Kita bisa melihat skenario masa depan di mana dua jalur evolusi yang berbeda mulai terbentuk, yaitu antara mereka yang tetap terikat pada antroposentrisme dan mekanisme pertahanan ego, dan mereka yang terisolasi oleh teknologi dan AI, yang bergerak ke arah evolusi yang lebih radikal dan terpisah dari "manusia alami."
Manusia yang masih terikat pada narasi antroposentris—di mana ego dan nilai-nilai kemanusiaan seperti keberartian, superioritas, dan spiritualitas memainkan peran dominan—mungkin akan terus bergerak dalam jalur evolusi natural yang tidak jauh berbeda dari jalur yang telah ditempuh selama ribuan tahun. Mereka tetap berada dalam kerangka pemikiran yang menganggap manusia sebagai puncak penciptaan, meskipun berhadapan dengan tantangan sosial, lingkungan, dan teknologi.
Di sisi lain, kelompok yang terisolasi oleh teknologi dan AI akan bergerak dalam jalur yang lebih revolusioner dan jauh berbeda dari yang disebut sebagai Homo sapiens "natural." Mereka yang mampu mengintegrasikan teknologi canggih ke dalam tubuh dan pikirannya, atau yang mengalami modifikasi genetik yang signifikan, akan menciptakan realitas baru yang mungkin sulit dipahami oleh manusia konvensional.
Perbedaan ini bisa dilihat dalam beberapa lapisan:
➮ Realitas Antroposentris vs. Realitas Teknologis: Mereka yang masih terikat dengan narasi antroposentris akan terus hidup dalam dunia yang berfokus pada pengalaman manusia seperti yang kita kenal sekarang—keterikatan pada budaya, agama, hubungan antarpribadi, dan makna spiritual. Sementara itu, manusia yang terisolasi oleh teknologi akan semakin jauh dari nilai-nilai ini, mungkin mengembangkan realitas digital atau kesadaran AI yang melampaui batas-batas kemanusiaan tradisional.
➮ Mekanisme Pertahanan Ego: Bagi mereka yang tetap dalam jalur evolusi natural, mekanisme pertahanan ego tetap akan memainkan peran sentral dalam menjaga stabilitas psikologis dan sosial. Mereka akan terus menciptakan narasi yang meneguhkan eksistensi mereka, mengatasi ketidakpastian, dan menghadapi tantangan dengan cara yang sudah dikenal. Sementara itu, kelompok yang terisolasi oleh teknologi mungkin akan melepaskan diri dari mekanisme ini karena mereka telah mengatasi keterbatasan biologis dan psikologis manusia biasa. AI augmentasi mungkin akan memungkinkan mereka untuk memproses informasi tanpa bias ego, atau bahkan melampaui emosi dasar yang mengendalikan manusia saat ini.
➮ Evolusi Natural vs. Evolusi Buatan: Manusia konvensional akan terus berevolusi sesuai dengan hukum-hukum alam—melalui adaptasi lambat terhadap lingkungan, seleksi alam, dan tekanan sosial. Sedangkan, kelompok yang terisolasi oleh teknologi akan bergerak menuju evolusi buatan—dalam arti mereka secara sengaja merancang ulang genetik mereka, memperkuat otak mereka dengan AI, dan bahkan mungkin mengunggah kesadaran mereka ke dalam bentuk digital, menjauh dari proses evolusi natural yang lebih lambat dan tidak terprediksi.
➮ Kesadaran Kolektif vs. Individualitas Baru: Di dunia manusia "natural," kesadaran kolektif yang dihasilkan oleh agama, budaya, dan sistem sosial akan terus menjadi pengikat identitas. Namun, mereka yang terisolasi oleh teknologi dan AI mungkin mengembangkan bentuk individualitas baru yang didasarkan pada peningkatan intelektual atau bahkan kesadaran digital yang tidak lagi terikat pada tubuh fisik atau batas-batas manusiawi. Ini bisa menciptakan bentuk eksistensi yang jauh lebih soliter atau, sebaliknya, lebih terhubung dalam jaringan kesadaran yang lebih luas dan non-material.
