Articles by "Geology"

Tampilkan postingan dengan label Geology. Tampilkan semua postingan

      Arsip foto-foto ketika lagi sibuk-sibuk menyelesaikan tugas kuliah. Di waktu teknologi belum secanggih sekarang ini, keterampilan mengetik dengan mesin manual begitu diperlukan. Beruntung, salah satu momen kerja tugas bareng sekitar tahun 1985 itu sempat terdokumentasi, ketika begadang sama-sama menyelesaikan tugas stratigrafi.
     Ada kolom panjang yang harus diselesaikan dengan baik dan rapi ke atas kertas kalkir, tentu saja secara manual, menggunakan rapidograph dan sablon huruf. Di kamar berukuran kecil 2,5 kali 4 meter itu, kami berdesak-desakan berempat bahkan kadang berlima. Sarana seadanya yang bahkan sangat minim itu, namun menggairahkan di dalam kelapangan hati.
      kejar tayang materi ketikan, posisi kopiah hitam sudah melintang tidak karuan.
 kolom stratigrafi yang panjangnya hampir 3 meter itu, perlu diteliti dengan baik jangan sampai ada huruf atau simbol yang tertinggal atau lupa dituliskan.
 di sela kejaran dead line menyelesaikan tugas itu, ubi goreng dengan sambel tomat tumis yang ehmm... itu, harus dituntaskan dengan bijak.
Ahmad Negarawan (G79), Sulaeman Qamaruddin (G82), Hero Fitrianto (G81) dan Djalaluddin (G82)
 dengan menu ala kadarnya, yang penting bisa tetap semangat menyelesaikan tugas yang sudah mepet waktu penyelesaiannya.
     Rindu kalian saudara-saudaraku, rindu momen dimana deadline membuat kita tergopoh-gopoh bersama, tertidur tidak sengaja karena kelelahan ataupun 'hunting' songkolo bagadang untuk sekadar megganjal perut yang keruyukan..

     Mata kuliah Geologi Laut pertama kali di tahun 1985, ditambahkan ke dalam kurikulum untuk mahasiswa Jurusan Geologi Unhas. Perombakan materi perkulihan oleh kehadiran Bapak Haruna Mappa, sekembali beliau dari Jepang menyelesaikan program doktoralnya. Imbasnya jelas ke program perkuliahan mahasiswa.
     Bagi sebahagian yang sudah merampungkan jumlah sks sesuai persyaratan menyelesaikan Strata Satu, tidak perlu wajib ikut perkuliahan mata pelajaran tambahan dan perubahan. Namun untuk mahasiswa yang sekualifikasi saya, tidak ada pilihan lain. Mata kuliah itu menjadi wajib, sewajib-wajibnya, lengkap dengan kegiatan praktikum lapangan.
     Dan terjadilah, lokasi untuk pelaksanaan praktikum lapangan terpilih Pulau Barrang Lompo, salah satu pulau karang di dalam gugusan kepulauan Spermonde. Pulau yang di kemudian hari dipilih menjadi laboratorium ilmu kelautan milik Universitas Hasanuddin. Karenanya, menjadi pemandangan jamak bila peserta mata kuliah tersebut terdiri oleh mahasiswa Geologi dari berbagai angkatan.
 perjalanan menuju Pulau Barrang Lompo menggunakan perahu bermotor. 
dari kiri : Fauziah, Ahmad Habib, Gaffar Pallu, Dwiharso, Nur Asaf Abdullah, Hero, Kristian Simak, Hakku Wahab dan Hendrik Walla.
 malam hari begadang menunggui jam demi jam untuk mengumpulkan data pasang surut di bibir pantai. Perahu yang sementara parkir, menjadi tempat menyandarkan penat dan kantuk. 
Ada Nadira Tasik, Ahmad Negarawan, Hero dan Sulaeman Qamar. 
 dari kiri : Sulaeman Qamar, Hero, Hakku Wahab, Amir Jaya, Ahmad Negarawan, Buramin Dannu, Ruddin Bosa dan Yunus Patabang
 
 suasana siang hari, menunggu ritme pengukuran panjang dan tinggi gelombang setiap dua jam. 
 sekembali dari pulau, kapal kayu yang mengangkut rombongan peserta praktikum berserta para asisten dosen merapat di dermaga kayu bangkoa, tragedi itu terjadi
 Ashari Aras, Hero, Husen A.Taha dan Ahmad Negarawan
 ada juga Berry, staf Jurusan Geologi ikut di rombongan, dan tentu saja Bahtiar Amin Kasim yang paling sebelah kanan.

