Ilmu Dukun Di Mexico

     Saat itu malam hari, kami sedang bermobil menyusuri satu-satunya jalan di suatu desa kecil yang terletak tak jauh dari kota Oaxaca di Mexico Selatan,
"Dukun wanita yang akan kita kunjungi ini adalah seorang brujo, atau dukun yang baik, Senor," begitu tutur Ramon, supir kami yang periang itu. "Tahun yang lalu aku pernah jatuh cinta pada seorang gadis yang rupanya tak acuh dan menampik cintaku itu. Kemudian aku meminta tolong kepada brujo itu yang memintaku untuk membawakan kerudung milik gadis tersebut. Aku menuruti permintaannya, lalu sang dukun segera membacakan mantra pada kerudung itu. Kurang dari satu minggu setelah itu, gadis yang semula tak acuh itu kemudian berubah menjadi tergila-gila kepadaku".
     Sahabatnya yang pendiam dan duduk di sampingnya, Silvano, mengangguk membenarkan bahkan menimpali, "Tetapi ada pula seorang brujo yang lebih baik daripada wanita itu dan tinggal di Mexico City. Sahabatku pernah kehilangan sebuah cincin bermata berlian, dan brujo itu menyuruhnya mencari barangnya yang hilang tersebut di tanah dekat pohon tertentu di Paseo de la Reforma, tempat dikatakannya cincin itu terjatuh. Kawanku itu langsung saja menuju ke tempat yang ditunjukkannya dan memang menemukan kembali cincinnya di situ. Tetapi kau hanya bisa menemui brujo tersebut setelah pukul 8 malam. Sebab di siang hari dia bekerja di Monte de Piedad, yaitu sebuah kantor Pegadaian Negeri".
     Ilmu perdukunan di Mexico memang telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Pada zaman sebelum Columbus misalnya, para dukun biasanya berkedudukan sebagai juru ramal Istana pada zaman kerajaan Aztec.
     Kadang-kadang, bersama dengan para pendeta, mereka menyelenggarakan upacara dalam usaha menghindarkan dunia dari malapetaka kiamat. Upacara suci semacam itu berlangsung setiap 52 tahun sekali, yang merupakan lamanya satu abad bagi bangsa Aztec.
Ada juga dukun lain yang biasa disebut sebagai curanderos, yaitu sebutan bagi dukun yang berperan juga sebagai tabib , yang menggunakan obat-obat tradisional untuk menyembuhkan para panderita sakit.
     Mobil kami berhenti di sebuah gubuk yang tampak remang-remang. Ramon mengetuk pintu gubuk itu, menerangkan kepada brujo yang tinggal di sana bahwa ada seorang wanita yang mempunyai persoalan dan menginginkan bantuannya.
     Aku bersama Carlotta, gadis cantik berambut hitam pekat, dan berpura-pura berperan sebagai kemanakanku yang seolah-olah sedang menghadapi suatu problem yang berat, segera turun dari mobil, masuk ke dalam gubuk itu dan duduk di hadapan sang brujo. Dengan suara bernada penuh emosi, Carlotta segera menumpahkan semua beban hatinya, "Telah berbulan-bulan lamanya aku mengadakan hubungan cinta dengan Paulo dan dia berjanji akan segera mengawiniku," begitu katanya, "Tetapi baru sekarang kuketahui bahwa ternyata dia telah mempunyai istri. Oleh sebab itu aku meminta pertolonganmu untuk menghukum laki-laki penipu itu karena telah mempermainkanku."
     Brujo itu mengambil sejenis biji-bijian dan meletakkannya di telapak tangan Carlotta dan kemudian berkata, "Coba ceritakan sekali lagi kisah sedihmu itu kepada biji-bijian ajaib ini, Senorita. Dia akan menolongku menyelesaikan persoalan yang sedang kauhadapi itu." Carlotta menundukkan wajahnya dan mengulang kisah sedihnya tadi kepada biji-bijian yang ada di telapak tangannya.
     Sementara itu sang brujo menyiapkan sebuah tempurung kelapa yang diisi dengan air separuhnya dan diletakkan di bawah telapak tangan Carlotta.
