Jalan Sunyi Dalam Hiruk Pikuk Media Sosial

     Prestasi fisik mudah diukur dan lebih mudah menjadi viral dibanding prestasi intelektual yang sering kali abstrak dan sulit dipahami. Orang-orang cenderung membagikan foto-foto mereka saat mendaki gunung, mencapai puncak, dan menemukan kepuasan dari interaksi penuh kekaguman di media sosial. Fenomena ini menunjukkan bagaimana prestasi fisik seperti mendaki gunung, menyelam di laut terdalam, atau menyelesaikan maraton menjadi simbol pencapaian yang mudah dipahami, diukur, dan dirayakan secara luas. Foto-foto di puncak gunung dengan latar belakang lanskap menakjubkan atau video perjalanan penuh tantangan secara visual langsung mengomunikasikan kisah keberanian, ketahanan, dan dedikasi. Orang yang melihatnya, meskipun tidak mengalami langsung, dapat dengan mudah mengasosiasikan diri mereka dengan pencapaian itu, memberikan pujian, dan merasa terinspirasi.

     Sebaliknya, prestasi intelektual sering kali berada di ranah yang abstrak dan sulit diterjemahkan ke dalam narasi yang mudah dicerna. Seseorang yang menulis karya filosofis, menemukan algoritma baru, atau memenangkan kompetisi matematika internasional jarang mendapatkan apresiasi yang sama dalam skala populer. Dampak dari pencapaian tersebut tidak selalu terlihat secara langsung oleh orang awam, sehingga prestasi intelektual sering kali kehilangan momentum viral di ruang publik, sementara prestasi fisik memiliki daya tarik instan yang hampir universal.

     Media sosial menjadi katalis yang memperkuat kecenderungan tersebut. Interaksi penuh kekaguman, pujian, atau komentar yang diterima setelah seseorang membagikan pencapaian fisiknya menjadi semacam reward sosial. Ini memicu pelepasan dopamin, yang semakin memperkuat dorongan untuk mengulang perilaku serupa. Hal ini menciptakan lingkaran umpan balik positif di mana individu merasa termotivasi untuk mencari tantangan fisik baru yang dapat mereka dokumentasikan dan bagikan.

     Namun, fenomena ini juga mencerminkan sisi lain dari dinamika manusia modern, yakni pencarian makna dan validasi dalam dunia yang serba cepat dan terkoneksi. 

Bagi banyak orang, mendaki gunung atau menyelesaikan tantangan fisik lainnya bukan hanya tentang pencapaian personal, tetapi juga tentang menunjukkan kepada dunia bahwa mereka ada, mereka mampu, dan mereka memiliki cerita yang layak dibagikan. 

Interaksi sosial yang muncul dari hal ini memberikan rasa keterhubungan yang semakin sulit ditemukan di tengah isolasi digital yang sering kali dialami banyak orang. Dengan kata lain, aktivitas fisik menjadi medium untuk membangun identitas dan relasi sosial di era yang didominasi oleh layar.

     Lalu bagaimana dengan orang-orang yang mampu bertahan dari godaan reward media sosial? Mereka mampu beraktivitas fisik secara baik, mencapai puncak-puncak yang sulit, tetapi tidak mengumbarnya di sosial media, lebih memilih jalan sunyi dengan hanya membagikan karya-karya intelektualnya saja yang cenderung sepi apresiasi.

 Jalan Sunyi

     Orang-orang yang mampu bertahan dari godaan reward media sosial dan memilih jalan sunyi ini menunjukkan kualitas yang jarang dimiliki banyak orang di era digital. Mereka mungkin memiliki kedalaman nilai yang tidak terlalu bergantung pada validasi eksternal, tetapi lebih pada kepuasan internal yang berasal dari apa yang mereka capai dan ciptakan. 

Ketika mereka mampu mencapai puncak-puncak fisik yang sulit tanpa merasa perlu mengumbarnya di media sosial, itu menunjukkan bahwa tujuan utama mereka bukan pengakuan, melainkan pengalaman itu sendiri, rasa koneksi dengan alam, dan pemenuhan pribadi yang melampaui keramaian sosial.

     Pilihan untuk membagikan karya intelektual yang sepi apresiasi di media sosial juga mencerminkan keberanian untuk menantang arus. Di saat banyak orang mencari perhatian dan pengakuan dengan cara yang mudah dicerna oleh publik, mereka yang memilih berbagi pemikiran mendalam tahu bahwa audiens untuk karya intelektual sering kali kecil, selektif, dan butuh waktu untuk memahami. Namun, mereka tetap melakukannya karena melihat nilai dalam menyebarkan ide yang mungkin lebih bertahan lama dan bermakna, meskipun tidak disambut dengan gegap gempita.

     Jalan sunyi ini juga menunjukkan bentuk ketahanan mental yang luar biasa. Di tengah dunia yang sangat tergantung pada pengakuan cepat, mereka berani mengambil risiko tidak dikenal dan tidak dihargai secara luas. Keberanian ini, dalam banyak hal, adalah refleksi dari integritas mereka terhadap apa yang dianggap penting. Mereka memahami bahwa prestasi intelektual dan refleksi mendalam sering kali tidak menawarkan kepuasan instan, tetapi memiliki potensi untuk memberikan dampak jangka panjang yang lebih dalam.

     Pilihan ini juga mencerminkan kesadaran akan betapa sementara dan dangkalnya validasi media sosial. Mereka yang memilih untuk membagikan karya intelektual tanpa berharap banyak apresiasi mungkin melihat bahwa nilai sejati sebuah karya tidak ditentukan oleh jumlah "suka" atau "komentar," tetapi oleh dampak yang bisa diberikan kepada orang-orang yang benar-benar membutuhkannya, meskipun jumlahnya sedikit. Jalan sunyi ini, meskipun sepi dari sorotan, sering kali menjadi tempat di mana ide-ide besar dan perubahan nyata mulai tumbuh.

Orang yang mampu bertahan dari godaan reward media sosial dan memilih jalan sunyi ini adalah kualitas yang jarang dimiliki banyak orang di era digital

Posting Komentar

...

[blogger][facebook]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.