Mengejar Batas Kematian Alam Gaib

      Rahasia alam gaib merupakan suatu misteri yang sampai saat ini masih belum dapat dipecahkan. Siapa yang kuasa emngungkapkannya? Sebab manusia sendiri cuma sampai pada batas kesimpulan. Alam gaib adalah jagad raya semu yang tak terjangkau oleh akal pikiran manusia biasa. Angin-Udara-Air-Tanah adalah empat pokok kehidupan.
      Angin yang bisa dirasa, didengar tetapi tak dapat dipegang dan dilihat. Angin yang sejuk berembus, kadang berubah menjadi badai topan yang maha dahsyat. Sedang udara adalah pernafasan kehidupan. Sifatnya tetap, tidak berubah.
     Unsur air sifatnya mengikuti keadaan. Dimana ada tempat yang rendah, di situlah dia mengalir. Bentuknya luwes sehingga dapat menyesuaikan dirinya dengan alam lingkungannya.
     Dan unsur yang terakhir, yang merupakan inti kehidupan manusia adalah tanah. Ya, tanah!
     Pernahkan Anda berfikir suatu saat nanti Anda akan mati kemudian kembali menjadi tanah lagi? Manusia pertama justru dijadikan oleh Tuhan dari tanah liat yang kemudian ditiupkan roh. Oleh sebab itu manusia harus selalu ingat tentang asa;-usulnya semula. Tanah yang setiap hari dinjak-injak, kadang dikencingi, diludahi, tetapi dia tak pernah protes kepada kita. Walau bagaimanapun juga tanah akan tetap kembali menjadi tanah.
     Pernahkan Anda memikirkan suatu misteri alam gaib akan dapat terbuka oleh ketinggian akal budi manusia, entah pada abad dan peradaban yang akan datang? Jawaban Alif Lam Mim hanya Tuhan yang mengetahui.
     Tapi pernahkan Anda mendengar tentang kematian seseorang yang tidak mau bersatu dengan tanah lagi? Sedang mayat yang dibakar kemudian abunya dilarutkan ke dalam larutan masih ingin kembali bersatu dengan tanah di dasar laut. Memang ada suatu adat yang mengajarkan kepada anak cucu keturunannya, bila mati abu mayatnya jangan dikubur di dalam tanah atau dibuang ke laut. Namun harus digantung di udara. Di tempat yang tersmbunyi. Inilah yang akan saya ceritakan kepada Anda, tentang suatu rahasia salah satu dari ilmu-ilmu alam gaib itu.

     Gerimis pagi yang menampar wajah kakek tua renta itu membuat tubuhnya menggigi. Berkali-kali ia mengeluh, merapatkan kedua tangannya mendekap dadanya yang kerempeng. Seolah-olah perjalanan itu terlalu berat bagi laki-laki tua seusianya. Sesekali ia harus berhenti untuk menenangkan pikirannya. Hatinya masih berdebar-debar ketakutan, setiap kali ingat bayangan-bayangan peristiwa awal dari kesengsaraannya sekarang ini.
     Dua minggu yang lalu, ketika ia sedang tidur nyenyak mendadak satu suara menyeramkan membuatnya terbangaun dengan wajah pucat. Suara seram itu bergaung di dalam kamarnya, melingkar-lingkar tak putus-putusnya. Telinganya sampai terasa sakit.
     "Hhrrr...goghgh..Sogthot..."
     Kemudain jendela dan pintu kamarnya terbuka dengan keras seprti didorong oleh tenaga dahsyat dari luar. Dan angin menerobos masuk memorak-porandakan perabotan rumahnya. Semakin lama suara angin yang masuk itu terdengar semakin mencicit menyeramkan. Dinding kamarnya bergetar hebat dan tempat tidurnya bergoyang-goyang, sementara meja kursi bergelimpangan di lantai bercampur kertas-kertas yang berhamburan. Akhirnya ia menjerit ketakutan. Sesosok tubuh mengerikan tiba-tiba muncul di hadapatannya. Makhluk dari 'planet lain' itu menatapnya dengan bengis.
     "Aku telah datang. Mengapa kau mengundangku?" Kakek tua renta itu menjadi kebingungan mendapat pertanyaan yang aneh. Mengundangnya? Aku? Sampai lama ia tidak menjawab, cuma bibirnya saja yang tetap bergetar seperti diserang demam.
