Articles by "Motivasi"

Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan

     Di salah satu sudut kota yang tidak terlalu ramai itu, seorang anak kecil merengek meminta roti kepada ibunya. Dengan penuh kasih sayang, sang ibu mengajak anaknya pulang ke rumah yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri saat itu. Sesampai di rumah, si ibu berfikir sejenak sebelum memberikan roti untuk anaknya. Sekarang sudah tiba saatnya untuk mengajarkan satu aspek penting di dalam pemahaman bertuhan kepada si anak.
     Dengan penuh kasih, ibu itu memangku anaknya tadi, sambil membujuk untuk mendengarkan nasehatnya sebelum mendapatkan roti. Begini anakku, setiap sore engkau mengulang dengan tulus, bahwa hanya kepada tuhanlah kita mestinya menyembah dan kepada tuhan saja kita memohon pertolongan. Nah anakku, ke belakanglah berwudhu, lalu shalatlah. Setelah itu berdoalah kepada Tuhan, mintalah roti kepadaNya
      Si anak dengan patuh mengikut petunjuk ibunya. Dan begitulah, setelah si anak menyelesaikan ritualnya, ia ke dapur dan menengok ke dalam panci. Benar saja, di dalamnya ada dua buah roti. Roti yang tentu saja diletakkan oleh si ibu ke dalam panci, sementara si anak melakukan ritual ibadahnya tadi. Begitulah, setiap hari kejadian itu berulang. Ketika si anak merasakan membutuhkan roti, ia melakukan ritualnya, dan selanjutnya ada roti di dalam panci di dapur. Si ibu selalu menjaga agar keyakinan si anak kepada Tuhan bisa semakin kokoh.
      Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Suatu hari, ketika tiba-tiba si ibu harus keluar kota karena ada keperluan mendadak. Maka tinggallah si anak sendiri di rumah. Dan seperti biasa, ketika matahari menjelang tinggi, si anak mulai melakukan ritualnya. Sebagi penutup, ia berdoa kepada Tuhan untuk mendapatkan roti. Namun kali ini, ketika si anak membuka panci di dapur, tidak ada roti di sana. Tidak ada ibu yang meletakkan roti ke dalam panci.
      Si anak tercenung. Panci kembali ditutupnya. Kepalanya menengadah, pandangannya tajam sementara otaknya berputar cepat. Pasti ada yang salah di dalam ritual yang dilakukannya. Begitu pikirnya singkat. Tuhan pasti akan memberikan roti bila semua ritual itu dilakukannya dengan baik. Lalu tanpa berfikir lebih lama, ia segera ke belakang, membasuh seluruh anggota tubuh seperti yang telah dipelajarinya. Kali ini dilakukannya dengan hati-hati dan cermat. Lalu ia memulai ritualnya dengan lebih baik, selanjutnya memanjatkan doa dengan lebih menghiba.
      Setelah rampung, ia bergegas ke dapur, membuka panci roti. Ah.. kosong. Tidak ada roti. Segera panci ditutupnya, lalu si anak kembali ke belakang, mulai membasuh anggota tubuhnya lagi. Ia sangat yakin, ada yang kurang sempurna di dalam ritual penyembahan yang dilakukannya sehingga tuhan belum berkenan mengisi pancinya dengan roti. Mungkin ada yang terlupa di dalam baris-baris doanya. Mungkin banyak kekurangan-kekurangan lain di dalam gerak lakunya.
      Begitulah, dua kali, tiga kali hingga beberapa kali ia mengulang semua prosesnya, namun setiap kali panci dibukanya, tetap tidak ada roti di dalamnya. Hingga di kali yang ketujuh ia menyelesaikan semua ritualnya yang sudah begitu khusyuk, si anak mulai merasa berdebar di dalam dadanya ketika mendekati dapur. Bila sejak tadi ia langsung menerjang tutup panci untuk dibuka, kali ini ia tidak terburu-buru lagi. Dengan khidmad, ia memengang bibir tutup panci lalu melafalkan basmalah, sesuatu yang ia lupakan sejak tadi karena selalu begitu terburu-buru.
      Dan alangkah takjubnya ia, ketika di dalam panci ternyata benar-benar ada dua roti seperti biasa. Namun roti ini benar-benar roti yang dikirimkan tuhan dari langit. Si ibu masih ada di luar kota. Lalu dengan sukacita, si anak melahap roti dari tuhan tersebut.
      Keesokan harinya, ketika sianak baru saja mendapatkan lagi rotinya dari tuhan dan belum sempat habis dilahapnya, si ibu sudah kembali ke rumah. Ia begitu kuatir jangan sampai anaknya sudah kelaparan oleh keperluan mendadak dua hari kemarin. Namun baru saja ia memberi salam dan melangkah ke alam rumah, si anak menyambutnya dengan sepotong roti yang belum habis itu bersama kendi air untuk dahaga si ibu. Tentu saja si ibu sangat terkejut, sehingga sambil mengunyah sepotong roti itu, ia bertanya kepada anaknya, dari mana mendapatkan roti.
      Kan ibu yang mengajarkan untuk selalu meminta kepada tuhan. Saya hanya melakukan nasehat ibu saja. Ibu tidak usah kuatir, tuhan selalu baik kepadaku dan memberikan rotinya setiap kali saya meminta.

      Anak kecil itu di kemudian hari dikenal dunia bernama Abdul Qadir yang berasal dari kota Jilan (Khailan?) di dekat Kota Baghdad - Iraq. Ia memiliki keyakinan tauhid yang hampir tiada banding. Namun ketika di dalam doa-doanya tuhan belum berkenan, ia akan selalu mengoreksi diri untuk menyempurnakannya. Tidak ada sedikitpun prasangka buruk kepada Tuhan, karena ia sangat sadar, bahwa hanya diri manusia saja yang sering lalai di dalam kewajiban dan tugasnya. Itulah mengapa ia akan terlebih dahulu melihat ke dalam diri sendiri, menakar seberapa sempurna kualitas dirinya untuk pantas mendapatkan apa yang ada di dalam doanya.

photo : trinitychurchbrentwood.com
diinspirasi dari satu khubah jumat
di kota Malino. Gowa Sulawesi Selatan.

