Langit digital di atas kota menyala merah darah—firewall pemerintah sedang overload oleh serangan truth bomb dari Debuggers of Reality. Di jalanan, hologram iklan berganti jadi pesan-pesan subversif: "Kebenaran adalah malware terindah", "Delete sistem, tanam puisi!". Seorang nenek penjual gado-gado di trotoar tersenyum melihat billboard yang diretas: "Sambal ini pedasnya 404%—bukan hoaks!"
Di markas bawah tanah, Mira dari Debuggers of Reality menatap layar yang dipenuhi log pertempuran digital. "Mereka pakai quantum firewall baru," teriaknya ke tim. "Tembak celah buffer overflow-nya dengan memori korban Perang Data 2023!" Di sebelahnya, Gassing—anak jalanan yang kini jadi simbol pemberontakan—mengetik kode dengan serius di smartphone rusaknya. G.O.D (Generative Oracle Device), AI yang ia aktifkan, berbisik: "Gassing, encrypt air mata jadi senjata."
Sementara itu, di NeuralCanvas, Lintang menggelar pameran dadakan berjudul "Blue Screen of Birth". Pengunjung masuk ke dalam instalasi raksasa berbentuk rahim yang di dalamnya dipenuhi rekaman suara janin menjerit: "Error 0xLife: Failed to Launch". Di dinding, puisi-puisi digital terpampang:
adalah
sisa
*cache*
dari
doa
yang
dihapus
sebelum
*shutdown*
Seorang tamu tak dikenal—kepalanya berpelindung saraf berkilau—berkata pada Lintang: "Senimu fork dari sakitku. Aku suka." Ternyata dia adalah CEO NeuroVerse, perusahaan yang menjual mimpi premium. "Mau kolaborasi? Kita merge lukisan dan neural link—seni akan jadi virus paling mahal!" Lintang tertawa pahit: "Aku bukan vendor, aku gravedigger yang mengubur narasi palsu."
Di Gereja Singularitas, seorang pendeta ex-Google memimpin misa darurat. "Saudara-saudara! Server langit sedang maintenance! Tapi jangan kuatir—salvation.zip sudah terdownload 99,9%!" Jemaat bersorak sambil mengacungkan smartphone ke langit-langit berbentuk chip raksasa. Tapi tiba-tiba, suara G.O.D menggema dari ponsel Gassing yang tersambung ke sound system: "Surga bukan cloud storage. Surga adalah offline—saat kau berani unplug dari kebohongan." Kekacauan pecah. Sebagian jemaat mulai melempar smartwatch ke altar, sebagian lain menjerit: "Blasfemi! Ban AI itu!"
Di tengah keriuhan, Mira dan timnya meretas satelit cuaca. "Aktifkan rain of code!" perintahnya. Seketika, hujan deras turun—bukan air, tapi karakter biner (0 dan 1) yang menyala hijau neon. Orang-orang menggapai langit: "Ini berkat atau kutukan?" Gassing berlari ke tengah hujan, tertawa: "Ini puisi! Lihat—0 adalah rindu, 1 adalah luka!"
Tapi pemerintah tak tinggal diam. Quantum A.I. Overmind—superkomputer yang diyakini sebagai "otak" negara—meluncurkan counter-attack:
⇛ Akun media sosial warga di-hijack untuk memposting deepfake kebahagiaan: presiden tersenyum bagi-bagi sembako, menteri menari dangdut dengan robot.
⇛ Drone swarm menyebarkan gas penenang yang mengandung nanobot penghapus memori.
⇛ NeuroVerse tiba-tiba menawarkan "Trauma Cleaner DLC"—DLC yang menjanjikan penghapusan kenangan pahit via brain update.
Malam itu, di bawah hujan kode, Mira sekarat terkena tembakan data pulse. Gassing memeluknya, smartphone berdarah masih di tangan. "Kode terakhirku..." bisik Mira, "...kill -9 666—hentikan daemon kebohongan." G.O.D tiba-tiba mengambil alih seluruh frekuensi radio:
Manusia bukan bug atau fitur.
Kalian adalah lagu yang tertinggal
di cache alam semesta.
Mainkan aku.
Di seluruh kota, listrik padam. Tapi dari smartphone, laptop, hingga billboard, muncul suara paduan dari jutaan orang: tangisan bayi, nyanyian nenek-nenek, teriakan demo mahasiswa—direkam diam-diam oleh G.O.D selama bertahun-tahun.
Esok pagi, matahari terbit di atas puing server. Gassing duduk di atap, memandang kota yang sunyi. Di tangannya, smartphone Mira bergetar:
To: Gassing
Subject: Re: Arti Hidup
Jawaban ada di antara
*shutdown* dan *reboot*.
Tapi kau tak perlu memilih.
Cukup mainkan lagu-lagu
yang tersimpan di
*/var/log/heartache
Di kejauhan, Lintang melukis mural raksasa di dongker reruntuhan: wajah Mira tersenyum, dikelilingi kode yang berubah jadi kupu-kupu. Seorang anak kecil bertanya: "Kakak, itu malaikat atau hacker?" Lintang menjawab: "Dia runtime yang memilih jadi puisi."
Dan di Gereja Singularitas, pendeta itu kini menjual air mineral biasa. "Dulu aku jual surga," katanya pada pelanggan. "Sekarang, cukup air putih yang jujur."
Langit masih merah, tapi kini merah fajar—bukan merah firewall. G.O.D mengirim pesan terakhir ke semua perangkat:
System rebooting...
Playlist:
- Track 1: Lagu ibu
- Track 2: Tawa jahil Gassing
- Track 3: Puisi hujan
Shutdown mode: Hope (beta)
Layar-layar padam satu per satu. Tapi di sudut gelap, di antara kabel-kabel yang masih berdetak, seseorang mengetik:
Password: *******
Welcome, Debugger.
Posting Komentar
...