     Tragedi yang terjadi itu adalah saya terpeleset di bibir perahu ketika hendak menjangkau bibir dermaga. Tentu saja, saya nyemplung ke dalam laut, bersama ransel dan kamera yang digunakan merekan gambar-gambar yang ada ini. Beberapa foto rekaman terakhir kamera itu merupakan kinerja setelah sang kamera tercebut laut. Hasilnya masih mantap.
     Ada suka cita ketika saya tercebur ke laut itu. Betapa tidak, selama pelaksanaan praktikum di pulau Barrang Lompo, hanya saya satu-satunya praktikan yang tidak mau berbasah-basah menceburkan diri untuk sekadar melakukan pengukuran panjang dan tinggi gelombang. Dan kondisi itu tercium oleh para asisten dosen, namun mereka juga hanya bisa memendam dongkol dan mungkin juga dengki, karena kami bekerja berkelompok, maka mereka tidak bisa memaksakan saya untuk nyemplung ke laut di saat praktikum.
     Dan tragedi ini menjadi pelepas dahaga mereka-mereka. Ada rasa puas yang begitu membahagiakan di wajah para asisten dosen di waktu itu, seketika melihat 'kemalangan' yang menimpa saya. Rasa syukur tentu saja patut saya panjatkan kehadirat Tuhan, karena dengan kejadian itu saya bisa menolong mereka untuk terbebas dari dongkol dan dengki yang telah menggumpal menyerupai dendam di hati mereka. Senyum bahagia penuh kemenangan yang disisipi ekspresi sangat puas terbayang sepajang jalan menuju pulang ke kampus.
dari kiri : Brahaputera, Hasanuddin Landoho, Bahtiar Amin Kasim, Ashari Aras, Husen A.taha, Ahmad Negarawan, Kaharuddin M.S dan saya sendiri Hero

     Setelah memendam hasrat mendaki gunung sekian lama, dalam rangka menyelesaikan proses perkuliahanku, maka hari itu 19 Desember 1992 tepat sehari setelah merampungkan ujian akhir dan prosesi yudisium, saya dan rombongan kecil anak Geology Unhas berangkat menuju Bawakaraeng.
     Gunung yang selalu bersahaja itu menjadi tujuan untuk jiwa-jiwa yang juga selalu ikhlas dalam kebersahajaan. Tidak banyak persiapan yang dilakukan, malah semuanya cenderung tergesa-gesa. Bukan apa-apa, rencana ke gunung inipun saya cetuskan hanya dua hari sebelumnya.
     Dan begitulah, mereka-mereka yang terbiasa kepepet oleh tantangan yang tiba-tiba itu, menyertai langkah-langkah rinduku menapaki Bawakaraeng. Terimakasih adik-adikku, sekali lagi di kesempatan ini, kusampaikan untuk waktu yang kalian luangkan bersamaku di saat itu. Sungguh, meski rentang waktu kehadiran saya di Geology bisa dikatakan terpaut cukup jauh dengan kalian, namun kalian sama sekali tidak perlu merasa risih ataupun segan untuk bercanda, bergurau di sepanjang perjalan itu.
     Ingin rasanya, di suatu hari nanti, bila kalian tidak terlalu sibuk, kita bisa sekadar mengulang kenangan ini, meskipun tidak sampai menjejak puncak Bawakaraeng, namun sekadar menikmati dingin bumi Lembanna tidaklah menjadi angan yang terlalu berlebihan. Where ever you are, adik-adikku, kalian telah mengguratkan satu episode indah di alur kenangan indah yang kulalui.
 Farida Lahay, Nasrudin Yasin, Herman, Hero Fitrianto

