Jalan Pedang

     Jalan Pedang yang begitu fenomenal menjadi buah bibir nasehat dari para orang bijak, tidak pernah terlepas dari perjalanan hidup Miyamoto Musashi. Meski demikian, sebelum memaparkan secara singkat bagaimana jalan pedang milik Musashi, ada baiknya kita melihat juga 'jalan pedang' yang dipaparkan dalam dialog akhir film 'the Hero' antara Raja Qin dan the Nameless (Jet Lee) sang pemeran utama.
     Dialog itu jika diringkas kurang lebih menggambarkan empat tahap pencapaian Jalan Pedang yang dimulai dari level nol,  'level' tanpa level.

     Level nol, jenjang ketrampilan teknis, yakni tahap ketika segala yang fisik dan peristiwa kasat matalah yang menjadi daya tarik dan pesonanya. Pada tahap ini, jenjang jago pedang itu masih di taraf ”kulit”, di permukaan pada level inderawi, teknis semata alias jenjang pemula, tahapan yang masih “hijau” dan belum bisa mencapai taraf ”esensi”.  
     Level pertama, penyatuan antara diri dengan pedang. Inilah tahapan sesungguhnya. Tahap di mana pedang adalah diri dan diri adalah pedang. Keterampilan teknis pada jenjang nol (pemula) telah dilalui dan terkuasai dengan baik. Pada tahap ini bahkan sehelai rumput di tangan pun bisa menjadi senjata mematikan.  
     Level kedua, menghilangkan pedang dari tangan, pada level abstraksi. Pedang hanya ada di hati. Dengan pedang di hati, musuh yang berada jauh sekalipun bisa dikalahkan dengan mudah, bukan secara fisik, melainkan secara mental, psikologis.  
     Level ketiga, pencapaian tertinggi dari ilmu pedang, yaitu menghilangkan pedang baik di tangan maupun di hati. Tidak ada lagi musuh yang harus dikalahkan karena tidak ada lagi yang dianggap sebagai musuh. Penyerahan diri total, mengakui ada persoalan yang jauh lebih besar dari kepentingan diri sendiri. Dan inilah hakikat dari ilmu pedang dan semua ilmu yang lain: suatu jalan untuk mencapai derajat kemanusiaan tertinggi.

     Begitulah tahapan dalam jalan pedang dalam film tersebut. Selanjutnya, mari kita menyimak bagaimana jalan pedang yang dirumuskan oleh Musashi sendiri.


JALAN PEDANG MUSASHI

                           Kalau kau mati,
                           aku pun mati.
                           Matiku akan punya arti bagiku
                           seperti matimu berarti buatmu.

                           Kalau kau bisa mengakhiri hidupmu dengan tenang,
                           aku pun bisa.
                           Takkan ku terinjak layaknya serangga
                           atau tenggelam dalam nestapa.

                           Akulah penentu jalanku sendiri.
                           Tak seorang pun bisa melakukannya
                           biar pun orang itu adalah engkau!
 
(Musashi by Eiji Yoshikawa, Buku Keempat: Angin)

     Otsu, gadis cantik yang menjadi kekasih Musashi meneguhkan jalan cintanya dalam puisi di atas. Jalan cinta yang harus dijaga jangan sampai menjadi hancur berantakan bahkan oleh Musashi sendiri.

     Setelah pertempuran Sekigahara, Musashi yang masih bernama Takezo mendapati dirinya terluka di tengah ribuan mayat bergelimpangan. Dalam perjalanan pulang ia menjadi buron dan akhirnya tertangkap.

              Anggaplah kamar ini rahim bundamu,
              bersiaplah terlahir kembali.
              Jika melihat hanya dengan matamu,
              tak kan kau lihat apa pun kecuali sel gelap tak berlampu.

                      Tapi pandanglah lebih seksama.
                      Lihatlah dengan mata hatimu dan berpikirlah.
                      Kamar ini akan jadi sumber pencerahan.
                      Pancuran pengetahuan

               Terserah padamu apakah kamar ini jadi kamar kegelapan
                Atau kamar penuh cahaya berkilaun.


     Begitu kata Pendeta Zen Takuan kepada Takezo. Tiga tahun pun berlalu dan ia dilepas dari sekapan di usia dua puluh satu. Lalu Takuan Soho sang Zen membaptisnya menjadi Miyamoto Musashi.
     ”Sekarang cuma ada pedang ini,” ujar Musashi setelah mereka berpisah. ”Satu-satunya barang di dunia ini yang harus jadi andalanku."  
Ia letakkan tangannya ke gagang senjata dan berjanji pada diri sendiri:

     Ku akan hidup dengan aturannya: aturan pedang!
     Ku akan menganggapnya jiwaku.
     Dan dengan belajar menguasainya ku akan berjuang perbaiki diriku:
     tuk menjadi manusia yang lebih berguna dan bijaksana.