lihat Abdul Qadir Jaelani di Wikipedia

     Sepenggal kisah yang meluncur dari bibir BJ Habibie, di hari-hari senja perjalanan hidupnya. Bagaimana satu bagian episode 'grand design' negeri kita Indonesia, digambarkan dengan bahasa hati yang begitu mengharukan, sekaligus membuat geram. Beliau adalah salah satu  anak bangsa yang ikut berpacu dalam episode sejarah, yang kemudian di hari ini merangkum duka lara dari jejak yang ditinggalkannya.
     Menyimak peristiwa yang digambarkan berikut ini setidaknya bisa menjadi cerminan kita di dalam mengevaluasi karakter diri di dalam berbangsa di negeri tercinta ini. Atau paling sederhananya, turut merasakan haru yang tergambar di dalam kisah berikut ini, bisa mengindikasikan bahwa jiwa nasionalisme kita masih ada tersisa meski sudah samar.
Selanjutnya, mari kita simak peristiwa berikut.
     Kejadiannya bermula di suatu hari di bulan Januari awal tahun 2012 ini, mantan Presiden RI, BJ Habibie dengan rombongan kecilnya, mengunjungi kantor manajemen Garuda Indonesia, di Garuda City Complex Bandara Soekarno Hatta. Kunjungan beliau dan rombongan disambut oleh President & CEO, Bapak Emirsyah Satar disertai seluruh Direksi dan para Vice Presiden serta Area Manager yang sedang berada di Jakarta.
     Salah satu jamuan di dalam kunjungan beliau ini, diputar video mengenai Garuda Indonesia Experience dan presentasi perjalanan kinerja Garuda Indonesia sejak tahun 2005 hingga tahun 2015 menuju Quantum Leap.
     Beliau menyimak dengan baik sajian video yang ditayangkan tersebut. Sebagai “balasan” suguhan video tadi, pak Habibie pun meminta untuk memutar rekaman video yang dia bawa sendiri. Rupanya video itu tentang penerbangan perdana N250 di landasan bandara Husein Sastranegara, IPTN Bandung tahun 1995 (tujuh belas tahun yang lalu).
     Video N250 bernama Gatotkaca terlihat meluncur kemudian tinggal landas secara mulus diiringi oleh satu pesawat latih dan sebuah pesawat N235. Pesawat N250 jenis Turboprop dan teknologi glass cockpit dengan kapasitas 50 penumpang terus mengudara di angkasa Bandung.
     Dalam video tersebut, tampak para hadirin yang menyaksikan di pelataran parkir, antara lain Presiden RI Bapak Soeharto dan ibu, Wapres RI bapak Soedharmono, para Menteri dan para pejabat teras Indonesia serta para teknisi IPTN. Semua bertepuk tangan dan mengumbar senyum kebanggaan atas keberhasilan kinerja N250. Bapak Presiden kemudian berbincang melalui radio komunikasi dengan pilot N250 yang di udara. Terlihat pak Habibie mencoba mendekatkan telinganya di headset yang dipergunakan oleh Presiden Soeharto karena ingin ikut mendengarkan pembicaraan dengan pilot N250 itu.
     Tidak lama kemudian, N250 sang Gatotkaca kembali ke pangkalan setelah melakukan pendaratan mulus di landasan.

     Setelah menyaksikan bersama video tadi, bapak BJ Habibie yang berusia 74 tahun masih nampak begitu bersemangat, memulai kalimatnya dengan gaya yang begitu akrab.
     “Dik, anda tahu, ..saya ini lulus SMA tahun 1954” beliau membuka pembicaraan dengan gayanya yang khas menyebut semua hadirin dengan kata “Dik”. Kemudian secara lancar beliau melanjutkan.
     “Presiden Soekarno, Bapak Proklamator RI, orator paling unggul, itu sebenarnya memiliki visi yang luar biasa cemerlang! Ia adalah Penyambung Lidah Rakyat! Ia tahu persis sebagai Insinyur, Indonesia dengan kondisi geografis ribuan pulau, memerlukan penguasaan teknologi yang berwawasan nasional yakni Teknologi Maritim dan Teknologi Dirgantara. Kala itu, tak ada ITB dan tak ada UI.
     Para pelajar SMA unggulan berbondong-bondong disekolahkan oleh Presiden Soekarno ke luar negeri untuk menimba ilmu teknologi maritim dan teknologi dirgantara. Saya adalah rombongan kedua diantara ratusan pelajar SMA yang secara khusus dikirim ke berbagai negara. Pendidikan kami di luar negeri itu bukan pendidikan kursus kilat tapi sekolah bertahun-tahun sambil bekerja praktek.
     Sejak awal saya hanya tertarik dengan ‘how to build commercial aircraft’ bagi Indonesia. Jadi sebenarnya Pak Soeharto, Presiden RI kedua hanya melanjutkan saja program itu. Beliau juga bukan pencetus ide penerapan ‘teknologi’ berwawasan nasional di Indonesia. Lantas kita bangun perusahaan-perusahaan strategis, ada PT PAL dan salah satunya yang lain adalah IPTN.
     Sekarang Dik, Anda semua lihat sendiri. N250 itu bukan pesawat asal-asalan dibikin! Pesawat itu sudah terbang tanpa mengalami ‘Dutch Roll’ (istilah penerbangan untuk pesawat yang ‘oleng’ berlebihan). Teknologi pesawat itu sangat canggih dan dipersiapkan untuk 30 tahun ke depan. Diperlukan waktu 5 tahun untuk melengkapi desain awal.
     Satu-satunya pesawat turboprop di dunia yang mempergunakan teknologi ‘Fly by Wire’ bahkan sampai hari ini. Rakyat dan negara kita ini membutuhkan itu! Pesawat itu sudah terbang 900 jam (saya lupa persisnya 900 atau 1900 jam) dan selangkah lagi masuk program sertifikasi FAA. IPTN membangun khusus pabrik pesawat N250 di Amerika dan Eropa untuk pasar negara-negara itu. Namun, orang Indonesia selalu saja gemar bersikap sinis dan mengejek diri sendiri, ‘apa mungkin orang Indonesia bikin pesawat terbang?’
     Tiba-tiba, Presiden memutuskan agar IPTN ditutup dan begitu pula dengan industri strategis lainnya.  Dik tahu.. di dunia ini hanya 3 negara yang menutup industri strategisnya, satu Jerman karena trauma dengan Nazi, lalu Cina (?) dan Indonesia.
     Sekarang, semua tenaga ahli teknologi Indonesia terpaksa terusir dari negeri sendiri. Mereka bertebaran di berbagai negara, khususnya di pabrik-pabrik pesawat di Bazil, Canada, Amerika dan Eropa.
     Hati siapa yang tidak sakit menyaksikan itu semua.?
     Saya bilang ke Presiden, kasih saya uang 500 juta Dollar dan N250 akan menjadi pesawat yang terhebat yang mengalahkan ATR, Bombardier, Dornier, Embraer dll dan kita tak perlu tergantung dengan negara manapun.
     Tapi keputusan telah diambil dan para karyawan IPTN yang berjumlah 16 ribu harus mengais rejeki di negeri orang dan gilanya lagi kita yang beli pesawat negara mereka!”

