Pertama Kali, Kegiatan itu Namanya Diksar

     Menyadari pentingnya proses regenerasi dan kelanjutan hidup organisasi yang masih muda itu, Korpala di tahun 1987 menyelenggarakan proses pendidikan dasarnya yang pertama kali. Simpel saja, kegiatan itu langsung disingkat menjadi Diksar. Sebutan yang sangat familiar di waktu itu, pada kegiatan pelatihan dasar untuk keperluan apapun. Nanti di tahun 1989, ketika hendak menyelenggarakan untuk yang ketiga kalinya, muncullah ide untuk membuat sebutan yang bisa 'berbeda' dengan yang sering terdengar itu. Selanjutnya disepakatilah menggunakan singkatan 'Dakdas" menggantikan diksar.
     Semangat menggelar pendidikan dasar itu begitu menggebu, meski dengan peralatan yang begitu sedikit dan begitu sederhana. Beberapa buah carabbiner, satu buah 'figure 8' dan tentu saja, tali tambang menjadi tumpuan kegiatan tali temali. Begitu juga untuk pelajaran navigasi, ya Tuhan.. untuk mendapatkan peta begitu sulitnya. Jadilah pendidikan hanya bermodal kompas, dan coret-coret tangan untuk belajar konsep dasar bernavigasi.
     Namun satu point penting yang menjadi pagangan, adalah asupan materi 'pengetahuan lingkungan' yang dibawakan langsung oleh salah seorang pakar yang dimiliki oleh Unhas, yaitu Prof. Paembonan. Mencintai alam tidak bisa cukup hanya sekadar meregang otot di alam bebas sana. Pembekalan pengetahuan dan kesadaran tentang lingkungan hidup, tentang ekosistem, mutlak menjadi parameter standar mutu setiap titisan di Korpala. Dan itu akan menjadi bekal yang berharga untuk setiap insan akademis yang menjadi anggota Korpala.
Salah satu sesi pembekalan untuk peserta diksar-1, pelajaran tali temali di ruangan kelas sebelum menuju ke lapangan.
(bawah) pendalaman materi tali temali di Bili-Bili, sebelum melanjutkan ke materi 'rappeling'. Salah satu yang penting dipelajari adalah 'merakit' bekal tali hesti ke sekitar pinggul untuk membentuk seat harness. Iwan Amran sedang serius memberi instruksi kepada Aco Lologau.
 
 Phiphi, instruktur rappeling memperagakan 'self belaying rappeling' yang begitu atraktif.
Dua dari empat peserta putri pada diksar-1 itu, Husnia Asaf dan Putri Jauhar
 ada acara meluncur di tambang, menggunakan utas tali yang menjadi media luncur. Seperti 'flying fox' yang kita kenal sekarang ini. Toggle rope (koreksi saya bila keliru mengeja) adalah tali kecil yang dipegang, meluncur membawa beban pemegangnya melalui bentangan tali tambang.
Lalu ada juga acara merayap di tambang.
 Yang banyak digemari oleh peserta pendidikan, adalah rappeling di tebing Lebong.
 Indra dengan sepatu Eagle 'kebanggaannya' dikombinasi dengan jeans pendek nan seksi, memperagakan rappeling di tebing Lebong.
 
 bertempat di bagian atas air terjun Lembanna, dilakukan inisiasi kepada setiap peserta yang telah merampungkan seluruh rangkaian kegiatan pendidikan dasar.
 Dinihari Puspita lagi 'baca-baca' segala sesuatu, termasuk kode etik PA sebelum prosesi inisiasi. Ada Phiphi sbg 'tukang senter', ada Mappalologau Tantu dan juga M.Yani Abidin.
Indra Diannanjaya menyalami peserta setelah pelantikan. (bawah) ada Putri Jauhar, alm Yanti Abd.Azis dan Andi Nurwida.
     Oleh keterbatasan sarana, maka beberapa momen penting dalam diksar-1 tersebut tidak sempat terdokumentasi. Misalnya kegiatan survival yang dilaksanakan di kaki bawakaraeng sekitar pos 3 hingga 5. Lalu menjangkau puncak Bawakaraeng begitu selesainya survival.
     Banyak koreksi yang kemudian dilakukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan di tahun-tahun berikutnya. Namun demikian, semua item perbaikan itu tidak pernah keluar dari falsafah dasar mengenai mengapa pendidikan itu dilakukan. Dasar yang kemudian menajdi fondasi kuat yang melandasi setiap semangat yang bergelora di Korpala. (baca: Pendidikan Napak tilas yang saya posting di buletin online Lembanna).
 wajah-wajah peserta diksar-1. dengan rendah hati saya mohon bantuan teman-teman untuk mengidentifikasi wajah yang nampak, lalu menuliskannya di bagian komentar di bawah.

