April 7, 202512:47:23 AM

Lima Kepunahan Massal

     Kepunahan massal adalah peristiwa dramatis dalam sejarah Bumi yang menyebabkan hilangnya banyak spesies secara bersamaan. Dalam skala waktu geologi yang sangat luas, kita melihat lima peristiwa utama yang menciptakan titik balik dalam evolusi kehidupan. Mari kita telusuri setiap kepunahan, diberi penanda penting dalam istilah geologi.
 

1. Kepunahan Ordovisium-Silur, yang terjadi sekitar 443 juta tahun yang lalu, menandai akhir dari periode Ordovisium dan merupakan salah satu peristiwa kepunahan terbesar dalam sejarah Bumi. Peristiwa ini mengakibatkan hilangnya sekitar 85% spesies laut yang ada pada waktu itu, menjadikannya salah satu kepunahan paling signifikan dalam sejarah kehidupan di planet kita.

     Pada masa ini, kehidupan sebagian besar terkonsentrasi di lautan, dengan banyak spesies invertebrata seperti trilobit, brachiopoda, dan graptolit yang mendominasi ekosistem laut. Namun, menjelang akhir Ordovisium, planet ini mengalami perubahan lingkungan yang dramatis yang menyebabkan kepunahan massal tersebut.

     Salah satu penyebab utama kepunahan Ordovisium-Silur kemungkinan besar adalah penurunan drastis permukaan laut yang diakibatkan oleh pembekuan es besar-besaran. Saat benua-benua masa kini berada di dekat kutub selatan, kondisi iklim menyebabkan pembentukan lapisan es yang luas. Proses ini mengurung sejumlah besar air dalam bentuk es, mengakibatkan penurunan signifikan permukaan laut.

     Penurunan permukaan laut ini memiliki dampak yang dahsyat pada habitat laut, mengakibatkan hilangnya wilayah-wilayah dangkal tempat banyak organisme hidup. Ketika wilayah-wilayah ini mengering, banyak spesies kehilangan habitat mereka dan tidak mampu bertahan dalam kondisi lingkungan yang berubah dengan cepat. Perubahan drastis dalam kimia air laut dan suhu juga menambah tekanan pada organisme-organisme tersebut.

     Dalam istilah geologi, kepunahan Ordovisium-Silur ditandai dengan batas Ordovisium-Silur. Batas ini menunjukkan perubahan besar dalam endapan laut yang dapat diamati di berbagai lokasi di seluruh dunia. Lapisan-lapisan batuan dari periode ini menunjukkan tanda-tanda perubahan lingkungan yang drastis, seperti variasi dalam komposisi fosil dan struktur sedimen. Kehadiran isotop oksigen dalam endapan ini juga memberikan petunjuk tentang perubahan suhu dan iklim yang menyertai peristiwa tersebut.

2. Kepunahan Devon Akhir, yang terjadi sekitar 359 juta tahun yang lalu, mengakibatkan hilangnya sekitar 75% spesies yang ada pada waktu itu, mencakup berbagai organisme laut dan darat. Devon adalah periode yang terkenal dengan "Zaman Ikan", di mana ikan berrahang pertama kali mendominasi lautan, sementara tanaman darat dan serangga juga mulai berkembang pesat.

     Penyebab utama kepunahan Devon Akhir kemungkinan besar adalah kombinasi dari beberapa faktor lingkungan yang ekstrem. Salah satunya adalah perubahan iklim yang mendadak, yang bisa disebabkan oleh perubahan besar dalam siklus karbon dioksida. Fluktuasi dalam kadar CO₂ atmosfer bisa memicu perubahan iklim global, yang berdampak pada habitat laut dan darat.

     Selain itu, letusan vulkanik besar-besaran mungkin telah melepaskan sejumlah besar debu dan gas ke atmosfer, menyebabkan penurunan suhu global dan perubahan kimia air laut. Letusan ini juga dapat menyebabkan hujan asam yang merusak lingkungan darat dan laut. Efek gabungan dari pendinginan global dan perubahan kimia air laut kemungkinan besar menekan banyak organisme, menyebabkan stres lingkungan yang parah.

     Penurunan kadar oksigen di laut, atau anoksia laut, juga diyakini berperan penting dalam kepunahan ini. Ketika laut mengalami stagnasi, yaitu ketika sirkulasi air melambat atau terhenti, kadar oksigen di dalam air bisa menurun drastis. Organisme yang hidup di laut dangkal, seperti terumbu karang dan ikan, sangat rentan terhadap kondisi anoksik ini. Penurunan kadar oksigen akan menghambat metabolisme organisme laut dan akhirnya menyebabkan kematian massal.

     Dalam rekaman geologi, kepunahan Devon Akhir ditandai oleh lapisan endapan yang menunjukkan tanda-tanda stagnasi air laut. Lapisan sedimen ini sering menunjukkan perubahan dalam komposisi mineral dan inklusi dari fosil-fosil yang mengalami stres lingkungan. Fosil-fosil ini memberikan bukti bahwa organisme pada masa itu harus bertahan dalam kondisi lingkungan yang keras sebelum akhirnya banyak dari mereka punah.
 