     Pak Habibie menghela nafas.
     Salah seorang hadirin adalah Capten Novianto Herupratomo berkisah tentang saat-saat yang diceritakan oleh Habibie tadi.
     “Sekitar tahun 1995, saya ditugaskan oleh Manager Operasi (JKTOF) kala itu, Capt. Susatyawanto untuk masuk sebagai salah satu anggota tim Airline Working Group di IPTN dalam kaitan produksi pesawat jet sekelas B737 yang dikenal sebagai N2130 (kapasitas 130 penumpang). 
     Saya bersyukur, akhirnya ditunjuk sebagai Co-Chairman Preliminary Flight Deck Design N2130 yang langsung bekerja dibawah kepala proyek N2130 adalah Ilham Habibie. Saat itu N250 sedang uji coba terus-menerus oleh penerbang test pilot (almarhum) Erwin. 
     Saya turut mendesain rancang-bangun kokpit N2130 yang serba canggih berdasarkan pengetahuan teknis saat menerbangkan McDonnel Douglas MD11. Kokpit N2130 akan menjadi mirip MD11 dan merupakan kokpit pesawat pertama di dunia yang mempergunakan LCD pada panel instrumen (bukan CRT sebagaimana kita lihat sekarang yang ada di pesawat B737NG). 
     Sebagian besar fungsi tampilan layar di kokpit juga mempergunakan “track ball atau touch pad” sebagaimana kita lihat di laptop. N2130 juga merupakan pesawat jet single aisle dengan head room yang sangat besar yang memungkinkan penumpang memasuki tempat duduk tanpa perlu membungkukkan badan. Selain high speed sub-sonic, N2130 juga sangat efisien bahan bakar karena mempergunakan winglet, jauh sebelum winglet dipergunakan di beberapa pesawat generasi masa kini. 
     Saya juga pernah menguji coba simulator N250 yang masih prototipe pertama. N2130 narrow body jet engine dan N250 twin turboprop, keduanya sangat handal dan canggih kala itu, bahkan hingga kini. 
     Berbagai macam pikiran dan mimpi berkecamuk di dalam kepala manakala pak Habibie bercerita soal N250 tadi. Saya pun memiliki kekecewaan yang sama seperti yang beliau gambarkan. Seandainya N2130 benar-benar lahir, kita tak perlu susah-susah membeli B737 atau Airbus 320.”

     Pak Habibie kemudian melanjutkan pembicaraannya.
     “Hal yang sama terjadi pada prototipe pesawat jet twin engines narrow body. Waktu itu saya tunjuk Ilham sebagai Kepala Proyek N2130. Ia bukan karena anak Habibie, tapi Ilham ini memang sekolah khusus mengenai manufakturing pesawat terbang. Kalau saya sebenarnya hanya ahli dalam bidang metalurgi pesawat terbang. Kalau saja N2130 diteruskan, kita semua tak perlu tergantung dari Boeing dan Airbus untuk membangun jembatan udara di Indonesia”.
     “Dik, dalam industri apapun kuncinya itu hanya satu QCD.
     Q itu Quality, Dik. Anda harus buat segala sesuatunya berkualitas tinggi dan konsisten. C itu Cost, Dik. Tekan harga serendah mungkin agar mampu bersaing dengan produsen sejenis. D itu Delivery. Biasakan semua produksi dan outcome berkualitas tinggi dengan biaya paling efisien dan disampaikan tepat waktu! Itu saja!”
Pak Habibie melanjutkan penjelasan tentang QCD tersebut sebagai berikut:
     “Kalau saya umpamakan, Q itu nilainya 1, C nilainya juga 1 lantas D nilainya 1 pula, jika dijumlah maka menjadi 3. Tapi cara kerja QCD tidak begitu Dik. Organisasi itu bekerja saling sinergi sehingga yang namanya QCD itu bisa menjadi 300 atau 3000 atau bahkan 30.000 sangat tergantung bagaimana anda semua mengerjakannya, bekerjanya harus pakai hati Dik..”

Pak Habibie seperti merenung sejenak mengingat-ingat sesuatu, kemudian melanjutkan.
     “Dik, saya ini memulai segala sesuatunya dari bawah, sampai saya ditunjuk menjadi Wakil Dirut perusahaan terkemuka di Jerman dan akhirnya menjadi Presiden RI. Itu semua bukan kejadian tiba-tiba. Selama 48 tahun saya tidak pernah dipisahkan dengan Ainun, ..ibu Ainun istri saya.
     Ia ikuti kemana saja saya pergi dengan penuh kasih sayang dan rasa sabar. Dik, kalian barangkali sudah biasa hidup terpisah dengan istri, you pergi dinas dan istri di rumah, tapi tidak dengan saya. Gini ya, saya mau kasih informasi. Saya ini baru tahu bahwa ibu Ainun mengidap kanker hanya 3 hari sebelumnya, tak pernah ada tanda-tanda dan tak pernah ada keluhan keluar dari ibu..”
     Pak Habibie menghela nafas panjang dan tampak sekali ia sangat emosional serta mengalami luka hati yang mendalam. Seisi ruangan hening dan turut serta larut dalam emosi kepedihan pak Habibie.

     Tiba-tiba, pak Habibie seperti teringat sesuatu (kita yang biasa mendengarkan beliau juga pasti maklum bahwa gaya bicara pak Habibie seperti meloncat kesana-kemari dan kadang terputus karena proses berpikir beliau sepertinya lebih cepat dibandingkan kecepatan berbicara dalam menyampaikan sesuatu). Ia melanjutkan pembicaraannya.

     “Dik, hari ini persis 600 hari saya ditinggal Ainun.. dan hari ini persis 597 hari Garuda Indonesia menjemput dan memulangkan ibu Ainun dari Jerman ke tanah air Indonesia.
     Saya tidak mau menyampaikan ucapan terima kasih melalui surat.. saya menunggu hari baik, berminggu-minggu dan berbulan-bulan untuk mencari momen yang tepat guna menyampaikan isi hati saya. Hari ini didampingi anak saya Ilham dan keponakan saya Adri,  maka saya, Habibie atas nama seluruh keluarga besar Habibie mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, kalian, Garuda Indonesia telah mengirimkan sebuah Boeing B747-400 untuk menjemput kami di Jerman dan memulangkan ibu Ainun ke tanah air, hingga kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Sungguh suatu kehormatan besar bagi kami sekeluarga. Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih atas bantuan Garuda Indonesia” 
     Seluruh hadirin terhenyak, tercenung dan beberapa lainnya tak kuasa lagi membendung air mata.
sumber : http://brosurkilat.com via Kaskus

     Begitu banyak kegagalan, kesialan, ketidak berhasilan yang telah Anda alami selama hidup ini, namun setiap kali itu pula Anda berhasil menemukan siapa penyebabnya. Entah itu karena iklim, kondisi politik, resesi ekonomi, bencana alam, dan lain-lain.. Intinya adalah Anda menemukan kambing hitam penyebab semua ketidak beresan itu.
     Namun, pernahkah Anda menemukan bahwa biang kegagalan, kesialan dan ketidak berhasilan Anda sebenarnya ada di dalam diri Anda sendiri. Mengapa demikian.?
     Karena  Andalah sendiri yang mengambil keputusan untuk gagal, bukan atasan Anda yang galak, atau bawahan Anda yang tidak bisa atau susah diatur. Bukan karena istri Anda yang bawel dan tidak mendukung, bukan juga karena suami Anda yang kuper dan kecil penghasilannya. Bukan karena teman-teman di kantor yang menggosipkan Anda, atau office boy yang selalu ceroboh membersihkan meja kerja Anda.
     Tetapi Anda sendirilah yang memutuskan, membuat keputusan dan mengambil keputusan untuk 'gagal', entah Anda melakukannya dengan sadar atau tidak.