Korpala di tahun 1987 menyelenggarakan proses pendidikan dasarnya yang pertama kali

Posting Komentar

  1. Hehehe om Hero Kontur bikin aku jadi kangen sama Mabes Korpala.
    Tambahan keterangan foto, itu manusia ramping yg lagi rappeling adalah saya lho, dengan sepatu Eagle kebangganku hahaha.

    Diksar I sejatinya adalah sebuah eksperimen nekad yg berani kami tempuh dimana pada saat itu tidak ada seorangpun anggota dan pendiri Korpala yang memiliki konsep dan pengalaman tentang sebuah PENDIDIKAN.

    Kurikulum Dikdas 1 (saya lebih suka menyebutkannya demikian sejak awal untuk memberi kesan "different") adalah hasil "berguru" beberapa anggota Korpala yg mengikuti Diksar SAR 1986 diantaranya saya sendiri dan Phiphi (yang juga berpengalaman di Menwa). Praktis kurikulum pada waktu itu mengcopy kurikulum SAR yg diberikan oleh anggota Brimob, termasuk lokasinya nyaris 100% copy paste dari SAR. Saya rasa kita tidak perlu malu mengakuinya.

    Bisa dibayangkan pada saat itu, tidak ada seorangpun yg melatih kami sehingga kami menjadi "jenius" dan berpikir bagaikan seorang inventor. Saya dan Nevy melewatkan malam-malam dalam hening di Kandea (karena kami waktu itu baku bombe hahaha) untuk menyusun kurikulum dan run down acara teori di kelas yang sebisanya harus berbeda dengan SAR. Ditambah dengan kekuatan seorang Hero si raja kontur dan Phiphi yg setengah tentara alias tantara plastik, semangat baja dari instruktur gadungan Iwan Amran dan Yani Abidin (hehe) maka kami maju terus pantang mundur.

    Sampai beberapa jam sebelum keberangkatan ke Bili-Bili, peralatan belum ada, hati kami sangat khawatir, dan sejarah akhirnya mencatat akhirnya alat-alat pinjaman itu berhasil kami dapatkan dan dengan berbekal tekad luarbiasa, kami bisa menjadi instruktur yg tangguh. Pada saat mau meluncur tali, saya inggat kita semua dalam keadaan lelah lahir batin, semua hampir tertidur tetapi dgn terpaksa saya harus membangunkan para instrukstur agar kembali bekerja dan tetap semangat.

    Semua itu menjadi kenangan terindah dalam sejarah Korpala dan setelah itu maka segalanya menjadi lebih terarah. Riri, Iwan, Yani dan saya dikirim berguru ke Skygers akhir tahun 1987, sehingga era panjat tebingpun diperkenalkan, ditambah kekuatan dari gua dan navigasi darat, pola pendidikan Korpala melesat menjadi sangat khas dan terstruktur dengan baik.

    Kalau saya melihat dan mendengar acara Dikdas 27 kemarin, jelas telah terjadi transformasi luarbiasa sampai mencapai taraf Dikdas yg unggul saat ini.

    Saya selalu menjadi fans dari om Hero dan juga para atlet dari semua Divisi, You guys are my idol!

    Jakarta, 18 Maret 2014
    K-023 The Climb

    BalasHapus
  2. dan mata saya sampai berkaca-kaca membaca rangkaian kenangan yang Bang Haji Indra tambahkan...

    you know guys.. that spirit.. is the spirit to survive..

    BalasHapus

...

[blogger][facebook]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.