Sehari Setelah Yudisium

     Setelah memendam hasrat mendaki gunung sekian lama, dalam rangka menyelesaikan proses perkuliahanku, maka hari itu 19 Desember 1992 tepat sehari setelah merampungkan ujian akhir dan prosesi yudisium, saya dan rombongan kecil anak Geology Unhas berangkat menuju Bawakaraeng.
     Gunung yang selalu bersahaja itu menjadi tujuan untuk jiwa-jiwa yang juga selalu ikhlas dalam kebersahajaan. Tidak banyak persiapan yang dilakukan, malah semuanya cenderung tergesa-gesa. Bukan apa-apa, rencana ke gunung inipun saya cetuskan hanya dua hari sebelumnya.
     Dan begitulah, mereka-mereka yang terbiasa kepepet oleh tantangan yang tiba-tiba itu, menyertai langkah-langkah rinduku menapaki Bawakaraeng. Terimakasih adik-adikku, sekali lagi di kesempatan ini, kusampaikan untuk waktu yang kalian luangkan bersamaku di saat itu. Sungguh, meski rentang waktu kehadiran saya di Geology bisa dikatakan terpaut cukup jauh dengan kalian, namun kalian sama sekali tidak perlu merasa risih ataupun segan untuk bercanda, bergurau di sepanjang perjalan itu.
     Ingin rasanya, di suatu hari nanti, bila kalian tidak terlalu sibuk, kita bisa sekadar mengulang kenangan ini, meskipun tidak sampai menjejak puncak Bawakaraeng, namun sekadar menikmati dingin bumi Lembanna tidaklah menjadi angan yang terlalu berlebihan. Where ever you are, adik-adikku, kalian telah mengguratkan satu episode indah di alur kenangan indah yang kulalui.
 Farida Lahay, Nasrudin Yasin, Herman, Hero Fitrianto

 Hero Fitrianto, Jimmi Allolinggi, Syahrir.
depan : Herman dan Suardi

     Satu hal yang pasti, di perjalanan waktu itu ada banyak cerita yang tidak sempat mampir dalam jangkauan indera saya yang terbatas. Dengan senang hati, saya menunggu baris-baris komentar sebagai tambahan cerita kalian yang mewarnai kenangan ini.
:-)

sehari setelah merampungkan ujian akhir dan prosesi yudisium, saya dan rombongan kecil anak Geology Unhas berangkat menuju Bawakaraeng

Posting Komentar

  1. "Ingin rasanya, di suatu hari nanti, bila kalian tidak terlalu sibuk, kita bisa sekadar mengulang kenangan ini, meskipun tidak sampai menjejak puncak Bawakaraeng, namun sekadar menikmati dingin bumi Lembanna tidaklah menjadi angan yang terlalu berlebihan."

    Saya pun memiliki harapan yang sama, entah kapan bisa terwujud....semoga besok bisa terkabul, Kanda :)

    Makasih Kanda atas postingan-ta ini.
    Ini adalah kali pertama saya merasakan beratnya mendaki gunung, jujur....saya sama sekali tidak menikmatinya hahaha.... Ingin rasanya langsung balik ke Makassar saat itu :D

    Alhamdulillah, dengan perjuangan berat karena melawan batin sendiri serta ditemani oleh tawa canda kanda dan teman-teman lainnya, akhirnya saya bisa juga menjejakkan kaki di puncak Bawakaraeng.

    Sekali lagi, makasih ya Kanda..

    BalasHapus
  2. Luar biasa.. saya sampai amin-amin.. berkali-kali.. semoga Tuhan memberi kesempatan lain untuk bisa kembali merajut kenangan yang lebih indah di sana.. dan tentu saja tanpa perlu keterpaksaan menahan beban ketidak nyamanan..

    terimakasih kembali adinda.. sungguh, beratnya pergulatan batinmu waktu tidak sempat mampir di indera rasaku.. senyummu sepanjang jalan terlalu indah untuk terusuik oleh beban berat itu.. :)

    BalasHapus
  3. Amiiiiieeeeen YRA

    Memang saat itu sama sekali tanpa persiapan tuk mendaki, semuanya serba tergesa gesa hehe.
    Hanya dengan perlengkapan seadanya, jaket, jins dan kaos oblong entah kenapa kita nekat tuk menapaki Sang Lembanna.

    Dan mungkin karena modal semangat menggebu-gebu, serta that was my first time mendaki Bawakaraeng makanya dingin yang menggigit tulang tidaklah terasa buat saya.

    Bookmark This Page.

    Keep on posting, Kanda :)

    BalasHapus

...

[blogger][facebook]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.