 Hero Fitrianto, Jimmi Allolinggi, Syahrir.
depan : Herman dan Suardi

     Satu hal yang pasti, di perjalanan waktu itu ada banyak cerita yang tidak sempat mampir dalam jangkauan indera saya yang terbatas. Dengan senang hati, saya menunggu baris-baris komentar sebagai tambahan cerita kalian yang mewarnai kenangan ini.
:-)

     Setelah bertukar beberapa info dengan kakak Chong, saya lalu janjian dengan beliau untuk bertemu di BX-6 kediaman Pak Budi. Lama tidak berjumpa, apalagi dengan Pak Budi yang akhir-akhir ini kesehatannya sering terganggu. Ada sedikit rasa kuatir yang terbersit, yang lebih pas sebagai rasa bersalah mengapa baru sekarang ini tergerak menjumpai beliau di kediamannya. Tetapi ah, aku pikir itu tidak penting-penting amat. Bertemu dengan orang-orang yang telah menjadi bagian mozaik kenangan perjalanan hidup saya, jauh lebih penting dari semuanya.
     Sekitar setengah delapan malam, 12 agustus 2012 saya tiba lebih dahulu. Sendiri, bertemu dengan Pak Budi yang sudah beberapa tahun ini tidak berjumpa. Beruntung karena saya masih sendiri, maka meluncurlah begitu banyak kata dengan gaya khas bertutur Pak Budi. Ada begitu banyak haru di dalam mendengarkan penuturan beliau, bercampur dengan rasa kagum akan daya tahan beliau menghadapi semua masalah yang mengitarinya. Sambil di dalam hati saya menyampaikan doa sambung menyambung semoga Tuhan berkenan memberikan kesehatan yang jauh lebih baik dibandingkan yang saya saksikan ini.
     Setengah jam saya mengangguk-angguk menyimak segala sesuatu yang diceritakan Pak Budi, terutama mengenai kondisi kesehatannya, ketika kakanda Chong dan kakanda Jamal Cross muncul. Segera BX-6 menjadi riuh. Apalagi kak Yaya juga muncul dari dalam. Mungkin terusik oleh kebisingan yang tiba-tiba hadir menimpali gemericik air yang mencebur ke tengah kolam di taman belakang.
     Banyak kenangan-kenangan semasa kuliah kak Chong yang meluncur beruntun dari bibirnya. Rasa geli tidak bisa saya tahan sehingga kadang-kadang tawa saya meledak menimpali kisahnya yang bertubi-tubi. Bagaimana Pak Budi membanting map yang berisi hasil kerja tugas yang dikerjakan oleh kak Chong, masa-masa karantina di cenderawasih, bercampur dengan dengan kejadian-kejadian hangat yang belum lama berselang. Tidak ada alur yang jelas, yang penting ramai dan meriah.
     Terakhir muncullah kak Agustinus Tupenalay. Riuhnya semakin heboh. Namun ada pemakluman di benak kami yang lain, karena sebelumnya kak Yaya sudah menginformasikan kalau kak Agus itu kadang 'korslet-korslet'. Mungkin ada beberapa sarafnya yang menggeser dari posisinya. Meski begitu, kadang juga kak Agus mengalami gejala pengidap 'indigo', dari celotehnya yang kelihatan ngawur itu kadang merefleksikan kondisi yang akan terjadi di beberapa waktu ke depan.
     Itulah kenapa ketika kak Agus nyerocos mengatakan bahwa dalam sepuluh tahun ke depan yang ada di ruangan ini belum ada yang meninggal, seakan menjadi semacam 'strum' yang menyengat semangat yang mendengarnya. Apalagi kak Chong yang sudah memelihara berbagai macam penyakit kronis, kontan begitu berbinar matanya mendengar kengawuran itu. Semangat yang sama juga tergambar dari senyum lebar Pak Budi di sebelahku. Di dalam hati saya meng-amin-kan saja, semoga itu benar terjadi sehingga kehangatan yang tercipta malam ini masih bisa untuk selalu diulangi di tahun-tahun mendatang.
     Selamat menuntaskan ibadah puasa tahun ini saudara-saudaraku, semoga di Idul Fitri nanti kita termasuk orang-orang yang menang. Melalui tulisan singkat ini saya dengan segala kerendahan hati menyampaikan maaf lahir batin untuk semua khilaf yang telah ada. Semoga hangatnya silaturahmi itu bisa terus, dan terus terulang.
depan duduk: Hero, Agustinus, Budi Rohmanto, Rohaya dan Jamal cross.
belakang berdiri: baju putih adalah Chong. lainnya anak geology tahap akhir yang sedang ngumpul di BX-6.
    

