Dalam konteks kapitalisme modern, terutama di era Industri 4.0 dan 5.0, ditandai oleh perkembangan teknologi digital, otomatisasi, dan internet of things (IoT) yang mengubah cara produksi dan interaksi manusia dengan teknologi. Dalam era ini, kontrol biopolitik semakin halus dan menyebar melalui teknologi canggih yang memantau, menganalisis, dan mengendalikan setiap aspek kehidupan individu.
Kontrol digital, pengawasan, dan penguasaan informasi dalam kapitalisme modern dapat dilihat sebagai bentuk perbudakan baru, tetapi dalam konteks yang lebih halus dan tersembunyi dibandingkan perbudakan fisik masa lalu. Bentuk kontrol ini lebih bersifat mental dan sosial, di mana individu tampaknya memiliki kebebasan tetapi pada kenyataannya mereka tunduk pada sistem kontrol yang lebih luas dan sulit dilihat.
Perbudakan Baru dalam Kapitalisme Informasi
Pada era modern ini, "perbudakan" tidak lagi terjadi dalam bentuk rantai fisik atau pemaksaan tenaga kerja manual seperti yang terjadi di masa lalu, tetapi lebih berbentuk dalam bentuk kontrol data, informasi, dan preferensi. Beberapa elemen yang bisa dianggap sebagai bentuk perbudakan baru adalah:
➮ Ketergantungan pada Platform Teknologi: Dalam dunia digital, banyak orang bergantung pada platform teknologi besar seperti Google, Facebook, Amazon, dan lainnya untuk kebutuhan pekerjaan, komunikasi, dan hiburan. Platform ini memiliki kekuasaan besar dalam mengontrol informasi yang kita lihat, mengumpulkan data pribadi, dan bahkan membentuk persepsi kita tentang dunia. Kebebasan individu tampaknya terjamin, tetapi di bawah permukaan, ada ketergantungan yang dalam terhadap ekosistem digital yang mereka kuasai.
➮ Eksploitasi dalam Gig Economy: Seperti yang disebutkan sebelumnya, pekerja dalam gig economy (seperti pengemudi Uber atau pekerja lepas di Fiverr) berada dalam sistem di mana kebebasan yang dijanjikan sering kali bersifat semu. Mereka tidak memiliki perlindungan sosial yang memadai, penghasilan sering kali tidak pasti, dan kontrol sebenarnya dipegang oleh algoritma yang menentukan kapan mereka bekerja dan berapa banyak mereka dapat memperoleh. Hal ini mencerminkan bentuk baru dari eksploitasi tenaga kerja.
➮ Pengawasan dan Data: Pengumpulan data besar-besaran oleh perusahaan teknologi memberikan mereka kekuasaan besar atas individu. Perusahaan mengetahui kebiasaan, preferensi, dan bahkan lokasi kita setiap saat. Informasi ini digunakan untuk memanipulasi perilaku konsumen, sering kali tanpa disadari oleh individu tersebut. Pengawasan yang terus-menerus ini mengingatkan pada sistem kekuasaan yang dikendalikan oleh teknologi, yang mirip dengan "penjara digital" di mana individu selalu diawasi dan diarahkan.
Siapa Pejuang Pembebasan dari "Perbudakan" Baru?
Beberapa gerakan modern berupaya memperjuangkan pembebasan dari bentuk-bentuk kontrol ini, meskipun tidak selalu menggunakan istilah "perbudakan." Perjuangan mereka lebih kepada menantang dominasi perusahaan teknologi besar, pengawasan digital, dan eksploitasi dalam bentuk yang lebih halus.
➮ Gerakan Privasi Digital: Kelompok-kelompok yang memperjuangkan privasi digital, seperti Electronic Frontier Foundation (EFF), memperjuangkan kebebasan individu dari pengawasan digital. Mereka menentang praktik pengumpulan data oleh perusahaan teknologi dan berusaha melindungi privasi pengguna internet. Mereka juga mendesak regulasi yang lebih kuat terhadap perusahaan besar yang memonopoli data pribadi.
➮ Regulasi Teknologi oleh Pemerintah: Ada upaya dari beberapa pemerintah dan regulator untuk membatasi kekuasaan perusahaan teknologi besar. Contohnya adalah regulasi General Data Protection Regulation (GDPR) di Uni Eropa, yang bertujuan melindungi data pribadi dan memberikan kontrol lebih kepada individu atas informasi mereka. Ini adalah salah satu bentuk upaya untuk membatasi kekuasaan kapitalis teknologi dalam mengendalikan kehidupan digital.
➮ Gerakan Keadilan Sosial dalam Gig Economy: Beberapa kelompok buruh dan organisasi hak-hak pekerja memperjuangkan perlindungan sosial dan kondisi kerja yang lebih baik bagi pekerja dalam gig economy. Mereka berusaha mendapatkan hak-hak dasar seperti asuransi, jaminan pensiun, dan upah minimum bagi pekerja yang sering kali dieksploitasi oleh platform teknologi. Contohnya adalah perjuangan untuk menjadikan pengemudi Uber sebagai pekerja resmi dengan hak-hak penuh di berbagai negara.
