Pertama Kali Korpala di Lompobattang

     Dua puluh tujuh orang anggota Korpala, di April 1986 menandai penjajakan pertama Korpala Unhas di Gunung Lompobattang. Perjalanan yang tidak terlalu mulus, tim yang meninggalkan kampus di sore hari, harus rela mendarat di Malakaji menjelang tengah malam. Karena tujuan masih jauh, rombongan melangkah perlahan, bergerak mendekati Lembang Bu'ne.
     Menjelang subuh, keberuntungan menghampiri, ada truk yang bersedia membawa rombongan sebagai penumpang tambahan diantara komoditi yang sudah memenuhi bak truk. Dan begitulah, menjelang pagi, kami tiba di Lembang Bu'ne dengan begitu lelah dan ngantuk.
 ada Afras, Bahtiar Baso, Akbar, Hero, Bob Lubis, Abang dan Wahyuddin. Tahulah mengapa ada gitar yang selalu mengikuti kegiatan.. banyak brader yang begitu lahir langsung bisa 'nyanyi'..
 
     Dalam cuaca yang berkabut disertai gerimis yang setia menyelimuti Lembang Bu'ne, rombongan mendekati pos pertama sekitar pukul 08.30 pagi. Keadaan cuaca stabil seperti itu, sepanjang waktu. Hingga sekitar pukul 17.30, barulah sebahagian besar peserta bisa mencapai ceruk di pos 9.
     Puncaknya sebelah mana? Itu, di sebelah itu.. ada telunjuk mengarah ke atas, menunjuk kabut yang berbaur gerimis. Saya memandang ke arah telunjuk itu mengarah, namun sama sekali tidak terlihat apa-apa, selain putih yang kelabu. Ada diskusi singkat, apakah akan melanjutkan menjangkau puncak Lompobattang, sementara sebentar lagi hari menjadi gelap. 
     Sesaat diam, sepertinya beberapa sedang sibuk berdialog dengan diri sendiri. Lalu, dengan beberapa anggukan kecil, seperti sedang mengirit kata-kata, hanya tatapan yang mewakili tekad untuk melanjutkan langkah. Tentu saja karena kondisi daya tahan yang tidak sama dalam menghadapi hujan sepanjang jalan tadi, sehingga tidak semuanya memutuskan untuk melanjutkan menuju puncak.
     Saya sempat mengamati jam di pergelangan tangan, sebelum melangkah. Lima belas menit lagi pukul enam sore. Sekali lagi saya menatap ke arah telunjuk tadi mengarah, berharap ada sesuatu yang bisa dijadikan tujuan di dalam pandangan mata, namun tetap tidak ada yang terlihat.
 
 melintasi tangga batu ini di saat itu terasa begitu mencekam. Gerimis yang tidak kunjung reda, lalu kabut yang begitu tebal betul-betul membatasi pandangan mata. Ada sensasi yang lahir oleh fantasi manakala menikmati kondisi seakan melayang di atas seonggok batu, yang mengapung di hamparan tanpa dasar..
Jemmy, Iwan dan Indra, kapan kita bisa ke tempat ini lagi.?
 dari rombongan yang berjumlah 27 orang, sayang sekali tidak semuanya sempat menjejak hingga ke puncak Lompobattang. Hanya sembilan orang pada saat itu, diantaranya Indra Diannanjaya, Wahyuddin, Iwan Amran, Riri, Jemmy Abidjulu, Nevy Tonggiroh, Bahtiar Baso, Hero Fitrianto dan Yani Abidin.
 beruntung ketika rombongan kecil Korpala tiba di puncak, di sana juga ada rombongan lain yang sudah tiba beberapa saat sebelumnya. Mereka adalah teman-temannya Riri.. tentu saja ramai.. apalagi untuk foto-foto.