     Seorang pesenam dari Jepang meraih medali emas impiannya di Olympiade, padahal sehari sebelumnya ia mengalami cedera retak tulang tumit di pertandingan babak penyisihan. Dokter sudah mendiagnosa bahwa dia tidak dapat melanjutkan pertandingan lagi, bahkan akan cacat seumur hidup akibat cedera tersebut. Namun semua rasa sakit akibat cedera tersebut dapat disingkirkan oleh kemauan yang kuat untuk mempersembahkan medali emas bagi negaranya.
     Lain lagi dengan dua orang mahasiswa drop out, yang mengusahakan perusahaan software komputer kecil-kecilan. Tidak ada yang peduli kepada mereka bahkan mereka tidak dipandang sebelah matapun oleh pelaku industri komputer pada masa itu. Mereka adalah Bill Gates dan Tim Allen yang hari ini merajai bisnis software dunia, Microsoft Corporation,  dua orang yang 'hanya' mampu untuk berhasil lulus sampai sekolah menengah atas (SMA).
     Begitu juga dengan seorang tua veteran perang dunia pertama, menawarkan resep warisan keluarganya ke lebih dari seribu orang, untuk diajak bekerja sama mengembangkan restoran berbasis resep tersebut. Seribu orang telah menolak bekerjasama, namun tidak cukup banyak untuk menghentikan pria tua 60 tahun tersebut. Kolonel Sanders akhirnya menemukan orang yang bersedia bekerja sama sehingga hari ini kita mengenal KFC (Kentucky Fried Chicken).
     Dan seorang lagi bernama Edison, melakukan beratus kali percobaan yang belum berhasil untuk menciptakan balon lampu. Dalam wawancara dengan wartawan sebuah surat kabar, Thomas Alfa Edison malah sempat berseloroh, "Saya tidak gagal sama sekali. Saya baru saja berhasil menemukan cara ke-873 untuk tidak membuat lampu". Ia pun malanjutkan eksperimennya.
     Pantang menyerah. Tidak menemukan alasan yang membenarkan ketidak berhasilan yang terjadi untuk apa  yang diusahakan. Tidak pernah repot mencari siapa kambing hitam atau mencari kondisi yang menjadi bahan untuk memaklumi setiap hal yang menunda keberhasilannya.
     Karena mereka tidak menemukan siapa yang salah dan kondisi apa yang mendukung tertundanya apa yang mereka rencanakan dan impikan, maka para pemenang itu terus berproses tanpa pernah berhenti, tanpa pernah menyerah, hingga mencapai garis finish.

     Nah, ketika Anda memutuskan untuk berhenti mengejar impian Anda, maka segeralah temukan, bahwa Anda sendirilah yang paling bertanggung jawab atas keputusan itu. Anda berani bertanggung jawab.?

     Lionel Messi (23) memang hanya mencetak satu gol pada final Liga Champions 28 Mei 2011 melawan Manchester United (MU). Namun, gol itu membuat timnya kembali unggul dan dengan begitu kembali menekan MU sampai akhirnya Barca menang 3-1
     Dengan gol semata wayang itu, Messi menjadi man of the match dan pencetak gol terbanyak Liga Champions dengan 12 gol. Ini adalah kali ketiga baginya untuk menjadi top scorer Liga Champions dalam tiga musim terakhir.
Messi pernah ditolak karena terlalu kecil...
     Orang kini melihat Messi berdiri di puncak, dielu-elukan para legenda sebagai yang terbaik. Namun, takhta tak membuat Messi melupakan tempat ia datang.
     Messi lahir dan besar di Rosario, 300 kilometer sebelah barat laut dari Buenos Aires. Ia lahir dengan kelainan hormon yang membuat tubuhnya tak bisa tumbuh seperti anak-anak seusianya. Kondisi fisik itu membuatnya terbuang dari sepak bola.
     Menurut The Mirror, pada hari pertama sekolah dasarnya, Messi dilarang ikut bermain sepak bola oleh pelatih karena badannya terlalu kecil. Padahal, anak yang ditolak ini akan menyabet gelar pemain terbaik dunia, bukan sekali, melainkan dua kali, dan mungkin akan bertambah lagi.
     "Pada masa kecilku, aku mengalami masa-masa sulit karena masalah hormon," kata Messi, yang oleh kakaknya, Rodrigo, dijuluki "kutu".
     Pada 1995, dalam usia delapan tahun, Messi diminati River Plate. Namun, River Plate tak jadi merekrut Messi karena keberatan membayar biaya pengobatan bulanan Messi yang mencapai 500 poundsterling atau sekitar Rp 7 juta.
     Messi tampak semakin mustahil menjelajahi lebih luas dunia sepak bola, ketika tim medis klub itu mengatakan kepada keluarganya bahwa Messi hanya bisa tumbuh setinggi tak lebih dari 140 sentimeter.
     Karena kondisi ekonomi, ayah dan ibu Messi menyerah. Jangankan membiayai perawatan Messi, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Messi dan tiga saudaranya saja, Jorge dan Celia, mereka kesulitan.
     Keadaan Messi dan keluarganya tak tampak akan membaik. Sampai saat Messi berusia 12 tahun, sanak keluarganya yang tinggal di Catalonia mendaftarkan Messi untuk mengikuti uji coba di Barcelona.
     Direktur Barcelona saat itu, Carlos Rexach, terbang melintasi benua dan tidak menyesal. "Saya memanggilnya dan, sebagai ungkapan simbolis (ikatan kontrak), saya memintanya membubuhkan tanda tangan di atas sebuah kertas," kenang Rexach.
     Setelah Barcelona setuju menjamin semua biaya perawatannya, Messi berangkat ke Spanyol dengan ayahnya dan masuk tim U-14 Barcelona pada tahun 2000. Pada pertandingan pertamanya, Messi mencetak lima gol.
     Sekarang, Messi sudah setinggi sekitar 170 sentimeter dan telah mengoleksi lima gelar La Liga, tiga trofi Liga Champions, medali emas olimpiade, dan menurut Forbes memiliki kekayaan senilai 20 juta poundsterling atau sekitar Rp 282 miliar. Namun, menurutnya, ia akan tetap hidup seperti biasa, menikmati sarapan berupa danish pastry dan segelas kopi, misalnya.
     "Aku suka hidup sederhana. Aku manusia pada umumnya. Aku mengendarai mobil yang disediakan klub," kata Messi, yang kini memiliki yayasan amal untuk kesehatan dan pendidikan anak-anak bernama "The Leo Messi Foundation".
     "Aku tidak membaca buku. Hal istimewa bagiku adalah mencetak gol. Aku suka merayakannya bersama teman-teman dan rekan tim. Aku menyukai kegiatan amalku dengan yayasan yang membantu anak-anak di seluruh dunia."
     Di halaman biografinya di jejaring sosial Facebook, ia mengatakan, "Berapa pun jumlah gelar, trofi, dan penghargaan, aku akan selalu menjadi anak-anak yang tumbuh di Rosario, Santa Fe, Argentina."
     "Aku belajar berjalan di sana sehingga bisa mengejar impianku. Pernah ada yang mengatakan kepadaku, aku tak akan pernah menjadi pesepak bola."
     "Menjadi lebih kecil dari yang lain membuatku berusaha menjadi lebih cepat. Pencemooh, pengkritik, dan penentang membuatku lebih memiliki tekad dari sebelumnya. Dengan dukungan keluarga, aku pindah ke Spanyol dengan kesempatan bermain untuk Barca. Ini adalah kesempatan menjadi pemain yang selalu kuimpikan dan bisa aku alami," tuturnya.  