➮ Gerakan Teknologi Terbuka (Open Source): Komunitas open source juga memperjuangkan bentuk pembebasan dari ketergantungan terhadap perusahaan teknologi besar. Mereka menciptakan perangkat lunak dan sistem terbuka yang tidak dimiliki oleh perusahaan besar, tetapi oleh komunitas pengguna itu sendiri. Ini merupakan bentuk perlawanan terhadap monopoli teknologi dan upaya untuk menciptakan alat-alat yang bisa diakses dan digunakan oleh semua orang tanpa kontrol dari entitas kapitalis besar.
➮ Perlawanan terhadap Algoritma dan AI: Beberapa aktivis dan akademisi juga menyoroti bahaya dari kekuasaan algoritma dan kecerdasan buatan (AI). Mereka memperdebatkan bahwa sistem ini sering kali tidak transparan, bias, dan memperkuat ketidakadilan sosial. Ada upaya untuk mendemokratisasikan penggunaan teknologi AI dan memastikan bahwa teknologi ini tidak hanya melayani kepentingan perusahaan besar, tetapi juga masyarakat luas.
Pemikiran Filosofis tentang Pembebasan Modern
Beberapa pemikir filsafat kontemporer juga telah menyoroti masalah ini dan menghubungkannya dengan gagasan pembebasan.
➮ Byung-Chul Han, seorang filsuf Korea-Jerman, dalam bukunya The Burnout Society, membahas bagaimana masyarakat modern telah bergerak dari bentuk kekuasaan yang menekan ke kekuasaan yang "memproduksi." Dia berargumen bahwa kapitalisme modern, dengan teknologi digital dan budaya performativitas, menciptakan "subjek yang memproduksi dirinya sendiri"—kita terus-menerus bekerja dan menampilkan diri di media sosial dan platform lain, dan ini menciptakan perbudakan baru, bukan dengan rantai fisik tetapi dengan ekspektasi dan tekanan sosial.
➮ Giorgio Agamben, seorang filsuf Italia, juga mengembangkan konsep biopolitik Foucault dan memperkenalkan gagasan tentang homo sacer, yaitu individu yang dapat dikendalikan dan ditinggalkan oleh kekuasaan negara. Dalam konteks modern, homo sacer bisa diterjemahkan ke dalam bentuk manusia yang sepenuhnya terjebak dalam sistem teknologi dan digital, di mana keberadaan mereka dikendalikan oleh algoritma dan data.
➮ Shoshana Zuboff, dengan konsepnya tentang Surveillance Capitalism (Kapitalisme Pengawasan), menyoroti bagaimana perusahaan besar seperti Google dan Facebook telah menciptakan ekonomi yang didasarkan pada pengawasan massal dan penjualan data pribadi untuk keuntungan. Menurutnya, ini adalah bentuk kekuasaan yang sangat baru dan berbahaya, di mana individu menjadi "produk" dari sistem kapitalis.
Apakah Ada Pembebasan yang Nyata?
Meskipun banyak gerakan dan pemikiran yang memperjuangkan pembebasan dari bentuk kontrol baru ini, tantangannya sangat besar. Sistem teknologi dan kapitalisme modern sangat kompleks dan sudah terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari. Pembebasan dari bentuk "perbudakan" ini memerlukan kesadaran yang mendalam tentang bagaimana kekuasaan bekerja, serta upaya kolektif untuk menciptakan sistem alternatif yang lebih adil dan manusiawi.
Pembebasan tidak hanya berarti menghancurkan sistem teknologi yang ada, tetapi juga mendesain ulang cara teknologi digunakan agar lebih transparan, demokratis, dan etis. Hal ini termasuk memberikan lebih banyak kontrol kepada individu atas data mereka, menciptakan sistem ekonomi yang lebih adil untuk pekerja digital, dan mengatur perusahaan teknologi besar agar tidak memiliki monopoli terhadap kehidupan digital kita.
Institusi penting adalah pemerintah, legislatif, dan yudikatif untuk menyadari konsep biopolitik tersebut sehingga dapat turut serta mendukung Gerakan Pembebasan. Pemerintah diharapkan segera menyediakan regulasi, aturan dan undang-undang yang melindungi masyarakat, salah satunya pada pekerja gig economy yang rentan, dari eksploitasi oleh perusahaan kapitalis modern. Penting untuk memastikan hak-hak dasar pekerja, seperti upah minimum yang adil, akses terhadap asuransi dan perlindungan sosial, serta mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif.
Selain itu, diharapkan adanya modul-modul pendidikan dan kampanye yang sehat di media massa dan sosial media untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya melindungi diri dari jerat perbudakan modern. Edukasi ini akan membantu masyarakat memahami hak-hak mereka dan bekerja sama dalam perjuangan kolektif untuk menciptakan sistem kerja yang lebih adil dan manusiawi. Dengan kerangka hukum yang kuat dan kesadaran yang meningkat, diharapkan ketidakadilan dan eksploitasi dalam gig economy dapat diminimalisir, menciptakan lingkungan kerja yang layak bagi semua.
Pada intinya, bentuk perbudakan baru di era informasi dan teknologi mungkin tidak sesederhana perbudakan fisik di masa lalu, tetapi tantangannya adalah bagaimana manusia modern dapat meraih kembali kendali atas kehidupan mereka yang semakin terkait dengan sistem teknologi yang masif.
Posting Komentar
...