Perancang Buta dan Runtuhnya Argumen Paley

     Di awal abad ke-19, William Paley mengajukan sebuah analogi yang lama sekali menjadi senjata utama kaum penentang evolusi. Katanya, jika seseorang menemukan sebuah jam di tanah, ia pasti akan menyimpulkan bahwa jam itu hasil rancangan seorang pembuat. Begitu pula dengan makhluk hidup—dengan organ yang rumit, sistem yang teratur, dan keanggunan struktur biologis, pasti ada Sang Perancang di baliknya. Analogi jam ini begitu kuat hingga Darwin pun harus bergulat dengan bayangannya.

     Dawkins, lewat The Blind Watchmaker, menantang langsung fondasi argumen itu. Jam memang butuh pembuat, tetapi kehidupan tidak. Makhluk hidup bisa lahir dari proses yang sama sekali buta, tanpa rencana dan tanpa tujuan. Evolusi adalah “pembuat jam buta”, menghasilkan mekanisme yang tampak cerdas bukan karena tahu ke mana akan menuju, melainkan karena variasi kecil yang terjadi dari satu generasi ke generasi berikutnya terus-menerus disaring oleh seleksi alam.

     Di sinilah argumen Paley runtuh. Ia mengandaikan kompleksitas muncul sekaligus, seolah-olah mata harus tercipta sempurna atau tidak ada sama sekali. Padahal evolusi membangun secara bertahap, dari sel peka cahaya yang nyaris tak berguna, sedikit demi sedikit memberi keuntungan, hingga akhirnya berkembang menjadi organ penglihatan yang rumit. Kompleksitas lahir bukan karena dirancang, melainkan karena akumulasi kecil yang diseleksi terus-menerus.

     Seleksi alam bekerja justru karena kebutaannya. Ia tidak punya maksud, tidak mengincar hasil akhir, hanya membiarkan yang lebih sesuai bertahan hidup. Kebutaannya adalah netralitas, dan dari ketidakpedulian itu lahir kerumitan yang tampak indah, seakan-akan ada tangan tak terlihat yang mengatur. Inilah keajaiban evolusi: dari proses sederhana yang acak, tersaringlah struktur yang rumit dan tampak penuh tujuan.

     Meski demikian, argumen Paley masih menggoda karena manusia cenderung mencari pola dan makna. Kita melihat wajah di awan, mendengar melodi dalam bunyi acak, dan membayangkan rancangan di balik kebetulan. Maka ketika berhadapan dengan keindahan kupu-kupu, bunga, atau sistem saraf, sulit rasanya menerima bahwa semua itu lahir dari mekanisme tanpa rencana. Dawkins memahami bahwa inilah titik rapuh psikologis manusia, dan ia menyerangnya dengan tajam.

     Pada akhirnya, ia tidak hanya merobohkan argumen Paley, tetapi juga menawarkan cara pandang baru. Makhluk hidup memang mirip mesin, tetapi mesin yang dirakit perlahan oleh seleksi alam, bukan oleh seorang perancang. Gen adalah komponen dasar mesin itu, yang bertahan atau punah sesuai keberhasilan mereka menghadapi lingkungan. Jam membutuhkan pembuat, tetapi tubuh tidak. Tubuh hanyalah jam yang disusun oleh kebutaan waktu.

     Dengan begitu, Dawkins menutup bab lama dalam perdebatan tentang desain. Argumen Paley kehilangan pijakan. Yang tersisa bagi manusia hanyalah pilihan: menerima bahwa kita lahir dari proses buta, atau tetap berpegang pada ilusi rancangan yang menenangkan.



Makhluk hidup bisa lahir dari proses yang sama sekali buta, tanpa rencana dan tanpa tujuan. Evolusi adalah “pembuat jam buta”.

Posting Komentar

...

[blogger][facebook]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.