Sumber (MIR)BARCELONA, KOMPAS.com —30 Mei 2011.

     Alkisah, di sebuah kerajaan, raja memiliki sebuah batu ruby yang sangat indah. Raja sangat menyayangi, mengaguminya dan berpuas hati karena merasa memiliki sesuatu yang indah dan berharga. Saat permaisuri akan melangsungkan ulang tahunnya, raja ingin memberikan hadiah batu ruby itu kepada istri tercintanya. Tetapi saat batu itu dikeluarkan dari tempat penyimpanan, terjadi kecelakaan sehingga batu itu terjatuh dan tergores retak cukup dalam.
       Raja sangat kecewa dan bersedih. Dipanggillah para ahli batu-batu berharga untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Beberapa ahli permata telah datang ke kerajaan, tetapi mereka menyatakan tidak sanggup memperbaiki batu berharga tersebut. “Mohon ampun Baginda. Goresan retak di batu ini tidak mungkin bisa diperbaiki. Kami tidak sanggup mengembalikannya seperti keadaan semula.”
     Kemudian sang baginda memutuskan mengadakan sayembara, mengundang seluruh ahli permata di negeri itu yang mungkin waktu itu terlewatkan. Tidak lama kemudian datanglah ke istana seorang setengah tua berbadan bongkok dan berbaju lusuh, mengaku sebagai ahli permata. Melihat penampilannya yang tidak meyakinkan, para prajurit menertawakan dia dan berusaha mengusirnya. Mendengar keributan, sang raja memerintahkan untuk menghadap.
     “Ampun Baginda. Mendengar kesedihan Baginda karena kerusakan batu ruby kesayangan Baginda, perkenankanlah hamba untuk melihat dan mencoba memperbaikinya.” “Baiklah, niat baikmu aku kabulkan,” kata baginda sambil memberikan batu tersebut. Setelah melihat dengan seksama, sambil menghela napas, si tamu berkata, “Saya tidak bisa mengembalikan batu ini seperti keadaan semula, tetapi bila diperkenankan, saya akan membuat batu ruby retak ini menjadi lebih indah.”
     Walaupun sang raja meragukan, tetapi karena putus asa tidak ada yang bisa dilakukan lagi dengan batu ruby itu, raja akhirnya setuju. Maka, ahli permata itupun mulai memotong dan menggosok. Beberapa hari kemudian, dia menghadap raja. Dan ternyata batu permata ruby yang retak telah dia pahat menjadi bunga mawar yang sangat indah.
     Baginda sangat gembira, “Terima kasih rakyatku. Bunga mawar adalah bunga kesukaan permaisuri, sungguh cocok sebagai hadiah.” Si ahli permata pun pulang dengan gembira. Bukan karena besarnya hadiah yang dia terima, tetapi lebih dari itu. Karena dia telah membuat raja yang dicintainya berbahagia.
     Di tangan seorang yang ahli, benda cacat bisa diubah menjadi lebih indah dengan cara menambah nilai lebih yang diciptakannya. Apalagi mengerjakannya dengan penuh ketulusan dan perasaan cinta untuk membahagiakan orang lain.
     Saya kira demikian pula bagi manusia, tidak ada yang sempurna, selalu ada kelemahan besar ataupun kecil. Tetapi jika kita memiliki kesadaran dan tekad untuk mengubahnya, maka kita bisa mengurangi kelemahan-kelemahan yang ada sekaligus mengembangkan kelebihan-kelebihan yang kita miliki sehingga keahlian dan karakter positif akan terbangun. Dengan terciptanya perubahan-perubahan positif tentu itu merupakan kekuatan pendorong yang akan membawa kita pada kehidupan yang lebih sukses dan bernilai!
disadur dari www.andriewongso.com