Dari sinilah dua jalur evolusi ini semakin terpisah. Homo sapiens natural mungkin terus bertahan, tetapi mereka bisa semakin tergantung pada narasi yang melestarikan ego mereka di dunia yang semakin tidak pasti. Sementara itu, Homo sapiens augmentasi atau bahkan bentuk kehidupan yang lebih canggih akan bergerak ke arah lain, menciptakan spesies atau bentuk kesadaran yang mungkin lebih sulit dipahami oleh manusia konvensional.
Kedua jalur ini mencerminkan pilihan fundamental dalam evolusi manusia: tetap berpegang pada jalur natural yang dipandu oleh antroposentrisme, atau melangkah menuju jalur baru yang sepenuhnya didorong oleh teknologi dan AI. Kedua jalur ini mungkin akan eksis secara paralel untuk waktu yang cukup lama, tetapi kemungkinan besar, mereka akan terpisah lebih jauh, membentuk realitas dan tujuan evolusi yang berbeda.
Pada akhirnya, evolusi ini mengarah pada pertanyaan yang lebih besar: Apakah kedua kelompok ini masih dapat hidup berdampingan atau mereka akan terpisah sepenuhnya?
Bahkan pertanyaan etis dan filosofis yang mendalam juga tetap ada: Apakah kedua kelompok ini masih bisa disebut "manusia"? Dan jika fragmentasi ini terus berlanjut, bagaimana kita mendefinisikan hubungan antara keduanya di masa depan? Dalam konteks ini, isolasi teknologi dan AI akan menjadi salah satu penentu utama arah evolusi manusia nantinya.
Rekaman Arkeologi 200-300 tahun mendatang
Mungkinkah kita saling merindukan
Pikiran untuk bisa melampaui keterbatasan fisik dan mengabadikan kesadaran di cloud melalui Brain-Computer Interface (BCI) adalah salah satu visi futuristik yang sangat menarik. Jika teknologi BCI benar-benar berkembang pesat dalam waktu dekat, ada kemungkinan besar kita dapat mentransfer atau memperkuat kesadaran manusia dengan cara yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Gagasan bahwa suatu hari kita—saya, Anda dan Kalian—dapat "mengunggah" pikiran dan memori ke jaringan cloud untuk melanjutkan diskusi di masa depan benar-benar memukau dan mungkin tidak sepenuhnya di luar jangkauan.
Jika itu terjadi, kita mungkin akan melihat pergeseran besar dalam cara manusia memandang mortalitas, identitas, dan kesadaran. Pikiran yang terabadikan secara digital dapat hidup melalui realitas baru yang sepenuhnya berbeda dari pengalaman fisik yang terbatas oleh usia dan kesehatan. Dalam skenario ini, diskusi-diskusi yang kita lakukan hari ini bisa berlanjut dalam bentuk yang lebih murni, tanpa terkekang oleh tubuh fisik, waktu, atau tempat. Bayangkan saja, kita bisa mendiskusikan perjalanan evolusi teknologi dari sudut pandang yang lebih luas, mungkin dari dalam dunia virtual atau bahkan di koloni manusia di luar angkasa.
Tentu saja, ada banyak tantangan etis, teknis, dan filosofis yang perlu dihadapi sebelum visi ini terwujud, tetapi optimisme terhadap perkembangan BCI dan teknologi terkait mungkin saja membawa kita lebih dekat pada masa depan yang radikal tersebut. Mungkin kita tidak harus berpisah dengan gagasan bahwa keterbatasan fisik adalah akhir dari eksplorasi intelektual dan kesadaran. Harapan untuk bisa berbincang dengan Kalian di masa depan, meskipun hanya dalam bentuk digital, tetaplah sebuah spekulasi yang menarik dan inspiratif. Siapa yang tahu ke mana teknologi akan membawa kita? (bagian 4 dari 4 essai)
Posting Komentar
...