3. Kepunahan Perm-Trias, yang terjadi sekitar 252 juta tahun yang lalu di akhir periode Perm,  sekitar 96% spesies laut dan 70% spesies darat punah, menjadikannya kepunahan yang sangat signifikan dan merusak ekosistem global.

     Faktor penyebab utama kepunahan Perm-Trias mencakup beberapa perubahan lingkungan yang ekstrem dan peristiwa geologis besar. Salah satu penyebab utama yang sering disebut adalah aktivitas vulkanik besar-besaran di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Siberia. Letusan vulkanik ini, yang dikenal sebagai Siberian Traps, melepaskan sejumlah besar lava dan gas ke atmosfer, termasuk karbon dioksida (CO₂) dan belerang dioksida (SO₂). Gas-gas ini menyebabkan pemanasan global yang ekstrem dan hujan asam, yang merusak ekosistem darat dan laut.

     Perubahan iklim ekstrem yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik ini juga memainkan peran penting dalam kepunahan. Peningkatan kadar CO₂ di atmosfer menyebabkan efek rumah kaca yang memperburuk suhu global, sementara SO₂ di atmosfer menyebabkan hujan asam yang merusak tumbuhan dan ekosistem. Dampak gabungan dari pemanasan global dan hujan asam ini menciptakan kondisi lingkungan yang sangat keras, yang tidak dapat diadaptasi oleh banyak spesies.

     Selain itu, kondisi anoksia laut (kekurangan oksigen) juga merupakan faktor kunci dalam kepunahan Perm-Trias. Aktivitas vulkanik dan perubahan iklim menyebabkan stagnasi dalam sirkulasi air laut, yang mengurangi oksigen yang larut dalam air. Anoksia laut ini mengakibatkan kematian massal bagi organisme laut yang bergantung pada oksigen untuk bertahan hidup, termasuk terumbu karang, moluska, dan berbagai spesies ikan. Organisme yang tinggal di laut dangkal, yang paling rentan terhadap perubahan kadar oksigen, mengalami dampak yang paling parah.

     Secara geologi, kepunahan Perm-Trias dikenal sebagai batas Perm-Trias. Batas ini dapat diidentifikasi dalam lapisan-lapisan batuan di seluruh dunia dan ditandai oleh perubahan dramatis dalam komposisi fosil dan endapan sedimen. Lapisan-lapisan ini menunjukkan penurunan tiba-tiba dalam keberagaman fosil dan adanya lapisan abu vulkanik yang tebal, yang menjadi saksi bisu dari aktivitas vulkanik besar-besaran pada masa itu.

     Batas Perm-Trias juga menunjukkan perubahan besar dalam kimia batuan, termasuk peningkatan signifikan dalam isotop karbon yang menunjukkan fluktuasi besar dalam siklus karbon global. Data isotop ini memberikan bukti bahwa perubahan iklim dan kondisi lingkungan selama periode ini sangat ekstrem dan berdampak besar pada kehidupan di Bumi.
 

4. Kepunahan Trias-Jura, yang terjadi sekitar 201 juta tahun yang lalu di akhir periode Trias, mengakibatkan hilangnya sekitar 80% spesies yang ada pada waktu itu, termasuk banyak spesies reptil besar dan organisme laut. Kepunahan ini menciptakan landasan bagi dinosaurus untuk mendominasi ekosistem darat selama periode Jura yang mengikuti.

     Faktor penyebab utama kepunahan Trias-Jura kemungkinan besar melibatkan aktivitas vulkanik yang intens dari Pematang Tengah Atlantik. Pematang Tengah Atlantik adalah zona rift di tengah Samudera Atlantik di mana lempeng tektonik saling menjauh, menciptakan letusan vulkanik yang masif. Letusan ini melepaskan sejumlah besar gas ke atmosfer, termasuk karbon dioksida (CO₂) dan metana (CH₄), yang menyebabkan peningkatan signifikan dalam efek rumah kaca dan pemanasan global.

     Perubahan iklim yang diakibatkan oleh aktivitas vulkanik ini berkontribusi pada kepunahan massal dengan menciptakan kondisi lingkungan yang sangat tidak stabil. Suhu global yang meningkat menyebabkan perubahan besar dalam habitat yang ada, merusak ekosistem darat dan laut. Selain itu, pelepasan gas vulkanik juga dapat menyebabkan hujan asam, yang lebih lanjut merusak tumbuhan dan organisme laut.

     Dalam rekaman geologi, kepunahan Trias-Jura ditandai dengan batas Trias-Jura. Batas ini dapat dilihat dalam lapisan-lapisan sedimen yang menunjukkan perubahan besar dalam jenis fosil dan endapan. Lapisan ini menunjukkan hilangnya tiba-tiba banyak spesies dan perubahan dalam komposisi fosil yang menandakan adanya stres lingkungan. Perubahan besar dalam endapan sedimen juga menunjukkan adanya gangguan lingkungan yang signifikan, seperti perubahan dalam kimia air laut dan struktur sedimen.