     Suatu hari, seorang pedagang kaya datang berlibur ke sebuah pulau yang masih asri. Saat merasa bosan, dia berjalan-jalan keluar dari villa tempat dia menginap dan menyusuri tepian pantai. Terlihat Di sebuah dinding karang seseorang sedang memancing, dia menghampiri sambil menyapa,
     "Sedang memancing ya pak?", sambil menoleh si nelayan menjawab, "Benar tuan. Mancing satu-dua ikan untuk makan malam keluarga kami". "Kenapa cuma satu-dua ikan pak? Kan banyak ikan di laut ini, kalau bapak mau sedikit lebih lama duduk disini, tiga-empat ekor ikan pasti dapat kan?" Kata si pedagang yang menilai si nelayan sebagai orang malas.
     "Apa gunanya buat saya ?" tanya si nelayan keheranan. "Satu-dua ekor disantap keluarga bapak, sisanya kan bisa dijual. Hasil penjualan ikan bisa ditabung untuk membeli alat pancing lagi sehingga hasil pancingan bapak bisa lebih banyak lagi" katanya menggurui. "Apa gunanya bagi saya?" tanya si nelayan semakin keheranan.
     "Begini. Dengan uang tabungan yang lebih banyak, bapak bisa membeli jala. Bila hasil tangkapan ikan semakin banyak, uang yang dihasilkan juga lebih banyak, bapak bisa saja membeli sebuah perahu. Dari satu perahu bisa bertambah menjadi armada penangkapan ikan. Bapak bisa memiliki perusahaan sendiri. Suatu hari bapak akan menjadi seorang nelayan yang kaya raya".
     Nelayan yang sederhana itu memandang si turis dengan penuh tanda tanya dan kebingungan. Dia berpikir, laut dan tanah telah menyediakan banyak makanan bagi dia dan keluarganya, mengapa harus dihabiskan untuk mendapatkan uang? Mengapa dia ingin merampas kekayaan alam sebanyak-banyaknya untuk dijual kembali. Sungguh tidak masuk diakal ide yang ditawarkan kepadanya.
     Sebaliknya, merasa hebat dengan ide bisnisnya si pedagang kembali meyakinkan, "Kalau bapak mengikuti saran saya, bapak akan menjadi kaya dan bisa memiliki apa pun yang bapak mau". "Apa yang bisa saya lakukan bila saya memiliki banyak uang?" tanya si nelayan. "Bapak bisa melakukan hal yg sama seperti saya lakukan, setiap tahun bisa berlibur, mengunjungi pulau seperti ini, duduk di dinding pantai sambil memancing".
     "Lho, bukankan hal itu yang setiap hari saya lakukan tuan, kenapa harus menunggu berlibur baru memancing?", kata si nelayan menggeleng-gelengkan kepalanya semakin heran. Mendengar jawaban si nelayan, si pedagang seperti tersentak kesadarannya bahwa untuk menikmati memancing ternyata tidak harus menunggu kaya raya.
     Pepatah mengatakan, jangan mengukur baju dengan badan orang lain. Si pedagang mungkin benar melalui analisa bisnisnya, dia merasa apa yang dilakukan oleh si nelayan terlalu sederhana, monoton dan tidak bermanfaat. Mengeruk kekayaan alam demi mendapatkan uang dan kekayaan sebanyak-banyaknya adalah wajar baginya. Sedangkan bagi si nelayan, dengan pikiran yang sederhana, mampu menerima apapun yang diberikan oleh alam dengan puas dan ikhlas. Sehingga hidup dijalani setiap hari dengan rasa syukur dan berbahagia.
      Memang ukuran "bahagia", masing-masing orang pastilah tidak sama. Semua kembali kepada keikhlasan dan cara kita mensyukuri, apapun yang kita miliki saat ini.
disadur dari www.andriewongso.com

     Setiap kita pasti mengenal KFC. Entah mengenal karena sudah pernah mencicipi rasa daging ayam yang khas, atau mungkin sekadar melihat iklannya di televisi dan billboard. Pastinya, KFC adalah trade mark untuk satu jenis produk makanan siap saji.
     Dibalik keberadaan restoran KFC di hampir setiap kota besar di dunia, tidak banyak yang menyimak bagaimana awal mula bisnin ayam KFC tersebut dibangun, yang telah menghasilkan keuntungan puluhan juta dollar pertahun. Bagaimana perjuangan Kolonel Sanders sang pendiri, seorang pensiunan tanpa modal yang hanya memiliki resep ayam goreng.
     Tidak mudah apa yang telah dilakukan oleh Sanders. Berbekal sebuah mobil tua, dia berkeliling mencari orang, toko ataupun rumah makan yang mau menggunakan resep ayam gorengnya, tentu saja dengan skema keuntungan yang disepakati. Puluhan rumah telah dia ketuk, bahkan ratusan rumah makan, namun yang ditemukannya hanya kata "tidak" dari setiap mereka yang ditemui.
     Hanya saja ada sedikit yang berbeda. Sanders terus mengetuk dari satu pintu ke pintu yang lain. Tidak kurang dari seribu kali kata tidak dia terima, namun dia tidak berhenti. Hingga kemudian di kesempatan 1009, barulah dia menemukan orang yang berkata 'ya' pada ide Sanders. Dan cerita selanjutnya dapat kita saksikan seperti apa keadaan sekarang ini.
     Contoh sederhana, bagaimana kegigihan, keuletan dan semangat tiada henti telah ditunjukkan oleh Sanders. Padahal, pada waktu itu usianya sudah 60 tahun. Dengan keyakinan teguh, dia terus mengetuk hingga menemukan orang yang berkata "ya".
  

