Sejarah Adalah Rangkaian Kejadian Acak

     Sejarah dunia bukanlah panggung besar di mana pahlawan berdiri megah dengan pedang di tangan, atau budaya tertentu menjulang seakan ditakdirkan untuk mendominasi. Tidak, sejarah adalah serangkaian keajaiban acak, benang-benang nasib yang ditenun tanpa pola yang jelas, diwarnai oleh geografi, lingkungan, dan kebetulan-kebetulan sederhana. Jared Diamond, seorang peneliti yang juga seorang pendongeng ulung, mengingatkan kita bahwa kemajuan manusia lebih banyak diputuskan oleh ladang gandum, kawanan hewan ternak, dan lokasi peta, daripada kecerdasan atau keberanian semata.

     Ia membuka mata kita pada fakta yang menghantam kesombongan kita sebagai spesies. Dominasi peradaban bukanlah hasil kerja keras murni, bukan pula buah dari gen superior atau kebijakan ilahi yang memihak. Itu adalah hasil undian kosmik: apakah tanah tempat kelahiranmu kaya dengan tanaman yang bisa dibudidayakan? Apakah ada hewan liar yang mudah dijinakkan di sekitar rumahmu? Apakah benua tempatmu berdiri memiliki sumbu geografis yang mempermudah penyebaran ide, teknologi, dan bahkan penyakit?

     Bayangkan, jika leluhurmu lahir di tanah yang keras, di mana setiap inci bumi menolak untuk ditanami, dan satu-satunya hewan yang bisa dijinakkan hanyalah kelinci liar yang terlalu kecil untuk menjadi alat transportasi. Apa yang bisa mereka lakukan? Bukan karena mereka malas atau bodoh, tetapi karena peluang tak pernah berpihak. Sementara di tempat lain, ladang subur dan sungai besar memungkinkan masyarakat berkembang, menyusun hierarki, membangun kota, dan akhirnya menciptakan senjata yang lebih menghancurkan atau membawa penyakit yang lebih mematikan.

     Namun, apa yang lebih menyakitkan adalah bagaimana kita menafsirkan sejarah ini. Seolah-olah kekuatan bangsa-bangsa besar adalah bukti bahwa mereka lebih "unggul". Jared Diamond dengan elegan mencabik mitos ini, membongkar kepercayaan arogan yang telah lama kita pegang. Keberhasilan sebuah bangsa tidak lain adalah hadiah keberuntungan geografis, bukan tanda kecemerlangan kolektif.

     Buku Guns, Germs, and Steel bukan hanya buku sejarah, tetapi juga sebuah cermin yang memantulkan wajah kita, wajah peradaban yang penuh ilusi superioritas. Ia meminta kita untuk rendah hati, untuk menyadari bahwa di bawah perbedaan bendera, bahasa, dan kulit, kita semua hanyalah manusia yang berusaha bertahan dalam permainan besar yang aturannya kita bahkan tak pernah diminta untuk pahami.

     Ironisnya, kita masih terus berpura-pura memahami. Kita menciptakan narasi tentang kejayaan, tentang kebanggaan nasional, tentang siapa yang lebih pantas memimpin dunia. Semua ini hanyalah cerita yang kita bisikkan untuk diri sendiri, untuk menyembunyikan kenyataan bahwa kita adalah boneka dalam drama yang dimainkan oleh geografi dan peluang.

     Pada akhirnya, Diamond memberi kita pengingat yang tak bisa diabaikan. Tidak ada yang benar-benar unggul, tidak ada yang benar-benar kalah. Yang ada hanyalah kita, manusia, makhluk kecil yang berdiri di tepi takdir besar yang ditulis oleh semesta, mencoba memberi makna pada perjalanan yang sering kali tak masuk akal. Jadi, sebelum kita melangkah dengan dada membusung, mungkin sebaiknya kita berhenti sejenak, menunduk, dan mengucapkan terima kasih kepada tanah di bawah kaki kita, tempat segalanya bermula.

Sejarah adalah serangkaian keajaiban acak, benang-benang nasib yang ditenun tanpa pola yang jelas, diwarnai oleh geografi, lingkungan, dan kebetulan-k

Posting Komentar

...

[blogger][facebook]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.