Di tahun 1980-an, komputer belum sekuat sekarang. Layarnya masih sederhana, programnya terbatas. Namun Dawkins sudah memanfaatkannya untuk satu eksperimen yang cerdas: ia ingin menunjukkan bagaimana variasi acak dan seleksi bertahap bisa menghasilkan bentuk-bentuk kompleks. Ia menyebut ciptaannya biomorphs—makhluk-makhluk digital sederhana yang hanya terdiri dari garis dan titik.
Prinsipnya mudah. Dawkins menulis program yang menghasilkan gambar acak, mirip batang kecil yang bercabang. Setiap gambar bisa “beranak” menjadi generasi berikutnya dengan sedikit variasi: cabang lebih panjang, sudut lebih lebar, bentuk lebih simetris. Perubahan itu tidak diarahkan oleh rencana besar, hanya modifikasi kecil yang muncul begitu saja.
Kemudian masuklah peran seleksi. Dalam eksperimen ini, bukan alam yang memilih, melainkan Dawkins sendiri sebagai “lingkungan”. Ia memilih satu gambar dari beberapa variasi, lalu gambar itu menjadi “induk” bagi generasi berikutnya. Dari siklus sederhana ini—acak lalu pilih, acak lalu pilih—muncul bentuk-bentuk yang mengejutkan. Ada yang tampak seperti serangga, pohon kecil, bahkan menyerupai burung atau laba-laba. Padahal awalnya hanyalah garis tak berarti.
Biomorphs ini menjadi bukti kecil namun kuat bahwa kompleksitas bisa lahir tanpa perancang sadar. Tidak ada satu pun gambar yang muncul sekaligus dari awal. Tidak ada “print” final yang dipanggil dari gudang desain. Semuanya tumbuh melalui langkah-langkah kecil, dari coretan sederhana menjadi bentuk yang seolah-olah penuh maksud.
Yang menarik, bentuk-bentuk itu sering terlihat familiar bagi manusia. Kita melihat pola mirip kupu-kupu atau tanaman, lalu heran bagaimana komputer yang buta bisa “menemukan” hal itu. Jawabannya sama seperti di alam: variasi acak menyediakan bahan mentah, seleksi yang berulang menumpuk hasilnya, dan pada akhirnya terbentuklah sesuatu yang menakjubkan.
Eksperimen Dawkins ini mungkin tampak remeh, sekadar permainan visual. Namun ia memukul telak argumen lama yang selalu berkata, “tidak mungkin makhluk rumit muncul dari kebetulan.” Biomorphs membuktikan, yang dibutuhkan bukan kebetulan besar, melainkan kebetulan kecil yang dikumpulkan, lalu disaring secara sabar. Jika dalam komputer sederhana saja pola hidup bisa tampak muncul, apalagi dalam jagat raya yang memiliki miliaran tahun untuk bekerja.
Biomorphs membuat kita sadar: kehidupan bukanlah hasil cetak instan, melainkan hasil eksplorasi yang panjang. Seperti penulis yang tidak sekaligus menulis novel hebat, melainkan menulis ulang berkali-kali, menghapus, memperbaiki, hingga akhirnya tercipta kisah yang menyentuh. Alam, dalam versinya sendiri, juga menulis dengan gaya itu. Hanya saja “pena” yang ia gunakan adalah variasi genetik, dan “editor” yang sabar adalah seleksi alam.
Posting Komentar
...