Percepatan Perubahan Iklim

     Sebelum tahun 2000, siklus kunjungan El Nino dan la Nina, dua kondisi anomali cuaca yang ekstrim, hanya mengunjungi Indonesia selang 4 tahun. Namun sejak sepuluh tahun terakhir ini, kita menjadi pelanggan tetap untuk setiap tahunnya. Ambil saja contoh di tahun 2010, La Nina beraksi dan mengakibatkan Indonesia terpapar musim hujan sepanjang tahun tersebut. Untuk tahun ini, El Nino terlihat sejak bulan Agustus kemarin, yang efeknya jelas sebagai kebalikan dari La Nina, menunda kehadiran musim hujan. Kita dengan sangat terpaksa menerima kondisi kemarau yang diperpanjang. Bila ramalan cuaca tidak salah prediksi terhadap gelagat La Nina, maka penghujan baru akan menghampiri di Oktober ini. Tetapi siapa yang bisa tahu kalau si La Nina malah betah berlama-lama bermain?
     Fenomena percepatan siklus untuk satu macam kondisi anomali cuaca tersebut, rasanya sudah cukup menjadi signal untuk diperhatikan sekaligus untuk dipedulikan. Kondisi bumi yang semakin hangat telah disepakati menjadi pemicunya. Pemicu perubahan iklim. Meskipun agak mudah untuk bisa membayangkan bagaimana seandainya misalnya La Nina sampai betah berlama-lama untuk jangka dua hingga tiga tahun? Lalu setelahnya berganti ke El Nino selama periode tiga atau empat tahun. Efek yang ditimbulkannya sepertinya tidak terlalu untuk mudah diprediksi apalagi untuk dibayangkan.
     Dengan meningkatnya suhu bumi, fenome lainnya yang ramai belakangan ini dibicarakan adalah mulai mencairnya beberapa bagian es abadi yang berada di daerah kutub. Pencairan tersebut semulanya terasa wajar, namun kemudian menjadi mengerikan ketika gas metana yang ada bersama es tersebut, lepas ke atmosfir bumi. Sengaja saya mengulangi sebagai penekanan, bahwa gas Metana tersebut adalah salah satu dari jenis gas Rumah Kaca yang memegang andil paling penting dalam proses menghangatnya suhu bumi. Yang semakin mengerikan lagi adalah, gas metana tersebut mempunyai kemampuan memerangkap panas 25 kali lebih besar dibandingkan gas karbon dioksida.
     Kita akan berada di situasi berefek domino. Mencairnya es di Arktik oleh suhu bumi yang meningkat, mengakibatkan banyaknya gas metana yang lepas ke atmosfir. Gas metana tersebut kemudian akan menjebak panas secara sangat efektif yang kemudian mempercepat laju pemanasan global. Berikutnya, semakin banyak es yang mencair, akan semakin banyak pula gas yang memperburuk situasi. Suatu rangkaian yang begitu mengerikan untuk dibayangkan.
     James Hansen ahli iklim yang dimiliki Nasa mengatakan kita dalam kondisi 'darurat Bumi'. Namun sayang sekali, terdapat perbedaan yang sangat lebar antara apa yang diketahui oleh para ilmuwan tersebut dengan apa yang diketahui oleh publik. Di akhir abad 21 ini diperkirakan bumi tidak mempunyai lagi laut es. Sementara dalam jangka yang tidak terlalu lama, 'Dara' satu lembaga sosial yang bergerak di bidang lingkungan memperkirakan lebih dari 100 juta jiwa manusia akan melayang oleh masalah perubahan iklim ini. Perubahan iklim yang mengakibatkan naiknya muka air laut, kekeringan, cuaca ekstrim, menjadi monster yang begitu efektif untuk merenggut kehidupan.
     Selanjutnya menjadi tanggung jawab kita sesama penghuni bumi untuk membantu mempersempit kesenjangan kesadaran akan perubahan iklim yang kita hadapi bersama. Langkah-langkah signifikan yang kecil namun diterapkan secara konsisten di dalam berperilaku terhadap lingkungan, dipastikan akan memberikan efek yang bisa membantu perlambatan laju perubahan iklim bumi. Kita tidak perlu berkecil hati apalagi sampai menjadi apatis, bila menjumpai perilaku yang begitu efektif menyumbang emisi gas rumah kaca ke atmosfir kita. Perilaku kita yang berbasis kepedulian akan perubahan iklim, merupakan suatu kehormatan yang sangat layak untuk menjadi contoh bagi sesama.
    Save the Earth, save our life.
gambar : icjpraject.org

Fenomena percepatan siklus untuk satu macam kondisi anomali cuaca tersebut, rasanya sudah cukup menjadi signal untuk diperhatikan sekaligus untuk dipedulikan.

Posting Komentar

...

[blogger][facebook]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.