Articles by "Geology/dalam kenangan"

Tampilkan postingan dengan label Geology/dalam kenangan. Tampilkan semua postingan

      Arsip foto-foto ketika lagi sibuk-sibuk menyelesaikan tugas kuliah. Di waktu teknologi belum secanggih sekarang ini, keterampilan mengetik dengan mesin manual begitu diperlukan. Beruntung, salah satu momen kerja tugas bareng sekitar tahun 1985 itu sempat terdokumentasi, ketika begadang sama-sama menyelesaikan tugas stratigrafi.
     Ada kolom panjang yang harus diselesaikan dengan baik dan rapi ke atas kertas kalkir, tentu saja secara manual, menggunakan rapidograph dan sablon huruf. Di kamar berukuran kecil 2,5 kali 4 meter itu, kami berdesak-desakan berempat bahkan kadang berlima. Sarana seadanya yang bahkan sangat minim itu, namun menggairahkan di dalam kelapangan hati.
      kejar tayang materi ketikan, posisi kopiah hitam sudah melintang tidak karuan.
 kolom stratigrafi yang panjangnya hampir 3 meter itu, perlu diteliti dengan baik jangan sampai ada huruf atau simbol yang tertinggal atau lupa dituliskan.
 di sela kejaran dead line menyelesaikan tugas itu, ubi goreng dengan sambel tomat tumis yang ehmm... itu, harus dituntaskan dengan bijak.
Ahmad Negarawan (G79), Sulaeman Qamaruddin (G82), Hero Fitrianto (G81) dan Djalaluddin (G82)
 dengan menu ala kadarnya, yang penting bisa tetap semangat menyelesaikan tugas yang sudah mepet waktu penyelesaiannya.
     Rindu kalian saudara-saudaraku, rindu momen dimana deadline membuat kita tergopoh-gopoh bersama, tertidur tidak sengaja karena kelelahan ataupun 'hunting' songkolo bagadang untuk sekadar megganjal perut yang keruyukan..

     Mata kuliah Geologi Laut pertama kali di tahun 1985, ditambahkan ke dalam kurikulum untuk mahasiswa Jurusan Geologi Unhas. Perombakan materi perkulihan oleh kehadiran Bapak Haruna Mappa, sekembali beliau dari Jepang menyelesaikan program doktoralnya. Imbasnya jelas ke program perkuliahan mahasiswa.
     Bagi sebahagian yang sudah merampungkan jumlah sks sesuai persyaratan menyelesaikan Strata Satu, tidak perlu wajib ikut perkuliahan mata pelajaran tambahan dan perubahan. Namun untuk mahasiswa yang sekualifikasi saya, tidak ada pilihan lain. Mata kuliah itu menjadi wajib, sewajib-wajibnya, lengkap dengan kegiatan praktikum lapangan.
     Dan terjadilah, lokasi untuk pelaksanaan praktikum lapangan terpilih Pulau Barrang Lompo, salah satu pulau karang di dalam gugusan kepulauan Spermonde. Pulau yang di kemudian hari dipilih menjadi laboratorium ilmu kelautan milik Universitas Hasanuddin. Karenanya, menjadi pemandangan jamak bila peserta mata kuliah tersebut terdiri oleh mahasiswa Geologi dari berbagai angkatan.
 perjalanan menuju Pulau Barrang Lompo menggunakan perahu bermotor. 
dari kiri : Fauziah, Ahmad Habib, Gaffar Pallu, Dwiharso, Nur Asaf Abdullah, Hero, Kristian Simak, Hakku Wahab dan Hendrik Walla.
 malam hari begadang menunggui jam demi jam untuk mengumpulkan data pasang surut di bibir pantai. Perahu yang sementara parkir, menjadi tempat menyandarkan penat dan kantuk. 
Ada Nadira Tasik, Ahmad Negarawan, Hero dan Sulaeman Qamar. 
 dari kiri : Sulaeman Qamar, Hero, Hakku Wahab, Amir Jaya, Ahmad Negarawan, Buramin Dannu, Ruddin Bosa dan Yunus Patabang
 
 suasana siang hari, menunggu ritme pengukuran panjang dan tinggi gelombang setiap dua jam. 
 sekembali dari pulau, kapal kayu yang mengangkut rombongan peserta praktikum berserta para asisten dosen merapat di dermaga kayu bangkoa, tragedi itu terjadi
 Ashari Aras, Hero, Husen A.Taha dan Ahmad Negarawan
 ada juga Berry, staf Jurusan Geologi ikut di rombongan, dan tentu saja Bahtiar Amin Kasim yang paling sebelah kanan.