     Begitu banyak ragam kegiatan yang diselenggarakan menyambut sepertempat abad Fakultas Teknik Unhas, salah satunya adalah mengadakan pendakian ke Gunung Bawakaraeng di 2 Mei tahun 1985. Sekitar seratus tiga puluh orang mahasiswa Teknik, berbaur meriuhkan bumi Lembanna pada waktu itu. Tentu saja, sebahagian besarnya adalah 'anak kuliahan' yang sekadar pingin coba-coba naik gunung.
     Tidak ada persiapan yang spesifik, semuanya hanya berdasarkan naluri saja. Apalagi puncak Bawakaraeng meskipun menjadi target utama untuk digapai, namun nuansa 'yang penting rame-rame' jauh lebih terasa pas. Kesempatan yang langka untuk bisa berbaur dan menjadi semakin akrab dengan mahasiswa (baca : mahasiswi-mahasiswi) jurusan-jurusan lainnya.
     Untunglah kami-kami dari jurusan Geology sudah terbiasa melakukan kegiatan ke alam bebas sebagai bagian dari proses perkuliahan. Itulah mengapa, hampir semua anak Geology bisa mencapai puncak Bawakaraeng. Meski demikian, ada juga yang tidak sempat sampai ke puncak, karena itu tadi, lebih fokus ke 'rame-rame'nya saja di Lembanna. Tapi ada juga yang tidak sampai ke puncak karena 'kesasar' entah sampai di mana, kemudian kembali ke Lembanna tetap dalam keadaan ceria. Tanya kenapa?  mungkin sudah latto' dengan odo'-odo' nya..
     Ini juga adalah pendakian pertama saya ke Gunung Bawakaraeng. Di waktu itu, belum banyak orang apalagi mahasiswa yang menjangkau ke sana, sehingga pendakian yang dilakukan oleh Fakultas Teknik Unhas ini sedikit banyaknya kemudian menjadi inspirasi mahasiswa-mahasiswa lainnya di Unhas untuk turut mengeksplorasi kemampuan diri dalam berkegiatan di alam bebas.
Sebahagian kecil anak Teknik yang mencapai puncak Bawakaraeng. Peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama dan bertanggung jawab di dalam kelompok masing-masing.
Hero bersama Sulaeman Kamaruddin, Geo-82.
 Sekitar pukul 10 pagi tiba di puncak, seniorku Buramin asyik menikmati 'kuaci' yang menjadi bekal andalannya. Uchen buru-buru lompat biar tercover kamera, Latif senyum-senyum girang di samping Modesta.

 Matahari pagi di pos 7 sebelum puncak Bawakaraeng.

Senyum Nadira begitu indah. di latar belakang ada adiknya Nadira, Madesta, dan aduh maaf, lainnya saya lupa namanya.. :)  Lokasi ini ada di antara pos 8 dan 9, yang sering disebut sebagai 'teteang tujua' sudah begitu berkabut ketika perjalanan pulang menjelang sore. Tempat ini sudah tidak ada sekarang, terbawa longsor yang heboh beberapa waktu lalu.