     "Hghhrr... apa yang kau inginkan, manusia?" dengus makhluk itu mengagetkannya dari lamunannya. Dan dengan terputus-putus kakek itu menjawab, "Aku..aku.. ingin memasuki roh alam gaib.."
     "Hhrrgh... tahukah kau bahwa hal itu sangat mustahil dan mengingkari kodrat yang sudah dijatuhkan kepada manusia?"
     "Aku tahu.. tapi.. tapi keinginanku untuk mengetahui segala rahasia alam gaib sungguh sangat besar.."
     "Ghoghh..shogghtt.. Kau telah bertahun-tahun menekuni dunia mistik dan alam gaib. Umurmu kau habiskan hanya untuk mempelajari ilmu-ilmu kebatinan kelas tinggi. Apakah kau tidak menyesal, jika keinginanmu itu kupenuhi tetapi dengan syarat yang berat sekali? Otakmu yang kotor itu memang pantas menjadi pengikutku yang setia, he manusia."
     "Aku..aku berjanji akan memenuhi segala syarat yang akan kau tentukan, asal keinginanku itu terkabul.."
     "Hhhrrghhh..Baik, aku percaya dengan janjimu. Besok purnama penuh, kau harus datang ke puncak Mahameru. Carilah sebuah kawah yang berwarna merah dan kelabu. Di sana kau bisa melaksanakan rencana-rencanamu yang ingin menguasai jagad." Tiba-tiba makhluk mengerikan itu mengeluarkan seribu pekikan yang menggetarkan jantung. Dari atas langit kemudian terdengar nyanyian-nyanyian seram sebagai jawaban. Dan lenyaplah makhluk itu dengan meninggalkan bau busuk.
     Kakek tua renta yang selama hidupnya tekun mempelajari ilmu-ilmu kebatinan kelas tinggi itu kini berdiri terlongong-longong. Akhirnya dia cepat-cepat mempersiapkan segala keperluan untuk mendaki puncak Gunung Mahameru. Malam itu juga dia membuat ramuan mantra di atas tungku api, Dan membalik-balik buku kuno yang berisi tintunan ilmu-ilmu sesat, membuat percobaan-percobaan aneh dan melakukan meditasi tertutup sampai menjelang subuh.
     Puncak Mahameru tampak berselimutkan kabut tebal. Hawa dingin luar biasa, kesepian, kesunyian, keseraman dan sendiri dalam perjalanan di malam purnama penuh, kakek tua renta itu sudah basah kuyup oleh gerimis yang terus mengerus tak henti-hentinya itu.
     Dengan susah payah akhirnya dia berhasil mencapat puncak.
     Waktu itu hampir tengah malam. Bulan yang bersinar bundar di atas menaburkan cahayanya sampai ke bibir jurang di sekitarnya namun kawah yang sedang dicarinya itu masih belum juga ditemukan.
     Tiba-tiba alam sekitarnya menjadi gelap. Dengan kaget kakek itu memandang ke langit. Ya, Tuhan.. matanya terbelalak melihat seeokor burung elang yang besar terbang rendah menutupi rembulan. Dan di atas punggung burung raksasa itu duduk seorang berjubah merah. Sebentar saja burung elang itu sudah menghilang di balik kabut sebelah sana. Si Kakek masih termangu-mangu tekjub, tetapi segera sadar dan cepat mengejar. Berkali-kali dia jatuh bangun menuruni lereng yang terjal penuh jurang menganga seram.
      Sementara gerimis masih tetap turun. Aneh memang, di waktu cuaca begini, bulan masih tetap bersinar. Kakek itu berhenti di depan sebuah kawah yang gelap menyeramkan. Sinar bulan tidak mampu menerangi dasar kawah. Yang tampak cuma kegelapan yang menggila. Dan bau busuk yag luar biasa dari lubang itu. Beberapa saat kemudian, dari dasar kawah itu terdengar suara menggelegak bergemuruh seprti akan memuntahkan lahar. Tanah yang dipijak juga ikut bergetar hebat.
     "Rrrrr..." suara menyeramkan itu kembali terdengar. Dari kegelapan lalu muncul seberkas cahaya merah darah dan perlahan-lahan tampak kabut berwarna kelabu.. Ya, itulah kawah yang dicari-cari itu.