     Hanya lima belas menit di puncak, semuanya bergegas turun dan tiba kembali di pos 9 ketika gelap sudah hampir sempurna. Hanya tersisa sedikit bias cahaya di langit yang baru saja beranjak malam. Dan inilah.. penerangan hanya mengandalkan dua atau tiga lampu badai ditambah beberapa senter, yang juga hanya dua atau tiga buah saja.. senter jadul 'cap kepala singa' dengan baterai besar, panjang dan berat.
     Dalam serba keterbatasan pencahayaan, rombongan bergerak perlahan, hingga di mata air sekitar pos 3, sudah sekitar pukul 2 pagi. Rombongan berhenti di tempat ini untuk beristirahat. Menggigil dan tentu saja lapar, begitu terasa. Api yang cukup besar berhasil menyala, dan inilah.. bekal berupa 'nasi' dalam bungkusan plastik dikeluarkan. Sudah begitu dingin, membeku dan keras.
     As'adi begitu cekatan menyiapkan rantang aluminium untuk difungsikan sebagai panci, dan merebus kembali nasi yang sudah membeku itu. Luar bisa sekali, tanpa lauk sama sekali, nasi yang kembali mendidih di dalam panci itu ludes seketika tanpa mengangkat panci dari api. Hanya jari-jari dingin bergantian keluar masuk panci berburu dengan rasa lambung yang sudah begitu kosong.
 
nampang untuk foto dulu, sebelum meninggalkan Lembang Bu'ne
     Tidak semua peserta sempat teringat oleh saya, namun beberapa masih begitu segar di dalam ingatan.. ada As'adi, Allu, Phiphi, Novandi Arisoni, Buyung, Hukman dan ah.. lain-lainnya sudah tidak teringat lagi namanya...
     Dengan rendah hati saya menunggu komentar kalian, saudara-saudaraku, melengkapi cerita jalan-jalan pertama kita yang begitu bersahaja menuju Lompobattang, sehingga kembali memperkaya dan menyegarkan ruang memori saya yang sudah compang camping.
     Miss U all brader..

penjajakan pertama Korpala Unhas di Gunung Lompobattang.

Posting Komentar

  1. Saya sangat terharu terhadap posting ini karena masih teringat dengan
    jelas pengalaman tersebut. Kalau tidak salah kita sempat terpaksa
    nginap di Malakaji di aula kantor Polisi dimana Ono Nabiu dan Alm.
    Akhmad Ali langsung menyerah tidak melanjutkan perjalanan.

    Saya ingat persis ketika kita harus melewati "titian" batu yang sangat
    berbahaya karena jurang menganga di kiri kanan, sungguh pengalaman
    luarbiasa.

    Setelah membaca tulisan Bang Hero ini saya mencoba mencari benang
    merah antara Korpala dan para pendekar yg pada waktu itu berjuang
    tanpa pamrih demi kemajuan Korpala. Ternyata ke-9 orang yang tiba di
    puncak Lombat ini (kecuali mungkin Bahtiar Baso) kelak tercatat dalam
    sejarah sebagai pejuang Korpala yang aktif. Seleksi alam terbukti
    menjadi senjata ampuh yang membawa fighting spirit dari gunung ke alam
    nyata di kampus sehingga kita tetap menganggap menjadi "budak" Korpala
    adalah mungkin sama dengan perjuangan tak kenal takut dan tak kenal
    kata menyerah untuk terus sampai ke puncak Lompobattang.

    Terima kasih atas tulisan Bang Hero ini, saya menunggu posting2
    selanjutnya khususnya tentang kisah2 heroik dari para Korpalawan
    lintas generasi.

    Salam kangen
    Indra K-023

    BalasHapus
  2. Bang Haji Indra,
    bermalam di kantor polisi, lalu terkapar di tepi jalan karena ngantuknya..

    Terimakasih Bang Haji, untuk untuk tambahan goresan kenangannya. :)

    BalasHapus
  3. 'telunjuk' itu adalah telunjuknya Daeng Mangngu', penduduk Lembang Bu'ne yang menyertai perjalanan waktu itu. Sambil menyertai perjalanan kami, Beliau juga sekaligus berkegiatan rutin, melakukan kontrol dan perawatan pada perangkat 'radio repeater' milik TNI yang ada di puncak Lompobattang.

    BalasHapus
  4. novandi arisoniSelasa, 13 Maret, 2012

    mantappp bang hero.... langsung terbayang lagi semuanya.... sangat nyata. thx untuk artikelnya. from K- ...? lupa... he..he..he..

    BalasHapus
  5. hehehe.. K.100 86 093 a/n Novandi Arisoni.
    untuk nomor anggota yang lain, bisa di lihat di link ini..
    http://korpalaunhas.blogspot.com/p/daftar-anggota-aktif-korpala-unhas.html

    BalasHapus
  6. Alhamdulillah saya bersyukur bisa menjadi anggota aktif Korpala ...Terimakasih tak terhingga kpd guru guruku...

    BalasHapus

...

[blogger][facebook]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.