Ke Lembanna

    Tidak ada yang istimewa bila menyebut lembanna di hari ini. Tempat yang sudah begitu lazim dan lumrah, entah sebagai kata yang sekadar mampir di telinga ataupun sebagai tempat yang terlalu sering dikunjungi. Tentu saja dikunjungi dengan maksud yang beragam. Dan tidak terkecuali kita-kita yang di Korpala Unhas melazimkan lembanna dalam suatu rutinitas organisasi.
Gunung BawakaraEng nampak tegar di belakang sana. Jalan lingkar Lembanna yang sudah di aspal mulus, menjauhkan kaki dari paparan debu. (foto:panoramio.com)

     Begitu ramai, hiruk pikuk oleh para pengunjung, Lembanna hari ini tentu saja sudah sangat jauh berbeda dibandingkan dua puluh tahun yang lalu. Banyak nilai dari kearifan lokal yang kemudian bergeser oleh kemajuan pembangunan, kemajuan kesejahteraan secara ekonomi dan tentu saja dengan menyerap sentuhan-sentuhan kebiasaan dari para pendatang. Bisa dikatakan, evolusi kebudayaan dan kemanusiaan bergulir begitu alamiah.
     Dari kelaziman sehari-hari itulah, kemudian tidak banyak lagi yang memperhatikan fungsi semula Lembanna yang merupakan salah satu gerbang menuju 'ButtaToa', sebutan lain untuk Bawakaraeng. Salah satu gerbang yang istimewa, dinamai Lembanna karena fungsinya sebagai tempat 'peralihan'. 'Lembang' yang di dalam Bahasa Makassar berarti  beralih,  menyeberang atau transformasi.
     Ke Lembanna, adalah menuju gerbang untuk mencapai 'ButtaToa'. Di Lembanna, para 'Pelintas' mempersiapkan diri lahir dan batin. Fisik yang tangguh jelas untuk mengarungi tantangan alam Bawakaraeng. Batin yang terasah dan mumpuni, dipersiapkan sesuai tujuan yang hendak dicapai di Butta Toa. Tentu saja, persiapan batin menjadi begitu bervariasi, mengingat begitu beragam maksud dan tujuan 'orang-orang jaman dulu' yang hendak menyambangi Bawakaraeng.
     Dan di Lembanna, segalanya dipersiapkan. Kita akan dengan mudah menjumpai mereka-mereka yang dapat menunjukkan persiapan apa saja untuk mendukung kepentingan para pelintas. Tentu dengan segala kerahasiaan yang terjaga sebagai bagian dari kearifan budaya masyarakat Lembanna. Ada persiapan untuk beribadah, ada persiapan untuk siarah ke makam Wali, ada persiapan untuk menuntut ilmu kanuragan dan kesaktian, dan masih banyak tujuan-tujuan lainnya. Di sinilah terjadi transformasi  pada diri para pelintas, untuk bisa merendahkan hati, menanggalkan segala pantangan demi mencapai tujuan. Transformasi yang didukung dengan penuh keikhlasan oleh masyarakat Lembanna.
     Setelah semua persiapan dirasa cukup, para pelintas akan dilepas untuk mengarungi sendiri peruntungan sesuai tujuannya. Banyak yang berhasil sesuai harapan, juga tentu saja banyak yang gagal tanpa pernah sampai ke sasaran. Apapun hasil yang dicapai sepenuhnya adalah hasil jerih payah para pelintas. Lembanna tetap seperti sediakala, sebagai gerbang awal menggapai cita-cita di Butta Toa. Tidak ada jaminan keberhasilan dari Lembanna dan masyarakatnya. Di sana hanya ada media dan petunjuk, sementara hasil akhir tetap harus diperjuangkan sendiri.
     Inilah Lembanna, gerbang yang sama yang digunakan Korpala Unhas dalam prosesi akhir rangkaian pendidikan dasarnya. Sarat makna yang simbolis di dalam proses transformasi setiap pribadi di Korpala.
     Jadi, mari kita ke Lembanna.
untuk semua saudaraku tercinta
di Korpala Unhas yang telah memperkaya
khasanah cinta di dalam batin saya
 Sisi lain Lembanna. Rumah-rumah yang senakin indah, seiring perkembangan kondisi ekonomi penduduk Lembanna yang semakin baik. Jaringan listrik dari PLN, mensuplai energi untuk geliat informasi yang tidak terbatas...(foto:panoramio.com)
Tulisan ini juga di posting
di Buletin Lembanna Korpala Unhas 

Dan tidak terkecuali kita-kita yang di Korpala Unhas melazimkan lembanna dalam suatu rutinitas organisasi.

Posting Komentar

  1. Kangen juga rasanya ke Lembanna...mungkin hampir 20 thn..kaki ini tidak menginjak bumi Lembanna...seperti apa ya..bentuknya sekarang...apa udaranya masih dingin.masih bersih..mudah2an suatu saat nanti saya bisa ke sana dengan anak2 korpala....

    BalasHapus
  2. kalau beruntung, bisa dapat dinginnya.. tapi biasanya sih sudah tidak dingin lagi.. pohon2 juga sudah jarang, kalau dari jalan menuju air terjun, sudah bisa kelihatan orang jalan kaki apalagi naik motor di jalan raya ke kanreapia.. tapi nanti kalau ke Lembanna, jangan lupa ajak2 na..

    BalasHapus

...

[blogger][facebook]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.