Ada masa ketika suara manusia tak lagi terdengar sebagai kata, tapi sebagai gema yang saling menabrak. Orang-orang berbicara untuk memastikan mereka masih ada, bukan untuk mengatakan sesuatu. Di tengah riuh yang disebut komunikasi, sunyi menjadi tempat persembunyian yang langka.
Ia sering duduk di antara mereka, tersenyum sopan, menanggapi percakapan ringan dengan kesabaran seorang biksu yang tahu bahwa setiap kata yang diucapkan hanyalah cara orang menutupi ketakutannya akan sepi. Ia mendengar tentang harga sandal, kabar kawin cerai, resep cepat kaya, dan rencana liburan yang takkan pernah dilakukan. Di kepala mereka, dunia adalah drama kecil yang cukup dimainkan di lingkaran obrolan.
Dan di saat-saat itu, pikirannya melayang ke hal-hal yang tak disebutkan orang: pada batu yang menyimpan waktu lebih lama dari sejarah manusia, pada cahaya dari bintang yang telah mati jutaan tahun, pada absurditas betapa kecilnya kita, tapi betapa seriusnya kita memainkan peran konyol di panggung bumi ini.
Ia tidak membenci mereka — hanya lelah. Lelah berpura-pura tertarik pada hal-hal yang tidak penting. Lelah menundukkan diri pada tata krama agar dunia tidak tersinggung oleh kejujuran. Lelah mendengarkan dunia yang berisik, tapi tak pernah benar-benar berbicara.
Namun di antara kelelahan itu, ada semacam belas kasih: kesadaran bahwa kebanyakan manusia hanya ingin merasa terhubung, meski dengan cara yang rapuh. Bahwa di balik gosip dan tawa hambar, ada kerinduan purba untuk didengar. Dan karena itu, ia bertahan. Ia tetap duduk di sana, di antara mereka — tubuhnya hadir, pikirannya melayang jauh, hatinya diam.
Keheningan menjadi bentuk doanya, dan kebisingan menjadi ujian kesabarannya.
Ia tahu, siapa pun yang terlalu sering memandang ke dalam sunyi akan tampak aneh bagi mereka yang hidup dari keramaian. Tapi mungkin, justru di sanalah letak kemanusiaan yang tersisa: di kemampuan untuk menanggung sepi tanpa membencinya.
Karena kadang, satu-satunya cara untuk tetap waras di dunia yang terlalu ramai adalah dengan tidak ikut berteriak.
Bukan Biografi, Bukan Apa Pun
➮ 01: Tentang Keheningan dan Kebisingan
➮ 02: Tentang Pengetahuan dan Kesepian
➮ 03: Tentang Ketidakcerdasan dan Kejujuran
➮ 04: Lelaki yang Tidak Menjadi Apa-Apa
➮ 05: Manusia yang Takut Menjadi Normal
➮ 06: Catatan di Sela Perjalanan
➮ 07: Kesunyian yang Tidak Ingin Disembuhkan
➮ 08: Tentang Waktu yang Tidak Ingin Dikejar
➮ 09: Di Antara Dua Nafas
➮ 10: Kematian yang Tidak Ingin Ditaklukkan
➮ 11: Catatan Terakhir di Tepi Waktu
Posting Komentar
...