           Takuan mengikuti Jalan Zen.
           Dan aku dengan Jalan Pedangku.
           Ku harus jadikan diriku
           manusia yang jauh lebih baik dari dirinya.


     Maka dari seorang pecundang kalah perang di Sekigahara, kemudian menjadi berandalan tak berguna, Musashi berproses hingga perlahan-lahan ia menemukan jati dirinya.

     Awalnya Jalan Pedang Musashi dimulai ketika ia menjadi petarung yang paling kuat. Ia menantang seluruh jago di tanah Jepang dan tidak terkalahkan  di dalam 60 pertarungan. Pada usia 30 tahun, Musashi berhenti mencari lawan, setelah merasa semua ahli pedang bisa ia kalahkan. Ia pun mulai menempuh Jalan Seni, jalan keindahan dan kelembutan, yang kemudian mewarnai Jalan Pedangnya.

     Musashi sebenarnya lebih layak untuk disebut sebagai seorang otodidak. Musashi membimbing dirinya sendiri untuk mendalami berbagai macam ilmu. Salah satu sumber yang banyak ditimbanya adalah buah pikiran Sun Tzu. Dikenal sebagai ahli strategi besar - kalau bukan yang terbesar - Sun Tzu hidup hampir 2000 tahun mendahului Musashi (400-320 tahun sebelum Masehi). “Saya suka berpikir betapa hebatnya orang-orang kuno seperti Lao Tse, Konfusius, Socrates, Sun Tzu, sementara kebanyakan dari kita yang hidup pada milenium ketiga ini cuma sebegini-begini saja.” 
     Kalau Musashi mendekati strategi melalui contoh-contoh dari tarung-tanding (duel), Sun Tzu lebih membahasnya lewat skenario peperangan. Ada beberapa kalimat dari kitab Seni Berperang (The Art of War) Sun Tzu yang amat membekas di hati Musashi. Selama tiga tahun dalam masa penempaan, Musashi kerap membacanya secara lantang berulang-ulang dengan alunan bagaikan nyanyian;

     ** “Barangsiapa mengenal seni perang, tak akan serampangan ia dalam gerakannya. Ia kaya karsa dalam membatasi kemungkinan.”
     ** “Barangsiapa mengenal dirinya sendiri dan mengenal musuhnya, ia senantiasa menang dengan mudah. Barangsiapa mengenal langit dan bumi, ia menang atas segalanya.”
     ** “Kenali musuhmu, kenali dirimu sendiri dan kemenanganmu tak akan terancam. Kenali medan, kenali iklim, maka kemenanganmu akan lengkap.”


     Kisah hidup Miyamoti Musashi (1584 – 1646) menggambarkan transformasi dirinya mulai dari bukan siapa-siapa, kemudian menjadi pendekar pedang yang menakutkan, hingga menjadi seniman yang kontemplasinya tentang filosofi kehidupan ia tuang dalam buku yang rampung sebulan sebelum ajalnya: Gorin no sho (Book of Five Rings), sebuah buku penuntun strategi Jalan Pedang.

Inti Pesan Kitab Lima Cincin (Go Rin no Sho) :

1. Menemukan dan Menciptakan Jalan
      ”Jalan” dalam bahasa Cina disebut dengan “Tao” dan dalam bahasa Jepang disebut “Do”. Seperti halnya akhiran –do yang biasa ada di aliran-aliran bela diri seperti kendo, aikido, karate-do, dan lainnya. Itu menandakan bahwa bela diri tersebut bukan sekadar bela diri saja, tapi juga disiplin dan jalan hidup. Makanya rata-rata beladiri tersebut filosofinya sangat dalam. Akhiran –do banyak dipakai di bela diri yang juga menunjukkan cara hidup. Sering disebut hidup sesuai jalannya, akan mengantar pada kebahagiaan dan sebuah petunjuk untuk hidup yang benar.
     Bagaimana caranya menemukan jalan? Jalan dapat ditemukan dengan meniru, mencari, dan menemukan. Tetapi jika memodifikasi dan mencampurnya dengan elemen diri, dan jadilah jalan kreasi kita. Musashi, yang tak punya guru dan tak pernah belajar secara khusus pada seorang guru pun, menempuh jalannya sendiri, juga ternyata terpengaruh oleh Sun Tzu, biksu Zen Takuan Soho, samurai hebat Yagyu Munenori, dan kitab hsinhsinming. Jadi, yang ditemukan Musashi (the book of five rings) sepertinya adalah campuran ajaran Zen dari Takuan dan kitab Hsinhsinming, seni perang Sun Tzu dan keahlian Yagyu, ditambah, diaduk-aduk, dieksperimenkan dengan keseluruhan pengalaman pribadinya.