     Dengan hati-hati ia menuruni kawah itu. Baru beberapa langkah, tubuhnya sudah terhuyung-huyung, perutnya terasa mual mau muntahkarena tidak tahan bau busuk yang semakin keras. Sambil merangkak dia mencoba melihat keadaan di bawah sana. Tetapi kabut yang tebal menghalangi pandangannya. Mendadak tanah yang dipijak longsor dan dengan menjerit ngeri tubuhnya terbanting ke bawah..
     "A a a ..." Kakek itu menjadi panik, di tengah udara di saat tubuhnya masih melayang, dia mencoba memegang apa saja yang sekiranya dapat menghentikan luncuran tubuhnya. Namun usahanya itu sia-sia. Dan dengan suara keras tubuhnya jatuh di tengah-tengah kawah. Byurr.. hampir tak percaya dia masih hidup.
     Ternyata di dasar kawah yang dari atas terlihat mengerikan itu, merupakan danau kecil berair panas. Tubuhnya menggeliat-geliat kesakitan. Untung dia pandai berenang, sehingga dengan susah payah akhirnya berhasil ke tepi kawah dengan selamat. Napasnya masih memburu tegang. Waktu dia memperhatikan dengan seksama, ternyata di tengah-tengah danau kawah itu terdapat sebuah batu bundar yang mengeluarkan sinar merah mencorong.
     Tetapi ketika dia akan memasuki sebuah gua di belakang cadas, mendadak matanya terbelalak memandang tulisan di dinding gua sebelah luar. Alangkah dahsyatnya tenaga orang yang mampu menggores batu dengan ujung jari. Tulisan itu berbunyi mengancam:
"Kepandaian sejati bukan untuk menguasai jagad. 
Terkutuklah bagi yang ingkar pada kodratnya dan 
siksa akan menikam di jantungmu sebelum kau menyesali 
perbuatanmu yang berlumur dosa."
     Kakek itu termenung, pikirannya seketika menjadi bingung. Siapa yang menulis peringatan di dinding gua itu? Apakah dia sudah tahu tentang tujuanku datang kemari? Namun bila ingat pesan makhluk dari planet lain yang dipujanya selama ini. akhirnya dia jadi nekat. Tanpa memedulikan bahaya yang mungkin mengancam, dia terus masuk ke dalam gua. Ternyata keadaan gua itu sangat luar biasa indahnya. Sebuah istana di bawah perut gunung. Di setiap tikungan terdapat batu permata yang memancarkan sinar kemilau terang. Bau harum yang segar mengalir terbawa embsan angin. Kakek itu hampir tak percaya ketika melihat seorang putri jelita sedang duduk di atas kursi batu hitam.
     "Masuklah, kau pilih buah itu dan makanlah," perintah putri itu berwibawa. Si kakek ragu-ragu, untuk apa ia harus makan buah ranum itu?
     "He, bukankah tujuanmu datang kemari ingin memiliki kesaktian sejati?"
     "Ooo.." desah kakek itu seperti linglung. Dan tanpa berkata lagi dia terus mengambil buah sebelah kiri dan dimakannya. Buah itu ternyata pahit rasanya.
     "Pergilah ke kamar nomor 99 di ujung lorong sebelah kiri. Waktumu hanya empat puluh hari. Nah, berlatihlah dengan baik."
     Kakek itu menurut, entah mengapa dia tak kuat bertatapan muka dengan putri. Lorong gua sebelah kiri itu merupakan jalur rahasia yang berliku-liku. Tiap-tiap sepuluh langkah pasti terdapat kamar batu. Dia terus mencari kamar nomor 99.
     Dan kamar yang diperuntukkan baginya itu adalah sebuah kamar batu berukuran empat kali tiga meter. Tidak ada sinar yang asuk. SEmuanya tampak gelap menyeramkan. Apalagi udara yang sangat busuk baunya.
     Setelah meneliti semua sudut di ruangan kamarnya, lalu dia memilih tempat untuk bersemedi. Mulai mala itu juga kakek itu berlatih ilmu-ilmu rahasia alam gaib yang diajarkan oleh sesuatu yang tidak tampak wujudnya tetapi terasa kehadirannya. Tiap tengah malam suar misterius itu selalu ada. Suaranya berat, sember dan tidak enak didengar telinga. Makin hari latihannya makin berat. Mengosongkan jiwa tetapi menghidupkan nafsu-nafsu yang bergetar di setiap lubang pori-pori dan urat nadinya. Dan jika siang hari, dia harus membuat percobaan-percobaan gila. Berbagai ramuan yang sudah disediakan sebelumnya, harus dicampur dengan setetes darahnya sendiri. Tiap hari ia menggigit lidahnya untuk mendapatkan darah bagi campuran ramuan mantra yang sedang dicoba.