     Dengan rendah hati saya minta maaf, tidak mampu untuk menyebut nama-nama yang ada di dalam gambar yang tercover di kegiatan ini. Untuk itu dengan senang hati saya menunggu tambahan komentar brader-brader dan sista-sista sekalian, tentu saja di kolom komentar di bawah, untuk melengkapi kenangan pendakian ke Gunung Bawakaraeng yang memeriahkan rangkaian kegiatan seperempat abad Fakultas Teknik Unhas.
     Ini ceritaku, menunggu cerita kalian sambil membayangkan tikuz-tikuz muda menapak tilas jalur yang kami tempuh dulu itu. Bila kalian berkenan, seandainya nanti hendak kembali menjangkau puncak Bawakaraeng, maka biarkanlah lutut yang telah renta dan bekarat ini turut meramaikan perjalanan kalian.
     Bravo Teknik. I know we are always 'the champion'.

      Tiba-tiba saja istilah supermoon menjadi populer beberapa hari belakangan ini. Istilah pupeler dalam ilmu ramalan bintang (astrology) yang merujuk pada situasi dimana bulan (moon) menampakkan wujud lebih besar tujuh persen dari kenampakan biasanya. Selisih besar yang tidak terasa, apalagi untuk mereka yang jarang menikmati indahnya bulan. Namun bukan hanya perbedaan ukuran kenampakannya saja, di dalam ramalan para astrolog dipercayai bahwa fenomena supermoon sebagai simbolisasi buruk, pemicu berbagai kejahatan dan bencana.
     Di dalam dunia astronomy sendiri, kondisi dimana bulan berada pada posisi terdekat terhadap bumi disebut "perigee". Sebaliknya untuk posisi sebaliknya (terjauh) disebut "apogee". Karena posisi lebih dekat terhadap bumi dibanding jarak rata-ratanya sehingga bulan terlihat lebih besar dari biasanya. Untuk 20 Maret 2011 ini, perigee sejarak 356.577 km, lebih dekat 30 ribu km dari jarak rata-rata 382.900 km.
    
     Jarak terdekat bumi (147,5 juta km) terhadap matahari (Perihelion) sebagai puncak musim hujan untuk daerah tropis. Sebaliknya, Aphelion (152,6 juta km) di bulan July adalah kemarau.
     Pengaruh langsung akibat posisi bulan yang begitu dekat adalah meningkatnya gelombang pasang yang diakibatkan oleh gaya tarik bulan. Tentu saja, gelombang pasang ini akan berpengaruh pada aktifitas nelayan. Selain itu, dalam skala yang sangat kecil terjadi peningkatan terhadap aktifitas seismik dan vulkanisme (aktifitas gunung berapi).
     Namun secara keseluruhan, tidak ada yang istimewa pada fenomena supermoon, selain kenampakan bulan yang lebih besar dari biasanya. Untuk yang romantis, bisa dijadikan saat yang spesifik untuk merajut lebih panjang moment-moment indah nan langka.
Gambar yang dipublikasikan oleh NASA pada 2004, perbandingan kenampakan bulan pada saat apogee dan perigee.

     Merupakan perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan tiba-tiba permukaan laut secara vertikal. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor ke dalam laut.  Kata tsunami sendiri berasal dari bahasa jepang, tsu berarti pelabuhan dan nami berarti gelombang.
      Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer. Kerusakan dan korban jiwapun tidak dapat dihindari, akibat hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
      Fenomena lain yang ditimbulkan oleh keadaan cuaca, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai yang disebut sebagai meteor tsunami, menyebabkan timbulnya gelombang laut yang tingginya beberapa meter diatas gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.
     Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika Gunung Krakatau meletus. Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
      Gelombang laut yang timbul oleh angin datang dan pergi tanpa mengakibatkan banjir di daratan. Sementara gelombang tsunami bergerak cepat dengan massa air yang sangat besar, merambat jauh ke daratan.