     Tragedi yang terjadi itu adalah saya terpeleset di bibir perahu ketika hendak menjangkau bibir dermaga. Tentu saja, saya nyemplung ke dalam laut, bersama ransel dan kamera yang digunakan merekan gambar-gambar yang ada ini. Beberapa foto rekaman terakhir kamera itu merupakan kinerja setelah sang kamera tercebut laut. Hasilnya masih mantap.
     Ada suka cita ketika saya tercebur ke laut itu. Betapa tidak, selama pelaksanaan praktikum di pulau Barrang Lompo, hanya saya satu-satunya praktikan yang tidak mau berbasah-basah menceburkan diri untuk sekadar melakukan pengukuran panjang dan tinggi gelombang. Dan kondisi itu tercium oleh para asisten dosen, namun mereka juga hanya bisa memendam dongkol dan mungkin juga dengki, karena kami bekerja berkelompok, maka mereka tidak bisa memaksakan saya untuk nyemplung ke laut di saat praktikum.
     Dan tragedi ini menjadi pelepas dahaga mereka-mereka. Ada rasa puas yang begitu membahagiakan di wajah para asisten dosen di waktu itu, seketika melihat 'kemalangan' yang menimpa saya. Rasa syukur tentu saja patut saya panjatkan kehadirat Tuhan, karena dengan kejadian itu saya bisa menolong mereka untuk terbebas dari dongkol dan dengki yang telah menggumpal menyerupai dendam di hati mereka. Senyum bahagia penuh kemenangan yang disisipi ekspresi sangat puas terbayang sepajang jalan menuju pulang ke kampus.
dari kiri : Brahaputera, Hasanuddin Landoho, Bahtiar Amin Kasim, Ashari Aras, Husen A.taha, Ahmad Negarawan, Kaharuddin M.S dan saya sendiri Hero

     Setelah memendam hasrat mendaki gunung sekian lama, dalam rangka menyelesaikan proses perkuliahanku, maka hari itu 19 Desember 1992 tepat sehari setelah merampungkan ujian akhir dan prosesi yudisium, saya dan rombongan kecil anak Geology Unhas berangkat menuju Bawakaraeng.
     Gunung yang selalu bersahaja itu menjadi tujuan untuk jiwa-jiwa yang juga selalu ikhlas dalam kebersahajaan. Tidak banyak persiapan yang dilakukan, malah semuanya cenderung tergesa-gesa. Bukan apa-apa, rencana ke gunung inipun saya cetuskan hanya dua hari sebelumnya.
     Dan begitulah, mereka-mereka yang terbiasa kepepet oleh tantangan yang tiba-tiba itu, menyertai langkah-langkah rinduku menapaki Bawakaraeng. Terimakasih adik-adikku, sekali lagi di kesempatan ini, kusampaikan untuk waktu yang kalian luangkan bersamaku di saat itu. Sungguh, meski rentang waktu kehadiran saya di Geology bisa dikatakan terpaut cukup jauh dengan kalian, namun kalian sama sekali tidak perlu merasa risih ataupun segan untuk bercanda, bergurau di sepanjang perjalan itu.
     Ingin rasanya, di suatu hari nanti, bila kalian tidak terlalu sibuk, kita bisa sekadar mengulang kenangan ini, meskipun tidak sampai menjejak puncak Bawakaraeng, namun sekadar menikmati dingin bumi Lembanna tidaklah menjadi angan yang terlalu berlebihan. Where ever you are, adik-adikku, kalian telah mengguratkan satu episode indah di alur kenangan indah yang kulalui.
 Farida Lahay, Nasrudin Yasin, Herman, Hero Fitrianto

 Hero Fitrianto, Jimmi Allolinggi, Syahrir.
depan : Herman dan Suardi

     Satu hal yang pasti, di perjalanan waktu itu ada banyak cerita yang tidak sempat mampir dalam jangkauan indera saya yang terbatas. Dengan senang hati, saya menunggu baris-baris komentar sebagai tambahan cerita kalian yang mewarnai kenangan ini.
:-)

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.