     Kemudian setelah melakukan tapa pati geni selama empat puluh hari empat puluh malam, kakek itu telah berhasil mencapai tingkatan 'hening sajroning curigo' yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu pada jarak ribuan tahun yang lampau maupun yang akan datang. Kekuatan batin yang dapat menggetarkan dan mempermainkan jiwa seseorang yang diingininya melalui ilmu pembetot sukma yang luar biasa jahatnya.
    
     Hari itu selesailah sudah waktu yang dijanjikan untuknya. Dia menghadap putri lagi. Tetapi dia terkejut, ketika melihat wajah putri yang waktu pertama kalidia datang sangat cantik jelita, sekarang berubah menjadi nenek peot yang jelek dan menjijikkan. Sinar matanya berwarna kelabu mengandung unsur-unsur jahat sedang menatap dirinya tanpa berkedip. Tak terasa kulit tubuhnya jadi merinding seram.
     Dia terus bersujud di depan nenek peot itu. Ada rasa takut yang tak dapat dikatakan merayapi jantungnya. Beberapa saat masih hening. Seolah-olah keduanya sama-sama tenggelam dalam kematian semu. Tiba-tiba di luar gua terdengar suara burung elang, wajah nenek peot yang semula dingin tanpa perasaan itu kini berubah tidak senang. Dia seprti mempunyai firasat adanya sesuatu yang mengintai.
     "Hari ini kau telah lulus dalam ujian ilmu-ilmuku. Sejak saat ini kau sudah resmi menjadi pengikut dan pemujuaku yang setia. Apa janjimu setelah ambisimu yang gila nanti terwujud?" tanya nenek peot itu nyaring di antara batuknya. Kakek itu tergagap memandang 'majikannya'.
     "Aku.. akan setia dan menurut apa yang kau perintahkan."
     "Bagus, perlu kau ketahui.. di alam ini ada dua kekuasaan. Alam gelap yang menjadi kerajaanku dan alam terang yang dikuasi oleh musuhku. Kau harus mewakiliku melenyapkan musuh kita itu. Sebab, kehidupan tidak bisa menerima dua sumber kekuatan yang saling bertentangan dalam satu tempat dan waktu yang sama. Salah satu harus hancur. Nah, sanggupkan kau melaksanakan tugas bagi kerajaan kita?"
     "Aku akan menjalankan perintahmu tetapi mohon tanya, siapakah musuh kita itu?"
     "Pergilah ke luar, dia sengan menunggumu di sana.."
     Alam seolah murka. Langit berwarna kelabu gelap. Pohon-pohon juga tampak kelabu. Jalanan berdebu kotor dan sungai yang mengalir berwarna kemilau keruh. Udara seprti berhenti mengalir. Aneh, si kakek memandang semuanya seperti di bawah sadar. Tetapi yang lebih mengejutkan adalah burung elang raksasa dan seorang tua berjenggot putih sampai menyentuh lutut. Wajah tua itu menatap penuh welas asih. Cahaya terang keluar dari tubuhnya yang terbungkus jubah merah. Itulah si orang misterius waktu pertama kali dia datang ke kawah.
     "Sadhu..sadhu.. sadarlah ng'ger.."
     "Apa? Kau bicara dengan siapa?" bentan kakek itu.
     "Kepadamu ng'ger, aku ingin memberi nasihat, tinggalkan tempat ini dan bersujudlah kepada Tuhan Yang Maha Agung dan Suci.." si orang misterius berjenggot panjang itu masih tersenyum damai. Mendadak kakek itu tertawa mengakak.
     "Grr.., kau anggap apa aku ini, cucumu kak? Hua..ha..haha.."
     "Kau memang pantas kusebut cucuku ngger, karena usiamu sepertiga dari usiaku yang sebenarnya. Jangan kaget, akulah yang disebut Ki Waskito, penguasa alam terang, musuh bebuyutan gurumu."
