Cikal Bakal Ikhlas

     Tidak banyak yang muncul ke permukaan memoriku ketika berjumpa dengan salah seorang sahabat semasa sekolah menengah atas dulu. Namun kenangan yang tertinggal melekat kuat itu menjadi begitu nyata ketika kami saling menyapa dan berjabat tangan. Begitu panjang waktu dan lebar jarak yang terasa selama ini, seketika menjadi luluh oleh keharuan.
     Ada warisan nasehat dari orang tua sahabatku itu, yang diceritakannya kepadaku ketika kami sama-sama dinyatakan naik ke kelas dua waktu itu. Dengan semangat dan keyakinan yang begitu kokoh, ia bercerita, bahwa ketika ia pulang ke kampung di liburan kemarin, ayahnya menitipkan satu petuah yang mesti ia pegang aplikasikan dengan penuh istiqamah di hari-hari mendatang. Sangat sederhana sehingga mudah untuk diingat. Itulah mungkin, mengapa saya masih tetap mengingatnya hingga hari ini.
     Pertama, 'ingatlah' selalu dua hal, yaitu kebaikan orang lain kepadamu dan keburukan kamu kepada orang lain. Kedua, 'lupakanlah' selalu dua hal, yaitu keburukan orang lain kepada kamu dan kebaikan kemu terhadap orang lain.
     Waktu itu saya hanya mengingat-ingatnya saja, sambil turut berusaha mengaplikasikannya di setiap kesempatan. Saya belum tahu sama sekali kemana arah nasehat itu. Namun berangkat dengan prasangka baik, bahwa para orang tua pastinya menitipkan nasehat-nasehat berharga kepada anak-anaknya, maka apa salahnya bila saya turut menerapkannya. Siapa tahu nantinya membawa kebaikan yang banyak untuk saya, begitu pikiran saya untuk membenarkan tindakan saya yang karena secara diam-diam turut merasa pantas untuk nasehat itu.
     Bertahun-tahun kemudian barulah saya mulai bisa merasakan orang-orang yang begitu menuntut pamrih di dalam melakukan sesuatu hal. Ternyata orang-orang itu bukan hanya 'sangat mengingat' kebaikan apapun yang telah diberikannya kepada orang lain, namun juga menuntut imbal balik yang kadang tidak masuk akal. Di kesempatan lain, saya bertemu dengan orang-orang yang maunya menang sendiri. Ternyata mereka hanya bisa mengenal hal-hal baik yang mereka lakukan disertai hal-hal buruk yang orang lain lakukan.
     Begitulah, semakin hari semakin beragam model manusia yang bertemu denganku. Sambil mencoba tetap menganalisa di dalam penerapan nasehat itu, yang rupanya semakin sulit untuk diaplikasikan di tengah kondisi masyarakat yang begitu egois dan pragmatis. Tidak hanya sampai di situ, ganasnya watak keserakahan telah menyihir hampir setiap orang untuk mampu 'tega' menggilas hingga ke hak paling dasar dari manusia lainnya.
     Hingga kemudian saya sampai di kesimpulan, bahwa ternyata nasehat itu begutu mudahnya untuk diterapkan, di kondisi apapun. Ikhlas telah mengubah setiap jalan menjadi lapang dan lancar, menampakkan tujuan yang jauh seakan telah terpampang di depan mata.
     Sahabat, sampaikan terimakasihku kepada ayahmu yang telah mewariskan nasehat itu kepadamu, sekaligus maafku karena telah lancang telah turut merasa berhak memiliki warisan untukmu itu.
Baso Darwisah

Pertama, 'ingatlah' selalu dua hal, yaitu kebaikan orang lain kepadamu dan keburukan kamu kepada orang lain. Kedua, 'lupakanlah' selalu dua hal, yaitu keburukan orang lain kepada kamu dan kebaikan kemu terhadap orang lain.

Label:

Posting Komentar

  1. Alhamdulillah, segala puji milik Allah Swt semata; luar biasa saudaraku, luar biasa karena mampu membangkitkan kembali dan memaknainya apa yg pernah saya bisikkan sebagai wejangan dari orang tua walaupun sudah ditelan masa. Saya sendiri sungguh tidak ingat kapan dan pada suasana bagaimana wejangan itu saya ucapkan. Barang kali karena saya berusaha mengaktualisasikan makna wjangan itu sendiri. Yang pasti selang sekira tigapuluh dua tahun yg lalu, sesuatu terukir juga dalam hati saya yang hinga saat ini selalu terkenang, yakni pertama, disaat saya ke rumah saudaraku saat mau pulang sempat mendapatkan nasehat dari ayahanda saudaraku yg intinya agar sungguh-sungguh memperhatikan dan menjaga kesehatan yang maknanya tersimpul dalam kata bijak " keshatan bukan segalanya, tetapi tanpa kesehatan segalanya tiada arti". Kesan kedua,saat ke luar main sering sy diajak dan ditraktir makan ubi goreng dan mie kuah, nikmat sekali rasanya. akhirnya mohon maaf, sy tidak selihai saudaraku memilih kata merangkai kalimat mengukir masa lalu. Membaca blogspot saudaraku ternyata saudaraku juga seorang penulis yg berjiwa seni. Akhirnya salam rinduku untuk saudaraku sekeluarga, teriring doa semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan inayah, taufik, rahmat, dan magfirah-Nya kepada kita semua, sehingga dalam mengarungi kehidupan ini selalu berjalan pada jalan yang diridhoi-Nya menghantarkan kita bahagia dunia dan akhirat, Amin yaa rabbil alamin. (Baso Darwisah, 29 September 2012)

    BalasHapus
  2. Saya paling suka bagian ubi goreng dan mi kuahnya..
    sepertinya bisa diulangi lagi.. hehehe

    BalasHapus
  3. Ada pesan dan harapan dari sahabat kita Yusuf Tangai, beliau mengharapkan anda, tamrin tinggi, dan saya untuk ke rumahnya. Beliau ingin bernostalgia dg kita berempat pada tgl 26 atau 27 Oktober 2012. Insya Allah sy akan usahakan, bagaimana dg kita apa ada kesempatanta. Wasssalam (Baso Darwisah)

    BalasHapus
  4. sudah ada saya kirim di inbox ta' di account facebook ta' tentang masalah tersebut, sesaat setelah beliau menelpon saya beberapa hari yang lalu. tabe', tolong mi kita periksa di sana.. panjang lebar keteranganku..

    BalasHapus

...

[blogger][facebook]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.