     "Nah, sekarang buka jari jemarimu dan biarkan biji-biji itu terjatuh ke dalam tempurung kelapa itu." Biji-biji yang terjatuh ke dalam tempurung kelapa berisi air itu memang membuat suatu bentuk yang menyerupai huruf, lalu sang brujo berkata penuh kemenangan, "Nah, Senorita menyaksikan sendiri, biji-biji ajaib itu telah membentuk huruf P sebagai kependekan dari Paulo."
     Kemudian brujo itu menoleh ke arah Carlotta lagi sambil berkata, "Namun aku masih membutuhkan foto kekasih Anda, Senorita, dan juga sebagian dari miliknya." Carlotta kemudian memberikan sebuah sapu tangan laki-laki, yang memang sengaja telah kuberikan kepadanya sebelum memasuki gubuk dukun itu, dan memberikannya kepada sang brujo. Dukun itu mengamati sejenak sapu tangan itu, kemudian menyimpannya.
     "Dalam kasus istimewa seperti ini, aku perlu berembuk dulu dengan kawanku yang lain," begitu tutur dukun itu, "Aku akan menemuinya akhir minggu ini. Tetapi Anda tak usah khawatir, Senorita. Apa yang menjadi kehendak Anda tentu akan terlaksana. Semua ini membutuhkan biaya sebanyak 300 peso. Datanglah lagi kemari hari Minggu depan ini dengan membawa foto seperti telah kuminta tadi dan aku akan memberi tahu kepada Senorita, apa yang harus Anda lakukan."
     "Selain itu, badanku juga terasa kurang sehat sekarang ini," begitu Carlotta menambahkan.
     "Aku akan memberimu suatu limpia - yaitu penyucian terhadap tubuhmu," kata dukun itu sambil mengambil sebutir telur, meletakkannya di kepala Carlotta kemudian menekannya keras-keras.
     Aku sangat khawatir telur itu akan pecah nanti, sebab kulihat dia menekannya dengan keras, tetapi ternyata telur itu tetap utuh. Kemudian dia menggeserkan telur itu ke wajah Carlotta, turun ke seluruh tubuhnya hingga ke ujung kakinya. Baru setelah itu dia memecahkannya dan menuangkannya ke dalam sebuah gelas yang berisi air putih dan memeriksa kuning telurnya.
     "Nona memang sakit," begitu katanya dengan penuh keyakinan, "Senorita bisa melihat sendiri, betapa keruh kuning telur itu. Tetapi limpia tadi akan menyembuhkan sakit Anda itu. Belum pernah aku gagal mengobati penyakit dengan cara seperti ini," kemudian dukun itu menoleh ke arahku dan menjelaskan, "Aku bisa melihat segala macam penyakit dengan melihat kuning telur itu. Kalau seseorang menderita disentri amuba, maka aku akan melihat amuba itu berkumpul di dalam kuning telur tersebut."
     Begitu waktu berlalu, akhirnya aku mengetahui bahwa impian adalah salah satu bagian penting dari pekerjaan para dukun dan Curandero. Karena keadaan kulit telur yang memang porous atau berpori-pori itu, maka telur mereka percayai bisa menyerap segala macam penyakit maupun segala tenung, sehingga dengan cara itu segala penyakit pun maksud jahat seseorang segera bisa diketahui dan kemudian diobati.
     Dalam perjalanan kembali ke Oaxaca, kami singgah juga di gubuk Ramon. Di kejauhan sana, kami melihat ada pancaran sinar api unggun di tengah kegelapan bukit, dan aku bertanya api apakah itu.
     "Ah, para dukun rupanya sedang berkumpul di sana," begitu jawab ibu Ramon, "Ketika mereka mengadakan perjalanan, sebelumnya biasanya mengadakan pesta api unggun seperti itu terlebih dahulu."