     "Ah, kau..kau..," jawab kakek itu terkejut.
     "Ya, aku memang bertugas menyadarkan orang-orang sesat yang ingkar kepada kodratnya. Jangan terlalu jauh bermimpi tentang rahasia alam gaib. Tidak bisa ng'ger.. tidak bisa.."
     "Tetapi aku telah berhasil, peduli apa denganmu."
     "Apa yang kau ketahui itu cuma kulit luarnya saja. Dan itu telah menyesatkan pikiranmu. Sadarlah sebelum terlambat.."
     "Hmm, susah payah aku berlatih ilmu. Sekarang kau bilang semua itu cuma omong kosong belaka. Jahanam kau. Aku akan menghancurkan Waskito. Aku akan segera melaksanakan rencanaku, dunia ini akan kugenggam di dalam tanganku. Hua..ha..haha..." Dan tertawalah kakek itu seperti sudah sinting.
     "Aku tahu, kepandaianmu sekarang ini mungkin mampu mecelakakan sesamamu yang tidak kau senangi atau malah kau buat suatu percobaan dari ambisimu yang gila. Tetapi kituk cepat menelan dirimu. Kau akan mati di dalam kegelapan. Kau dengar ng'ger, mati dalam kegelapan adalah siksa yang pedih seperti di neraka."
     "Persetan dengan khotbahmu, Waskito. Lihatlah, apa yang akan kulakukan ini," geram kakek itu penuh kemarahan. Dia terus mengambil sebuah kaca bulat sebesar kepala orang. Mulutnya membaca mantra, dan bola kaca itu dibantingnya dengan keras. Bummm.. seketika itu juga terjadi keajaiban. Di depan mereka terpampang ilusi seperti layar yang memperlihatkan keadaan pada saat itu juga dalam jarak ribuan kilometer di tempat lain.
     Alangkah hebat dan ajaibnya. Pada waktu itu tampak seorang laki-laki muda sedang jalan di jalan raya. Entah apa sebabnya mendadak kepala orang muda itu mengepulkan uap hitam, tubuhnya bergetar hebat. Lalu sebelum si orang misterius itu sempat mencegah, kakek itu sudah membentak memberi perintah lewat mantranya. Aneh, orang muda di dalam layar ilusi itu tiba-tiba mengamuk. Dua orang yang sedang duduk di warung diseret kasar terus dibacoknya berkali-kali sampai mati mengerikan.
     Belum puas sampai di situ, kakek itu mulai mengarahkan pikirannya kepada dua buah pesawat terbang yang sedang melayang di atas lautan. Dan dengan kekuatan batinnya, ia mampu memaksa salah satu pesawat itu mengubah arah penerbangannya. Seperti tak berdaya, dua pesawat itu dipermainkannya sebentar, kemudian ditariknya ke dalam lingkaran pengaruhnya. Dua pesawat terbang itu meluncur kencang tanpa kendali lagi, dan..rrr.duaarrr.."
     Bagaimana panik dan menyedihkan tragedi di atas lautan itu. Hancur berkeping-keping kemudian tenggelam ke dasar laut. Mungkin tidak ada seorangpun di dunia ini yang percaya bahwa musibah itu karena perbuatan gila seseorang yang mempunyai ilmu sesat.. dan sudah dapat dipastikan, dunia akan gempar.
     "Hua.ha.ha.. lihatlah Waskito, aku akan menghancurkan apa saja yang berani menentangku. Termasuk kau juga."
     "Biadab. Perbuatanmu sudah keterlaluan ngger. Dunia bisa berantakan kalau nafsu gilamu itu tidak segera dihentikan."
     "Huaah, tua bangka sialan. Apakah kau takut, heh?"
     "Aku takut jika ilmu yang kau miliki itu kau pergunakan untuk mempengaruhi pikiran para pemimpin dunia. Bukan tidak mustahil dengan menciptakan rasa tidak percaya sesama negara maju, kemudian kau memasukkan pikiran iblismu ke dalam otak mereka, dunia ini bisa meledak menjadi kiamat sebelum waktunya..."