     Fosil dalam Bahasa Latin: fossa yang berarti "menggali keluar dari dalam tanah" adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau mineral. Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau tanaman ini harus segera tertutup sedimen. Oleh para pakar dibedakan beberapa macam fosil. Ada fosil batu biasa, fosil yang terbentuk dalam batu ambar, fosil ter, seperti yang terbentuk di sumur ter La Brea di Kalifornia.
     Hewan atau tumbuhan yang dikira sudah punah tetapi ternyata masih ada disebut fosil hidup. Fosil yang paling umum adalah kerangka yang tersisa seperti cangkang, gigi dan tulang. Karenanya, fosil jaringan lunak sangat jarang ditemukan. Paleontologi adalah bidang ilmu yang mempelajari segala sesuatunya tentang fosil, mulai dari proses pembentukan, lingkungan, umur fosil dan sebagainya.
Fosil katak
     Fosil terbentuk dari proses penghancuran peninggalan organisme yang pernah hidup. Hal ini sering terjadi ketika tumbuhan atau hewan terkubur dalam kondisi lingkungan yang bebas oksigen. Fosil yang ada jarang terawetkan dalam bentuknya yang asli. Dalam beberapa kasus, kandungan mineralnya berubah secara kimiawi atau sisa-sisanya terlarut semua sehingga digantikan dengan mineral dimana fosil tersebut terletak, membentuk rupa cetakan.
Fosil kayu adalah sejenis fosil di mana semua bahan organiknya telah digantikan oleh mineral (biasanya sejenis silika, seperti kuarsa/quartz), dengan struktur kayu yang tetap terjaga. Proses fosil terjadi di bawah tanah, ketika kayu terkubur di bawah lapisan sedimen. Air yang banyak mengandung mineral masuk ke dalam sel-sel tanaman dan kemudian membusuk, mereka digantikan oleh mineral yang membatu.
     Kebanyakan fosil ditemukan dalam batuan endapan (sedimen) yang permukaannya terbuka. Batuan sedimen yang umumnya terbentuk di laut, mulai dari garis pantai, laut dangkal hingga laut dalam, sangat kaya akan mateial pembentuk fosil. Batu karang yang mengandung banyak fosil disebut fosiliferus. Tipe-tipe fosil yang terkandung di dalam batuan tergantung dari tipe lingkungan tempat sedimen secara alamiah terendapkan.
Trilobita, organisme yang berkembang pada zaman Paleozoikum
     Fosil penting untuk memahami sejarah batuan sedimen bumi. Subdivisi dari waktu geologi dan kecocokannya dengan lapisan batuan tergantung pada fosil kunci yang menjadi tanda dari setiap era. Organisme berubah (berevolusi) sesuai dengan berjalannya waktu dan perubahan ini digunakan untuk menandai periode waktu. Sebagai contoh, batuan yang mengandung fosil Trilobite merupakan penanda era paleozoikum (542 - 251 juta tahun yang lalu).
     Persebaran geografi fosil memungkinkan para ahli geologi untuk mencocokan susunan batuan dari bagian-bagian lain di dunia, sehingga dapat dibuat rangkaian hubungan sejarah pembentukan batuan yang menyusun bumi.

Fosil serangga tertua ditemukan dalam keadaan utuh
Fosil serangga berusia 300 juta tahun yang ditemukan di belakang pusat perbelanjaan di North Attleboro, Massachusetts, Amerika Serikat tahun 2008.

     Sebuah fosil serangga dengan badan yang masih lengkap berhasil ditemukan. Umur fosil diperkirakan 300 juta tahun atau merupakan fosil serangga tertua di dunia. Penemuan fosil tersebut mengejutkan karena ditemukan tahun 2008 di belakang pusat perbelanjaan di North Attleboro, Massachusetts, Amerika Serikat.
     "Seperti menang lotere," kata pemimpin studi, Richard J Knecht, murid geologi dari Tufts University, saat ia mengetahui temuan yang dianggap jarang ini.
     Serangga yang ditemukan itu berukuran 7,6 sentimeter diduga terjebak dalam lumpur cukup lama. Kakinya seolah digerakkan untuk bersiap-siap terbang. Tubuh serangga terbang biasanya tidak awet karena sifat mereka yang lembut dan rapuh. Ilmuwan biasanya hanya menemukan sisa-sisa sayap yang tidak mudah dicerna oleh predator.

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.