Evolusi Bahasa, Perjalanan dan Adaptasi yang Menakjubkan

     Pernahkah Anda mendengar orang Filipina berbicara bahasa Tagalog? Bagi orang Indonesia, mungkin terdengar familiar, seperti mendengarkan bahasa yang mirip namun tidak sepenuhnya dimengerti. Beberapa kosakatanya terasa dekat, namun susunan kalimatnya membingungkan.

     Fenomena ini tak lain karena Tagalog dan Melayu berasal dari rumpun bahasa yang sama, yakni Austronesia. Namun, karena para penuturnya terpisah dalam waktu yang lama, kedua bahasa ini pun berkembang dengan caranya sendiri. Tagalog menyerap kosakata dari bahasa Spanyol, sedangkan Melayu terpengaruh bahasa Arab dan Belanda.

     Meskipun begitu, beberapa kata dan maknanya masih memiliki kesamaan bahkan beberapa diantaranya sama persis. Berikut contohnya:

    (tag) sapato ⬌ sepatu (ina)
    (tag) lalaki 
lelaki (ina)
    (tag) sabon 
sabun (ina)
    (tag) buwan 
bulan (ina)
    (tag) tainga 
telinga (ina)
    (tag) mata 
mata (ina)
    (tag) langit 
langit (ina)
    (tag) anak 
anak (ina)
    (tag) kami 
kami (ina)
    (tag) kanan 
kanan (ina)

     Evolusi bahasa ini berlangsung secara acak, bagaikan organisme hidup yang beradaptasi dengan lingkungannya. Bahasa pun beradaptasi, mengikuti alur sejarah dan budaya di mana ia digunakan.


     Pernahkah Anda mendengar bahasa Yiddish? Jangan salah, Yiddish bukan bahasa Ibrani, meskipun aksaranya menggunakan Ibrani. Orang Yahudi pun tak memahaminya dengan sempurna, justru orang Jerman yang lebih familiar dengannya. Fenomena ini mirip dengan orang Indonesia yang merasa familiar dengan bahasa Tagalog.

     Yiddish sebenarnya berasal dari bahasa Jerman Kuno. Bahasa ini digunakan oleh orang-orang Yahudi yang bermigrasi ke Eropa pada abad pertama Masehi. Di lingkungan barunya, mereka menggunakan bahasa Jerman dengan aksara Ibrani. Kaum Yahudi Ashkenazi kemudian mengembangkan bahasa ini menjadi bahasa yang unik.

     Meskipun sama-sama digunakan oleh orang Yahudi, Yiddish dan Ibrani berasal dari rumpun bahasa yang berbeda. Yiddish masuk ke rumpun Indo-Eropa, sedangkan Ibrani masuk ke rumpun bahasa Semit.

     Bahasa Arab pun termasuk dalam rumpun bahasa Semit, namun usianya lebih muda. Di antara bahasa-bahasa Semit, Arab tergolong yang termuda. Bentuk lama bahasa ini (proto-Semit) digunakan secara luas oleh bangsa Akkadia dan Babilonia. Tak heran, beberapa nama dan istilah dalam tradisi Yahudi, Kristen, dan Islam memiliki kemiripan dengan nama dan istilah yang berkembang di Mesopotamia.

     Bahasa berkembang secara alami, mengikuti perjalanan dan evolusi manusia. Ia tak datang secara tiba-tiba. Tak ada bahasa yang diturunkan dari langit, apalagi surga. Bahasa adalah hasil interaksi manusia dengan lingkungannya, sebuah bukti nyata dari peradaban dan budaya yang terus berkembang.

     Evolusi bahasa ini bukan hanya tentang perubahan kata dan kalimat, tapi juga tentang cerita di baliknya. Setiap bahasa memiliki ceritanya sendiri, tentang asal-usulnya, tentang perjalanan para penuturnya, dan tentang bagaimana bahasa itu beradaptasi dengan zaman.

     Memahami evolusi bahasa berarti memahami sejarah manusia, memahami bagaimana kita berkomunikasi dan membangun peradaban. Ini adalah sebuah perjalanan yang menakjubkan, penuh dengan kisah-kisah menarik dan pelajaran berharga.

 

note:

Evolusi bahasa ini berlangsung secara acak, bagaikan organisme hidup yang beradaptasi dengan lingkungannya. Bahasa pun beradaptasi, mengikuti alur

Posting Komentar

...

[blogger][facebook]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.