     Yang cukup menarik adalah kemampuan Musashi untuk memanfaatkan waktu. Setelah ia memutuskan untuk berhenti menjadi petarung, Musashi mentransformasikan dirinya menjadi seniman. Pada usia yang lebih lanjut Musashi kembali memutuskan untuk menjadi pemikir mengenai Jalan Strategi. Keputusannya untuk pindah jalur dan beralih profesi pada saat yang tepat itu memang memerlukan ketajaman intuisi yang luar biasa. Agaknya, ini juga yang membuat Musashi menjadi petarung kehidupan yang tak terkalahkan. Musashi mengatur dan bukannya diatur oleh waktu kehidupan.

2. Keteguhan Hati Mengamalkan dan Menjaga Jalan
      Memang lebih mudah untuk menjadi peka, menjadi arif dan penuh perenungan ketika kita dalam posisi yang penuh kesusahan dimana sendi-sendi harga diri kita dibenamkan dan segala kesombongan diruntuhkan. Mudah untuk memahami bentuk-bentuk pemikiran, perasaan, benda-benda dan penghargaan kita akan arti hidup itu sendiri. Mudah pula untuk menyadari akan kebeningan cita-cita.
     Yang tidak mudah adalah untuk tetap konsisten pada pencapaian nurani tersebut. Tidak mudah untuk terus menjaga visi kita yang paling menggebu-gebu sekalipun. Perubahan lingkungan, kemudahan-kemudahan, orang-orang yang berbeda lambat laun dapat melunturkan pencapaian nurani. Pada prosesnya, akan muncul riak-riak yang mengganggu yang mengurangi kadar pemikiran dan tindakan kita.

     Musashi pun mengalami naik turunnya semangat dalam mewujudkan jalan pedangnya. Cita-cita yang menjadi visi hidupnya. Musashi sempat terjebak dalam kesombongan sesaat ketika bertemu orang-orang yang terlihat lebih lemah. Jalan pedang seolah-olah menjadi jalan paling berarti dan dalam perjalanannya Musashi banyak mengabaikan unsur-unsur lain di luar dirinya. Musashi kemudian sadar dan berusaha membentuk jalan pedang dengan lurus-lurus pada keyakinan dirinya, menekan segala perasaan lembutnya dan satu hal yang menyelamatkannya dari bahaya keangkuhan adalah keinginannya untuk membuka pintu-pintu ilmu dan belajar dari segala macam orang, segala macam bentuk dan alam semesta.
      Walaupun begitu, ada hal-hal menarik yang agaknya dapat dipelajari dari Musashi. Musashi adalah seorang yang sederhana, rendah hati yang bermain bersih tanpa kecurangan. Musashi keras hati dalam melatih diri dan dalam menimba ilmu berbagai aliran, karena Musashi menyadari bukannya tak mungkin terkalahkan. Musashi selalu menekankan pentingnya timing (ketepatan waktu) dan ritme dalam segala hal. Masuk terlalu cepat atau terlalu lambat dalam pertarungan dipandangnya dapat mengundang persoalan tersendiri. Kemudian perubahan yang terjadi di “langit” dan “bumi” bukan saja harus dicermati melainkan mesti pula diadaptasi untuk keselamatan diri. Juga baginya ilmu pengetahuan itu adalah sebuah “lingkaran bulat”. Artinya, kalau kita bermula dari titik A, setelah melingkar penuh kita akan kembali ke titik A semula. Apa yang dianggap paling elementer adalah juga pelajaran yang paling penting.
Bacaan:  1.Musashi, Eiji Yoshikawa, Gramedia – Jakarta
2.The Lone Samurai, William Scott Wilson, Gramedia – Jakarta
3.The Book of Five Rings, William Scott Wilson, Gramedia – Jakarta

     Membandingkan jalan pedang Musashi dan dialog Raja Qin agaknya menarik untuk menjadi bahan diskusi. Dengan kerendahan hati, saya menunggu tanggapan Anda di halaman komentar di bawah.

Jalan Pedang yang begitu fenomenal menjadi buah bibir nasehat dari para orang bijak, tidak pernah terlepas dari perjalanan hidup Miyamoto Musashi. Meski demikian, sebelum memaparkan secara singkat bagaimana jalan pedang milik Musashi, ada baiknya kita melihat juga 'jalan pedang' yang dipaparkan dalam dialog akhir film 'the Hero' antara Raja Qin

Label: ,

Posting Komentar

  1. wah sy belum sempat nonton filmnya bang, trus sy pernah baca buku eiji yoshikawa, taiko dan musashi, tp lebih dpt mengerti sdikit ttg taiko krn bercerita ttg sejarah jepang dengan alur yg sederhana, klo musashi esensi ceritanya blm sy mengerti bang...heheee, jd tdk bisa berdiskusi soal jalan pedang, sy ijin nyimak diskusinya saja ya bang :)

    BalasHapus
  2. yup, kita tunggu mssukan teman-teman yang lain..

    BalasHapus

...

[blogger][facebook]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.