     "Ah, itu kan hanya pancaran gas, yang keluar dari kantung bukit kapur itu saja," begitu bantah adik Ramon yang sekolah di sebuah Universitas setempat. Tetapi tak ada seorang penduduk desa itu yang memercayai pendapat adik Ramon yang masih muda itu. Beberapa waktu kemudian, ketika berkesempatan mengobrol dengan seorang ahli antropologi setempat, aku diberi tahu bahwa para dukun di Mexico ini mempunyai keistimewaan jarang terserang penyakit. Maka setiap orang yang tampak tak pernah terserang suatu penyakit akan dicurigai sebagai seorang brujo.
     Masih banyak suku Indian di Mexico ini yang percaya bahwa sakit bukanlah merupakan gejala alamiah, melainkan semata-mata sebagai hasil perbuatan jahat yang dilakukan oleh musuh-musuhnya. Memang ada semacam garis pemisah di antara seorang brujo - yang kalau diminta seseorang bersedia melakukan ilmu hitam - dan seorang curandero, yang lebih dikenal sebagai dukun pengobatan yang ahli dalam pengobatan dengan cara tradisional.
     Seorang curandero yang benar-benar telah menguasai ilmunya akan bisa mengetahui, daun-daunan apa yang bisa mengobati penyakit maag, demam ataupun penyakit lainnya, termasuk penyakit ayan.
     Bahkan suku Indian di Mexico bagian selatan telah mengetahui manfaat sejenis jamur untuk mengobati luka-luka, sebelum orang menemukan penisilin.
     Boleh dikatakan, setiap desa di Mexico tentu mempunyai paling tidak seorang curandero. Seorang curandero yang "baik" atau yang beraliran putih, hanya akan menggunakan kepandaiannya untuk tujuan yang baik saja, seperti misalnya, mengobati orang yang sakit atau menangkal ataupun menghilangkan kiriman maksud-maksud jahat yang diderita seseorang. Sedangkan seorang curandero yang "jahat" atau seorang brujo yang "jahat", akan bersedia mempraktekkan ilmu hitam yang dimilikinya untuk mencelakakan seseorang.
     "Hal yang sangat penting dalam ilmu perdukunan di sini adalah apa yang disebut sebagai nagual - yaitu hewan pengawal kita," begitu tutur seorang guru bangsa Indian kepadaku. "Nagual itu ditentukan saat seseorang baru lahir. Seorang dukun akan duduk di samping seorang ibu yang akan melahirkan sambil menggambar berbagai macam binatang di tanah : seekor biri-biri, iguana, kambing, anjing dan lain sebagainya. Begitu bayi itu lahir dan mengeluarkan tangisnya yang pertama, binatang apa yang sedang digambar dukun saat itu, akan menjadi nagualnya."
     "Para dukun biasanya mempunyai binatang nagual yang ganas," begitu tutur guru itu selanjutnya, "Hal itu bisa berwujud seekor serigala besar, seekor coyote, seekor ular berbisa, jaguar atau mungkin juga merupakan kekuatan alam seperti petir. Nagual yang kuat, akan memberi kekuatan yang besar pula pada pemiliknya."
     "Seorang dukun bisa mengalihkan wujud dirinya menjadi nagualnya," kata seorang guru yang lain, "Ada seorang petani di zaman revolusi melawan penjajah Spanyol dahulu yang menjadi seorang patriot sejati. Dia memiliki ilmu yang bisa mengubah dirinya menjadi nagualnya, yaitu seekor babi, kemudian pergi ke tangsi tentara Spanyol dan memata-matai apa yang akan mereka lakukan. Dengan cara seperti itu dia kemudian melaporkan apa yang diketahuinya kepada para pemimpin gerilya"
     Melanjutkan perjalananku lebih ke selatan lagi, aku berhenti di Tuxtla-Gutierez, ibu kota daerah Chiapas yang sangat ramai itu. Di tempat itu, seorang wanita tua menceritakan kisahnya kepadaku.