     Suatu saat, adalah seorang ibu, yang karena miskin dan tidak punya uang, terpaksa melahirkan di pintu gerbang sebuah sekolah.  Setelah melalui saat-saat kritis, dia mendapatkan anaknya untuk diasuh dalam dekapan kasih sayangnya. Bayi mungil yang memberinya rasa bahagia yang luar biasa. Dalam masa pertumbuhan masa kecilnya, anak tadi mengalami gangguan pada saraf mata dan saraf wajahnya, sehingga wajahnya tidak simetris, atau condong miring sebelah. Anak tadi tumbuh menjadi seorang anak yang baik, bertubuh besar, dengan satu impian, bahwa ia ingin menjadi seorang pemain film yang terkenal.
     Waktupun berlalu, diapun mengikuti banyak kursus-kursus akting, kursus-kursus untuk menunjang dia bisa menjadi aktor yang terkenal. Tapi karena wajahnya yang tidak simetris, ditambah dengan cara bicaranya yang gagap, dia tidak pernah diterima untuk menjadi bagian dari sebuah film, apalagi menjadi seorang bintang film.
     Untuk mendapatkan peran-peran kecil, peran-peran pengganti, atau peran-peran yang hampir tidak ada artinya, dia harus menunggu begitu lama. Kadang dia tidak mau beranjak dari depan pintu sang director dari sebuah film, sehingga sang director manjadi kasihan lalu memberikannya peran ala kadarnya.
     Istrinya menyarankan dia untuk melupakan segala impian gilanya menjadi seorang actor. Karena hidup dalam kemiskinan, dan dia tidak punya pekerjaan tetap selain terus bermimpi menjadi bintang film, istrinya menggugat cerai, dan meninggalkan dia. Di saat itulah orang ini mengalami titik terendah situasi psikologis dalam kehidupannya.
     Di satu musim dingin, dia menonton sebuah tayangan tinju yang menggetarkan hatinya. Ketika itu, orang ini melihat suatu pertandingan tinju antara Mohammad Ali dan Chuck Weirdner. Chuck Weirdner adalah petinju yang sama sekali tidak diunggulkan sehingga dijuluki petinju ayam sayur.
     Dia diprediksikan bahwa tidak akan bisa bertahan lebih dari 3 ronde menghadapi Mohammad Ali. Akan tetapi apa yang terjadi ketika Chuck Weirdner dipukul rubuh, dia segera bangkit. Ketika dipukul jatuh, dia mampu bangun. Ketika dipukul hingga terjengkang, dia bisa bangun lagi. Waktu itu belum ada peraturan bahwa 3 kali dipukul rubuh harus berhenti, karena itu pertandingan tetap dilanjutkan. Dan Chuck Weirdner bisa menyelesaikan pertarungan 15 ronde, walaupun ia akhirnya kalah angka mutlak. Tetapi dia telah menunjukkan keteguhan hatinya, dia tidak bisa dikalahkan secara k.o oleh Mohammad Ali.
     Ketika menonton pertandingan tinju tersebut, orang ini sangat termotivasi. Setelah itu, selama 72 jam nonstop ia menulis sebuah naskah film yang menurut dia sangat bagus dan sangat dramatisir. Iapun menawarkan naskah filmnya kepada seorang produser. Namun sayang sekali, ia tidak ditanggapi sama sekali.  Tanpa kecewa sedikitpun, ia mencoba menawarkan kepada orang lain, dari produser yang satu ke produser yang lain. Ratusan kali dia membawa naskah filmnya untuk ditawarkan kemana-mana, dan akhirnya dia bertemu seseorang yang bersedia menerimanya. Ketika ia diterima oleh sebuah produser film, dan produser film tersebut mengatakan "ok" kami akan mempertimbangkan dan kami akan mencoba untuk memproduksi filmnya. Waktu itu, dia diberikan tawaran 70 ribu USD sebagai penulis skenario dari film tadi.
     Orang itu mengatakan, saya tidak ingin hanya menjadi seorang penulis skenario, tapi saya ingin menjadi seorang aktor utama dari film tadi. Si produsernya tertawa geli sekali dan mengatakan "no". Kamu cukup saja menjadi seorang penulis skenario, kamu tidak perlu menjadi seorang aktor. Perdebatanpun berlangsung, hingga akhirnya si produser tadi mengatakan ok, saya berikan anda pilihan, anda ambil atau anda tinggalkan. Si orang tadi dengan mantap menjawab, 'saya tinggalkan'.
     Selang beberapa saat kemudian, si produser film tadi memanggil kembali orang tadi. "Ok, suruhlah orang kemarin itu membawa naskahnya lagi". Pada pertemuan ini, hal pertama yang ditanyakan oleh orang itu adalah "I’m the actor? - apakah saya aktornya?" Si produser kembali mengatakan no, you are not the actor, tetapi tawarannya harga skenario itu kami naikkan dari 70 ribu USD menjadi 225 ribu USD. Take it or leave it?  Orang tadi tetap dengan mantap mengatakan 'leave it', dia pun pulang tanpa menggubris jumlah harga skenarionya yang sudah begitu tinggi.
     Akhirnya beberapa saat kemudian, si produser tadi memangggil lagi orang tadi. Tawaran dinaikkan menjadi 500 ribu USD, dengan kata kunci, Take it or leave it? Orang tadi masih tetap dengan pertanyaan yang sama, I’m the actor? Si produser tadi tetap katakan, no, you are not the actor. Orang tadi tetap dengan mantap mengatakan, leave it, lalu pulang.
     Singkat cerita, tawaran tadi dinaikkan hingga jadi 1 juta USD, orang tadi tetap ngotot, dia harus menjadi seorang pemeran utama dalam naskah yang ia tuliskan. Akhirnya si produser tadi pun menyerah, karena keteguhan hati dari orang ini, mereka pun memutuskan untuk memproduksi filmnya dengan catatan ia hanya dibayar 30 ribu USD, dengan sistem bagi hasil kalau nanti hasilnya untung. Film tadi pun dibuat dengan budget maksimal 1 juta USD.
     Anda tahu siapa orang yang punya keteguhan hati yang luar biasa tersebut? Filmnya berjudul Rockie, dan orang tadi bernama Sylvester Stallone. Rockie I, II, III, IV, V, dan ia juga membintangi beberapa film Rambo, serta banyak film yang lain. Semuanya berawal dari keteguhan hati, dan action (tidakan) yang tidak pernah berhenti.
     Dia bisa dikatakan sebagai salah seorang aktor sejati. Aktor dalam arti orang yang bertindak memperjuangkan keinginannya, bukan sebagai orang yang berpura-pura di depan kamera. Dia berbuat dengan segala daya untuk merebut impiannya.

Pecundang melakukan hal-hal yang serupa di dalam hidupnya.
(Robert T. Kiyosaki)

Dijelaskan oleh Robert Kiyosaki, orang yang takut kalah melakukan hal serupa dalam hidupnya. Kita semua bisa dengan mudah melihat dan mengenal :
1. Mereka yang mempertahankan perkawinan yang tidak lagi berlandaskan cinta.
2. Mereka yang menjalani pekerjaan tidak berprospek.
3. Mereka yang terus menyimpan pakaian tua serta “barang-barang” yang takkan pernah mereka pakai.
4. Mereka yang tetap tinggal di kota-kota dimana mereka tidak mempunyai masa depan.
5. Mereka yang tetap berteman dengan orang-orang yang menghalangi kemajuan mereka.

     Dalam bahasa saya sendiri, seperti sebuah cerita orang Afrika menangkap monyet. Di Afrika ada satu suku yang makan monyet. Mereka berburu monyet untuk dimakan. Cara berburu mereka bermacam-macam, ada yang menggunakan cara dipanah, ada yang disumpit, tapi yang paling menarik adalah ada yang menangkap dengan menggunakan kendi.
     Mereka mengikat kendi dari tembaga ke pohon atau batu yang besar kemudian diisi dengan kacang. Dan sebagian kacang ditaruh diluar. Begitu sang monyet melihat kacang tersebut, setelah dipastikan kanan kiri aman maka monyet tadi turun dan mulai memakan kacang yang berserakan tersebut. Ketika kacang diluar habis, monyet tersebut mulai melirik kacang yang ada di dalam kendi. Lengok kiri kanan, semuanya beres, monyet dengan mantap mengambil kacang di dalam kendi.
     Begitu tangan monyet tadi menggenggam kacang yang ada di dalam kendi maka tangan monyet tersebut tidak bisa ditarik dari kendi yang terikat di pohon yang besar. Monyet tersebut tidak mau melepaskan kacangnya dan "merelakan tidak dapat kacang" agar bisa terlepas dari belenggu. Akibatnya monyet tersebut tertahan terus dan tidak bisa pergi, bahkan sampai pemburu monyet datang tetap saja sang monyet tidak mau “let it go” pada kacang di genggamannya.
     Kapan monyet tersebut mau “let it go” pada kacangnya? Yaitu ketika monyet tersebut mati disembelih. “Mengapa demikian?” Sederhana saja. karena dia adalah monyet. Maka lahirlah peribahasa dalam bahasa Inggris, “You pay peanut, you get monkey”.