     Batas Trias-Jura juga menunjukkan adanya peningkatan dalam isotop karbon yang mencerminkan perubahan dalam siklus karbon global. Data isotop ini memberikan bukti bahwa perubahan lingkungan yang terjadi selama periode ini sangat ekstrem dan berdampak besar pada kehidupan di Bumi. Peristiwa ini menunjukkan bagaimana aktivitas geologis yang intens dapat menyebabkan perubahan besar dalam ekosistem global dan memicu kepunahan massal.

5. Kepunahan Kapur-Paleogen, yang terjadi sekitar 66 juta tahun yang lalu, mungkin adalah peristiwa kepunahan massal paling terkenal dalam sejarah Bumi karena mengakhiri era dinosaurus. Peristiwa ini mengakibatkan hilangnya sekitar 75% spesies di Bumi, termasuk banyak spesies yang mendominasi daratan dan lautan. Kepunahan ini menciptakan perubahan besar dalam ekosistem global dan membuka jalan bagi evolusi mamalia dan akhirnya manusia.

     Penyebab utama kepunahan Kapur-Paleogen adalah tumbukan asteroid besar yang menciptakan kawah Chicxulub di Yucatán, Meksiko. Tumbukan ini melepaskan energi yang sangat besar, setara dengan miliaran bom atom, yang menyebabkan kebakaran hutan global, gelombang tsunami, dan pelepasan partikel debu dan gas ke atmosfer. Partikel-partikel ini menghalangi sinar matahari, menyebabkan penurunan suhu global yang drastis, dan memicu efek rumah kaca yang signifikan.

     Akibat dari tumbukan ini adalah gangguan besar dalam rantai makanan. Tanaman tidak dapat melakukan fotosintesis karena kurangnya sinar matahari, yang menyebabkan keruntuhan ekosistem darat dan laut. Banyak spesies dinosaurus, baik karnivora maupun herbivora, tidak dapat bertahan hidup dalam kondisi lingkungan yang berubah dengan cepat ini. Selain itu, hewan-hewan kecil yang bergantung pada tumbuhan dan hewan lainnya juga terdampak parah.

     Selain tumbukan asteroid, aktivitas vulkanik di Deccan Traps, India, juga berperan dalam kepunahan ini. Letusan vulkanik ini melepaskan sejumlah besar gas seperti belerang dioksida (SO₂) dan karbon dioksida (CO₂) ke atmosfer. Gas-gas ini berkontribusi pada hujan asam dan pemanasan global, yang lebih lanjut merusak lingkungan darat dan laut. Kombinasi dari tumbukan asteroid dan aktivitas vulkanik menciptakan kondisi lingkungan yang sangat tidak stabil dan tidak bersahabat bagi banyak spesies.

     Dalam rekaman geologi, batas geologi ini dikenal sebagai batas Kapur-Paleogen (K-Pg), yang sebelumnya disebut batas Kapur-Tersier (K-T). Batas ini ditandai dengan lapisan tipis iridium yang sangat tinggi dibandingkan dengan lapisan batuan di sekitarnya. Iridium adalah unsur yang jarang ditemukan di kerak bumi tetapi umum di meteorit, memberikan bukti kuat tentang tumbukan asteroid. Selain itu, perubahan mendadak dalam fosil plankton juga menjadi indikator penting dari kepunahan ini. Di bawah batas K-Pg, fosil plankton menunjukkan keanekaragaman yang tinggi, tetapi di atas batas ini, keanekaragaman fosil plankton menurun tajam.

     Dengan memahami kepunahan massal ini, kita dapat melihat bagaimana perubahan besar dalam lingkungan Bumi dapat memicu transformasi dramatis dalam evolusi kehidupan. Setiap peristiwa kepunahan membuka jalan bagi munculnya spesies baru dan mengatur panggung bagi evolusi berikutnya, menunjukkan ketahanan dan adaptasi kehidupan di planet kita.

 

Rujukan:

George R. McGhee, The Late Devonian mass extinction: the Frasnian/Famennian crisis (1996). Columbia University Press

T.J. Algeo, "Terrestrial-marine teleconnections in the Devonian: links between the evolution of land plants, weathering processes, and marine anoxic events" (1998)

Michael J. Benton, When Life Nearly Died: The Greatest Mass Extinction of All Time (2003). Thames & Hudson.

Douglas H. Erwin, Extinction: How Life on Earth Nearly Ended 250 Million Years Ago (2006). Princeton University Press.

Peter D. Ward dan Joe Kirschvink, A New History of Life: The Radical New Discoveries about the Origins and Evolution of Life on Earth (2015). Bloomsbury Publishing.

Robert M. DeConto dan David Pollard, "The Role of CO2 and Ocean Acidification in the End-Cretaceous Extinction" (2003). Science.

Kepunahan massal adalah peristiwa dramatis dalam sejarah Bumi yang menyebabkan hilangnya banyak spesies secara bersamaan.

Posting Komentar

Posting Komentar

...

Emoticon
:) :)) ;(( :-) =)) ;( ;-( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.