     "Di sebuah desa, 50 mil jauhnya dari tempat ini, tempatku dilahirkan," begitu dia memulai ceritanya, "Suatu wabah yang ganas pada suatu hari menyebar dan menyerang anak-anak sehingga menimbulkan banyak kematian. Para penduduk menandai, bahwa sebelum penyakit itu menyerang seseorang, selalu terlibat adanya seekor burung hantu yang terbang masuk ke dalam rumah si korban dan terbang di atas tempat tidur si anak. Mereka merasa yakin bahwa burung hantu itu merupakan nagual dari seorang dukun atau brujo di desa itu - seorang kakek-kakek yang membenci setiap orang. Para penduduk desa telah memohon kepada brujo itu untuk menghentikan pembunuhan-pembunuhan yang dilakukannya terhadap banyak anak-anak itu. Tetapi sang brujo tak mengakui burung hantu itu sebagai nagualnya."
     Nada suaranya terdengar bergetar ketika dia meneruskan ceritanya itu. "Nenekku mempunyai toko roti tempat seekor burung hantu biasanya muncul tepat menjelang senja, mungkin mencari kehangatan. Pada suatu pagi, burung hantu itu muncul lagi tepat ketika Nenek mau memasukkan adonan roti ke dalam oven pemanggangan. Pada saat itu juga Nenek menangkap burung hantu tersebut, melemparkannya ke dalam oven yang menyala dan menutupkan pemanggangan roti itu rapat-rapat. Tepat pada saat itu pula, suatu jeritan mengerikan datang dari arah rumah brujo tua jahat itu. Para penduduk desa berduyun-duyun membuka pintu gubuk brujo itu dan menyaksikan bagaimana dukun itu men jerit-jerit kesakitan seakan-akan sedang terpanggang api yang panas. Tak lama kemudian brujo itu mati dengan tubuh melepuh seakan-akan habis terpanggang. Dan sejak kematian brujo tersebut, tak ada anak-anak yang mati lagi dan wabah yang mengerikan itu lenyap dengan sendirinya."
     Seorang dokter ahli bedah ikut pula memberi komentarnya mengenai dukun-dukun di Mexico itu, "Berbicara mengenai dukun, ada seorang rivalku, meskipun dia tinggal 2000 km dari tempat praktekku ini. Dia adalah seorang brujo yang melakukan operasi dari jarak jauh atas penyakit-penyakit usus buntu, batu ginjal atau apa pun yang membutuhkan bantuannya. Dalam dunia modern mungkin dikatakan dia melakukan pengobatan secara telepathy dengan sebuah syarat, dia akan mengatakan kepada pasiennya bahwa dia akan melakukan operisi itu pada hari dan jam yang telah ditentukannya. Pasien itu kemudian harus berbaring di tempat tidumya pada hari dan jam yang telah ditentukan itu dan dalam waktu yang telah ditentukan pula dia akan bangun dalam keadaan sudah sembuh kembali."
     Mexico City yang lain daripada yang lain itu mungkin merupakan sebuah kota di dunia ini tempat kita masih bisa menemukan praktek ilmu perdukunan yang dilakukan secara luas. Di salah sebuah pasar saja aku bisa menemukan paling tidak 20 hingga 30 buah toko yang selain menyediakan keperluan sesaji untuk para brujo dan curandero seperti misalnya akar-akaran dan daun-daunan pohon tradisional, juga menjajakan dan menjual kulit ular, burung walet yang telah dikeringkan, iguana, kelelawar kering dan keperluan para dukun yang lain.
     Kita bisa saja membeli lilin hitam, yang menurut penjualnya, bisa menjadi penangkal maksud jahat yang ditujukan orang lain terhadap diri kita, kalau kita membakar lilin itu. Juga bisa dibeli minyak cinta, yang kalau kita pakai aroma baunya bisa menarik perhatian lawan jenis kita.
     Untuk Carlotta aku membelikan beberapa bulu burung pelatuk yang telah dikeringkan, yang dikatakan sebagai penangkal setiap maksud jahat seseorang. Untuk Ramon, aku membelikannya Sabun Raja Sulaiman, yang menurut penjualnya, bisa menarik para wanita bila kita mandi dengannya.
     Sedang untuk diriku sendiri, yah .. . aku ingin menentukannya nanti kalau aku memang benar-benar telah membutuhkannya.  (Cerita BEN LUCIEN BURMAN)

Posting Komentar

...

[blogger][facebook]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.