Setelah bertukar beberapa info dengan kakak Chong, saya lalu janjian dengan beliau untuk bertemu di BX-6 kediaman Pak Budi. Lama tidak berjumpa, apalagi dengan Pak Budi yang akhir-akhir ini kesehatannya sering terganggu. Ada sedikit rasa kuatir yang terbersit, yang lebih pas sebagai rasa bersalah mengapa baru sekarang ini tergerak menjumpai beliau di kediamannya. Tetapi ah, aku pikir itu tidak penting-penting amat. Bertemu dengan orang-orang yang telah menjadi bagian mozaik kenangan perjalanan hidup saya, jauh lebih penting dari semuanya.
     Sekitar setengah delapan malam, 12 agustus 2012 saya tiba lebih dahulu. Sendiri, bertemu dengan Pak Budi yang sudah beberapa tahun ini tidak berjumpa. Beruntung karena saya masih sendiri, maka meluncurlah begitu banyak kata dengan gaya khas bertutur Pak Budi. Ada begitu banyak haru di dalam mendengarkan penuturan beliau, bercampur dengan rasa kagum akan daya tahan beliau menghadapi semua masalah yang mengitarinya. Sambil di dalam hati saya menyampaikan doa sambung menyambung semoga Tuhan berkenan memberikan kesehatan yang jauh lebih baik dibandingkan yang saya saksikan ini.
     Setengah jam saya mengangguk-angguk menyimak segala sesuatu yang diceritakan Pak Budi, terutama mengenai kondisi kesehatannya, ketika kakanda Chong dan kakanda Jamal Cross muncul. Segera BX-6 menjadi riuh. Apalagi kak Yaya juga muncul dari dalam. Mungkin terusik oleh kebisingan yang tiba-tiba hadir menimpali gemericik air yang mencebur ke tengah kolam di taman belakang.
     Banyak kenangan-kenangan semasa kuliah kak Chong yang meluncur beruntun dari bibirnya. Rasa geli tidak bisa saya tahan sehingga kadang-kadang tawa saya meledak menimpali kisahnya yang bertubi-tubi. Bagaimana Pak Budi membanting map yang berisi hasil kerja tugas yang dikerjakan oleh kak Chong, masa-masa karantina di cenderawasih, bercampur dengan dengan kejadian-kejadian hangat yang belum lama berselang. Tidak ada alur yang jelas, yang penting ramai dan meriah.
     Terakhir muncullah kak Agustinus Tupenalay. Riuhnya semakin heboh. Namun ada pemakluman di benak kami yang lain, karena sebelumnya kak Yaya sudah menginformasikan kalau kak Agus itu kadang 'korslet-korslet'. Mungkin ada beberapa sarafnya yang menggeser dari posisinya. Meski begitu, kadang juga kak Agus mengalami gejala pengidap 'indigo', dari celotehnya yang kelihatan ngawur itu kadang merefleksikan kondisi yang akan terjadi di beberapa waktu ke depan.
     Itulah kenapa ketika kak Agus nyerocos mengatakan bahwa dalam sepuluh tahun ke depan yang ada di ruangan ini belum ada yang meninggal, seakan menjadi semacam 'strum' yang menyengat semangat yang mendengarnya. Apalagi kak Chong yang sudah memelihara berbagai macam penyakit kronis, kontan begitu berbinar matanya mendengar kengawuran itu. Semangat yang sama juga tergambar dari senyum lebar Pak Budi di sebelahku. Di dalam hati saya meng-amin-kan saja, semoga itu benar terjadi sehingga kehangatan yang tercipta malam ini masih bisa untuk selalu diulangi di tahun-tahun mendatang.
     Selamat menuntaskan ibadah puasa tahun ini saudara-saudaraku, semoga di Idul Fitri nanti kita termasuk orang-orang yang menang. Melalui tulisan singkat ini saya dengan segala kerendahan hati menyampaikan maaf lahir batin untuk semua khilaf yang telah ada. Semoga hangatnya silaturahmi itu bisa terus, dan terus terulang.
depan duduk: Hero, Agustinus, Budi Rohmanto, Rohaya dan Jamal cross.
belakang berdiri: baju putih adalah Chong. lainnya anak geology tahap akhir yang sedang ngumpul di BX-6.