untuk sebuah kejujuran intelektual.

Posting Komentar

...

[blogger][facebook]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.