     Banyak dari kita yang sudah tahu bahwa yang kita kerjakan sekarang tidak akan mambantu kita mencapai apa yang kita inginkan. Tetapi kita takut kehilangan “kacang” kita. sampai kita disembelih (dipecat). Setelah itulah dengan terpaksa kita baru berani “Let It Go”. Terpaksa rela dengan pengorbanan yang luar biasa, yang pedihnya mungkin terasa hingga ke akhir hayat.

     Banyak orang belajar dan tidak pernah bertindak maka hasilnya Nol Besar. Banyak orang bertindak dan tidak pernah belajar maka hasilnya cuma begitu-begitu saja dan tidak berkembang. Seperti mangkuk rezeki, kalau kita tidak pernah belajar untuk memperbesar rezeki kita maka rezeki yang berlimpah terus tumpah karena mangkuk rezeki kita tidak bertambah besar. Dan yang paling parah, orang yang tidak belajar dan tidak bertindak. Mereka jadi pengangguran seumur hidup tertekan dan hidup menjadi beban orang lain. Dan sekarang, tibalah saatnya anda untuk bertindak. Bertindak bukan berarti berhenti belajar. Saran Robert Kiyosaki berikut bisa digunakan sebagai acuan:

1. Berhentilah melakukan apa yang sedang anda lakukan. Dengan kata lain, ambillah istirahat dan nilailah apa yang berhasil dan apa yang tidak berhasil. Definisi gila adalah melakukan hal-hal yang sama dan mengharapkan hasil yang berbeda. Berhentilah melakukan apa yang tidak berhasil dan carilah sesuatu yang baru untuk dilakukan.

2. Carilah gagasan atau ide baru. Untuk gagasan investasi yang baru, pergilah ke toko buku dan temukan buku-buku tentang topik yang berbeda dan unik. Anggaplah ini sebagai formula. Membeli buku-buku praktis tentang formula yang sama sekali tidak atau belum kita ketahui.

3. Temukanlah seseorang yang telah melakukan apa yang ingin anda lakukan. Ajaklah mereka makan siang. Mintalah nasihat atau petunjuk dari mereka, trik-trik kecil proses dan keberhasilannya itu.

4. Ikutlah kursus, pelatihan, seminar dan belilah buku berserta materi digitalnya. Membaca koran untuk mencari kursus baru dan menarik. Banyak yang gratis atau dengan biaya yang murah. Juga siapkan diri untuk menghadiri dan membayar seminar yang mahal mengenai apa yang ingin anda pelajari. Sukarelalah berinvestasi untuk bagian leher Anda ke atas.

     Adam Khoo, orang Singapura.  Waktu anak-anak, ia adalah penggemar berat games dan TV.  Sehari, ia bisa berjam-jam di depan TV.  Baik main PS atau nonton TV. 
     Adam Khoo pun dikenal sebagai anak bodoh.  Ketika kelas empat SD, Ia dikeluarkan dari sekolah.  Ia pun masuk ke SD terburuk di Singapura.  Ketika akan masuk SMP, ia ditolak oleh enam SMP terbaik di sana.  Akhirnya, ia bisa masuk ke SMP terburuk di Singapura.
     Di awal SMP, kebiasaan Adam tidak berubah.  Akibatnya, ia mendapat peringkat 10 terburuk.  Bayangkan saudara, menjadi peringkat 10 terburuk di SMP terburuk.  Bagaimana buruknya itu.
     Usia 13 tahun, ia mengikuti suatu program dari Ernest & Young.  Dalam program itu, ia belajar apa yang namanya Neuro Linguistic Programme  (NLP), Accelerated Learning, dan sebagainya.

     Program ini benar-benar bermanfaat bagi Adam.  Ia mulai mempraktekkan keterampilan barunya.  Apa yang ia lakukan setelah kembali ke sekolah?
     Pertama ia menulis tujuannya.  Ia akan lulus dari SMP tersebut dengan nilai A semua.  Ia akan masuk ke Victoria Junior College.  SMU terbaik di Singapura.  Adam kemudian melakukan tindakan gila.  Ia umumkan tujuannya itu di depan kelasnya.  Apa yang terjadi?  Ia ditertawakan seluruh isi kelas.  Termasuk gurunya sendiri.
     Bila anda jadi gurunya, anda pun mungkin melakukan hal yang sama.  Bagaimana mungkin seorang yang berada di urutan 10 terburuk di SMP terburuk ingin lulus dengan nilai A semua dan masuk ke SMU terbaik.
     Tapi Adam tidak bergeming.  Tertawaan dan cemoohan guru dan teman-temannya ia jadikan sebagai sumber semangat.  Ia pikir, bila ia tidak bisa membuktikan kata-katanya, ia akan lebih ditertawakan lagi.
     Karena itu, Adam berusaha keras.  Ia gunakan semua cara belajar hebat yang ia dapat dari program Ernest &  Young.  Hasilnya luar biasa.  Adam mulai bisa menjawab pertanyaan di kelas.  Meski ia tetap ditertawakan karena membuat catatan pelajaran dengan cara yang beda dan aneh.  Ia gunakan peta pikiran yang penuh dengan gambar dan simbol untuk mencatat.
     Akhirnya keras keras dan tekad baja Adam membuahkan hasil.  Ia lulus dari SMP itu dengan nilai A semua.  Ia berhasil masuk ke Victoria Junior College.  Di SMU terbaik ini pun, Adam tetap menjadi yang terbaik.  Ia lulus dari Victoria Junior College dengan nilai A semua dan sebagai lulusan terbaik.
     Adam pun masuk ke National University of Singapore (NUS).  Universitas terbaik di Singapura.  Di NUS, ia berhasil masuk ke NUS Development Program.  Inilah program bagi mahasiswa Top One Percent.  Mahasiswa dengan prestasi akademis yang sempurna.  Program bagi para jenius.  Dari NUS, Adam lulus juga sebagai lulusan terbaik.
     Itulah kesuksesan Adam di dunia akademisnya.  Bagaimana dengan dunia bisnis?  Prestasi Adam di dunia bisnis ditandai pada saat Adam berusia 26 tahun.  Ia telah memiliki empat bisnis dengan total nilai omset per tahun US$ 20 juta.
     Kisah bisnis Adam dimulai ketika ia berusia 15 tahun.  Ia berbisnis music box.  Bisnis berikutnya adalah bisnis training dan seminar.  Pada usia 22 tahun, Adam Khoo adalah trainer tingkat nasional di Singapura.  Klien-kliennya adalah para manager dan top manager perusahaan-perusahaan di Singapura.  Bayarannya mencapai US$ 10.000 per jam.
     Nah, sekarang mari kita merenung.  Apa sebenarnya yang terjadi dengan Adam Khoo.  Bagaimana seorang anak yang dicap bodoh, hobinya nonton TV dan main games bisa meraih sukses seperti itu?  Sukses yang mungkin sekali tidak diraih oleh teman-teman seangkatannya.  Teman-teman yang di SD-nya pintar?

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.