April 10, 202506:40:30 AM

Membaca Gagal Paham Buta Huruf

     "Functionally illiterate" adalah istilah yang menggambarkan seseorang yang memiliki kemampuan membaca dan menulis dasar, tetapi keterampilan tersebut belum cukup untuk menjalankan tugas-tugas yang memerlukan literasi lebih kompleks. Dalam kehidupan sehari-hari, terutama di lingkungan yang membutuhkan literasi untuk bekerja atau berfungsi secara efektif, hal ini menjadi kendala besar. 

     Seorang yang functionally illiterate mungkin mampu membaca dan menulis kata-kata atau kalimat sederhana, tetapi kesulitan memahami teks yang lebih panjang, istilah teknis, atau bahasa formal. Contoh nyata dari tantangan ini adalah ketidakmampuan memahami instruksi obat, mengisi formulir dengan benar, membaca kontrak kerja, atau menyerap informasi dari berita. Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun secara teknis mereka "melek huruf," literasi mereka tidak memadai untuk memenuhi tuntutan sosial atau profesional tertentu.

     Dalam percakapan sehari-hari, istilah ini sering kali diparodikan dengan penggunaan istilah "buta huruf" untuk menyindir mereka yang dianggap tidak mampu memahami konteks atau esensi informasi yang lebih mendalam. Misalnya, seseorang mungkin bisa membaca artikel berita, tetapi gagal menangkap konteks, maksud, atau implikasi yang lebih luas dari informasi tersebut. Dalam bentuk satire, istilah "buta huruf secara fungsional" sering digunakan untuk menggambarkan kurangnya pemahaman ini, mencerminkan bahwa kemampuan teknis untuk membaca saja tidak cukup di dunia modern. Literasi yang lebih tinggi, melibatkan analisis, penafsiran, dan penerapan informasi, adalah hal yang esensial untuk memahami isu-isu sosial, profesional, atau bahkan moral yang lebih kompleks.

     Konsep literasi fungsional ini relevan dalam konteks penilaian seperti PISA, atau Programme for International Student Assessment. PISA adalah studi internasional yang dikembangkan oleh OECD untuk menilai kemampuan siswa berusia 15 tahun dalam membaca, matematika, dan sains. Tujuan utamanya adalah mengevaluasi sejauh mana siswa mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam situasi kehidupan nyata, melampaui sekadar kemampuan menjawab soal-soal akademis. Dalam penilaian ini, literasi membaca menjadi salah satu aspek utama yang diukur, mengungkap apakah siswa memiliki kemampuan memahami, menganalisis, atau menafsirkan teks yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Ketika seorang siswa kesulitan memahami makna teks yang kompleks atau tidak dapat mengambil informasi kunci dari teks tersebut, hal itu menjadi cerminan dari functional illiteracy.

     Hasil PISA kerap menjadi indikator utama tingkat literasi fungsional suatu negara. Negara-negara yang mencetak skor rendah dalam membaca sering kali menghadapi tantangan besar dalam membangun sumber daya manusia yang mampu berfungsi secara efektif di masyarakat. Kondisi ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan Human Development Index (HDI), sebuah ukuran yang mencakup tiga indikator utama yaitu pendidikan, kesehatan, dan pendapatan. 

     Literasi yang baik memungkinkan individu untuk mengakses informasi kesehatan yang krusial, seperti pentingnya imunisasi atau langkah-langkah pencegahan penyakit, serta memanfaatkan peluang pendidikan yang lebih tinggi untuk meningkatkan pendapatan mereka. Sebaliknya, rendahnya literasi fungsional menghambat upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat. Banyak individu yang kesulitan memahami atau memanfaatkan peluang yang tersedia, yang pada akhirnya menghambat peningkatan HDI.

     Fenomena ini terlihat jelas di banyak negara berkembang. Meski angka melek huruf formal meningkat, masih banyak individu yang tidak mampu membaca dan memahami dokumen sederhana seperti instruksi keselamatan atau jadwal pembayaran. Seorang petani, misalnya, mungkin mampu membaca label pupuk tetapi gagal memahami penggunaannya dengan benar, yang dapat merugikan hasil panennya. Begitu pula dengan pekerja yang bisa membaca tetapi tidak memahami isi kontrak kerja mereka, sehingga terjebak dalam kondisi kerja yang tidak adil. Ini menunjukkan bahwa literasi bukan hanya soal membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat berdasarkan pemahaman informasi.

sumber gambar: kompas[dot]id
 

      Mengatasi functional illiteracy membutuhkan pendekatan yang holistik. Ini bukan semata tanggung jawab sistem pendidikan formal, tetapi juga seluruh elemen masyarakat. Pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, dan komunitas lokal perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran sepanjang hayat. Memberikan pelatihan keterampilan praktis, menyelenggarakan kampanye kesadaran, dan menyediakan akses ke informasi yang jelas dan sederhana adalah langkah-langkah penting. 

     Ketika literasi fungsional meningkat, individu tidak hanya diperkaya dengan keterampilan baru, tetapi juga lebih siap untuk berkontribusi pada kemajuan sosial dan ekonomi negara. Pada akhirnya, peningkatan literasi tidak hanya mengangkat kualitas hidup individu tetapi juga mempercepat peningkatan HDI, menciptakan masyarakat yang lebih sehat, lebih sejahtera, dan lebih berdaya untuk menghadapi tantangan masa depan.

Seorang yang functionally illiterate mungkin mampu membaca dan menulis kata atau kalimat sederhana, tetapi kesulitan memahami teks yang lebih panjang

Label:

Posting Komentar

Posting Komentar

...

Emoticon
:) :)) ;(( :-) =)) ;( ;-( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.