     "Hmm, kalau sudah mengerti mengapa kau tidak segera tunduk kepadaku? Berlututlah, dan kuampuni nyawamu!" bentak kakek itu penuh kesombongan. Tetapi Ki Waskito cuma menghela napas panjang berkali-kali. Agaknya dia menyesali ilmu kepandaian orang yang disalahgunakan untuk memuja nafsu. Tapi dia harus segera melenyapkan sumber bibit malapetaka di kemudian hari itu. Dunia benar-benar sedang menghadapi ancaman yang mengerikan dengan lahirnya orang-orang gila yang mabuk peperangan dan ingin hidup sendiri. Entah bagaimana jadinya jika kakek itu berhasil mempengaruhi para pemimpin negara yang mempunyai senjata nuklir untuk saling menghancurkan Akibatnya tentu sangat mengerikan.
     "Kesabarnku tentu ada batasnya ng'ger, jika kau tidak bisa disadarkan lagi, yah.. terpaksa aku harus melenyapkanmu."
     Tertawalah kakek itu mengakak mendengar kata Ki Waskito. Tetapi kemudian wajahnya berubah gelap menyeramkan penuh hawa maut yang menjijikkan. Perlahan-laan ia maju mengancam. Keduanya saling berhadapan dengan waspada. Masing-masing mempersiapkan ilmunya untuk saling terjang. Mendadak kakek itu menggempur dengan suara parau dan tenaganya mendorong ke depan melancarkan serangan yang bukan main hebatnya melanda dada si orang misterius berjubah merah. Tetapi Ki Waskito sudah bersiaga. Dengan cepat dia mengebutkan lengan bajunya yang lebar.
     Serangkum angin lantas menahan hawa jahat dari kakek yang menjadi musuhnya itu. Dan terjadilah pertarungan dua ilmu yang berlawanan aliran. Pertempuran kelas tinggi dari tokoh ilmu kanuragan sejati itu memang sangat mendebarkan jantung. Indah dilihat tetapi mengandung hawa maut yang setiap saat mengincar kelemahan lawan.
     Sekali waktu Ki Waskito memperoleh kesempatan baik. Sambil bersiul nyaring dia melancarkan jurus simpanannya 'Menggugurkan langit mengaduk lautan'. Gelombang tenaga yang tidak terlihat berputar-putar seperti mau merontokkan isi dada musuhnya. Dengan memekik ngeri, kakek itu muntah darah dan tubuhnya terhuyung-huyung mundur. Wajahnya menjadi pucat pasi. Hampir tak percaya dia memandang lawannya masih dengan sorot kebencian. Sekali lagi Ki Waskito melontarkan pukulan sakti udara kosong tingkat kesebelas, kemudian disusul dengan tendangan berantai 'Mengejar arwah, menyambung roh'. Hebat serangannya kali ini. Suatu arus kekuatan gaib mencengkeram kakek itu dan kemudian menghentakkannya sekuat-kuatnya hingga meledak dan hancur berkeping-keping. Sampai beberapa saat Ki Waskito masih termangu-mangu memandangi asap berbau busuk dari bekas 'mayat' musuhnya.
     Perlahan-lahan alam kembali seperti semula. Bayangan semua berwarna kelabu yang aneh sudah lenyap. Tetapi dari jauh, kawah puncak Mahameru menggelegak dahsyat seolah-olah murka melihat kematian murudnya yang setia. Berkali-kali terdengar letusan disertai hujan abu dan percikan api yangmenyembur ke luar dari puncak gunung.
     Ki Warkito segera naik ke atas punggung burungnya dan memburu ke puncak Mahameru. Dia harus segera tiba di sana agar bencana yang lebih dahsyat dapat dicegah. Akhirnya dia melihat tanda-tanda buruk itu. Sejalur asap hitam kemerah-merahan meluncur dari dasar kawah. Ki Waskito menangkap dan meremasnya sekuat tenaga. Ada perlawanan dari benda yang ditangkapnya itu. Tetapi dia makin memperkeras tenaganya. Dan dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Agung, Ki Waskito berhasil menghancurkan benda merah di dalam genggamannya itu.
     Seketika itu juga keadaan menjadi reda kembali. Dan Ki Waskito lalu mengambil sesuatu di dalam benda merah di dasar kawah. Benda itu ternyata abu jenazah orang sakti yang sesat hidupnya pada ribuah tahun yang lalu. Abu jenazah yang tidak mau bersatu kembali dengan tanah.
 cerita: Wahyu HR
Senang 00532, thn 1982

Posting Komentar

...

[blogger][facebook]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.