Tentang Ketidakcerdasan dan Kejujuran

Dunia modern memiliki ukuran-ukuran cerdas yang rapi — grafik IQ, indeks produktivitas, kemampuan menjual diri dengan kalimat positif, dan kesediaan tersenyum pada hal yang sebenarnya menjemukan.
Di bawah cahaya neon kantor dan motivasi korporat, manusia dinilai bukan dari apa yang ia pikirkan, tapi dari sejauh mana ia bisa menyesuaikan diri.

Dan di sanalah ia tersingkir dengan tenang.
Ia tidak pandai berpura-pura sibuk, tidak cekatan dalam menanggapi basa-basi, tidak sanggup mengulang jargon-jargon “growth mindset” yang terdengar seperti mantra kosong. Ia lambat dalam hal yang mereka anggap penting, tapi cepat dalam hal yang mereka anggap tidak berguna.
Mereka menyebutnya “tidak fokus,” padahal pikirannya justru sedang menelusuri cabang-cabang semesta: dari mineral ke moral, dari batu ke bintang, dari sejarah ke nasib.

Ia tahu bahwa pikirannya melompat-lompat. Tapi bukankah semesta juga demikian — mengembang, bergetar, melahirkan sesuatu dari kekacauan?
Ketidakteraturan bukan kebodohan; ia adalah bentuk lain dari keterbukaan terhadap segala kemungkinan.

Namun di mata dunia yang mencintai keteraturan, orang semacam itu tampak “tidak cerdas.”
Ia tidak pandai menanam uang seperti Kiyosaki, tidak pandai menenangkan emosi seperti Goleman.
Ia hanya pandai mempertahankan kejujuran di tengah pasar yang menjual kesuksesan sebagai agama baru.
Dan di dunia yang hidup dari manipulasi, kejujuran memang tampak seperti ketidakcerdasan yang fatal.

Ia sering menertawakan dirinya sendiri — betapa ia gagal di hampir semua kategori yang diagungkan manusia modern. Tapi di dalam tawa itu ada semacam kebebasan. Ia tahu, kegagalannya hanyalah bentuk lain dari penolakan untuk tunduk pada ukuran yang tidak ia percayai.

Bagi sebagian orang, kecerdasan adalah kemampuan untuk menaklukkan dunia.
Bagi dirinya, kecerdasan adalah kemampuan untuk tidak kehilangan diri ketika dunia mencoba menaklukkanmu.

Dan mungkin, justru dalam segala “ketidakcerdasan” itulah kejujuran menemukan rumahnya.
Karena hanya orang yang berani tampak bodoh di hadapan sistem yang salah, yang benar-benar mengerti makna berpikir.


Karena hanya orang yang berani tampak bodoh di hadapan sistem yang salah, yang benar-benar mengerti makna berpikir.

Posting Komentar

...

[blogger][facebook]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.